Chapter 60 ( BERAKHIR DALAM SUKA )

114 4 12
                                    

Ekhem, ekhem, cuma mau bilang sama semua. Ini adalah chapter terakhir, guys! Antusiasnya kalian bakalan aku kasih extra part! Love U All.

Adnan POV

Pada awalnya, semua tampak hambar, biasa saja, tak berkesan. Namun, semakin lama dan semakin memakan waktu, gue paham semua.

Perasaan dan rasa suka bahkan cinta yang gue tuju untuknya terasa berarti. Lama mengenalnya, lama bersamanya, dan lama memahaminya tak ada alasan bagi gue untuk tidak menyukainya.

Dia gadis sederhana, omelan tak pernah lepas dari dirinya, juga repetan maupun rengekkan.

Sebelum, fakta yang gue terima terasa menyayat hati, dimana waktu itu ada Kenzie yang menjadi sandarannya. Pria dari kelas IPS itu sempat menyandang status sebagai pacar Zahra ketika SMA.

Tapi tidak untuk hari ini, diramainya orang banyak dengan air mata bahagia tak kunjung mereda. Gue dan keluarga serta keluarga Zahra, sedang tertawa suka ria dengan kelulusan kami.

Sudah 3 tahun berlalu, gue dan Zahra tengah menyunggingkan senyum hangat pada keluarga.

Gadis cantik itu sudah menjadi penghuni tunggal hatiku, semua perihal dirinya membuatku nyaman. Bahkan sempat bersyukur dalam hati sebab Tuhan mempertemukan kami dalam suka.

Pada awalnya, dia begitu ketus ke gue. Ya, gue juga demikian, suka tak banyak bicara padanya bukan berarti tak suka berinteraksi dengan dia.

"Kamu tahu apa itu laper, Nan?"

Pertanyaan frontal dari Zahra menimbulkan tawa diantara gue. Keluarga gue dan dia tengah berada di jarak yang gak terlalu jauh. Gue usap rambutnya, dan berkata lembut.

"Tahu. Kondisi disaat perut sedang kosong."

"Aku bukan minta penjelasannya, tapi makanannya."

"Tapi kan tadi kamu nanya."

"Gak peka banget sih, maksud aku tuh aku mau makan. Laper banget..."

"Jangan merengek, nanti riasan wajahmu berantakan."

"Kalau aja aku gak lagi wisuda, gak bakalan aku pakai ini riasan. Risih banget, mana ribet lagi!"

Ya, walau begitu pun Zahra tidak suka dengan tatanan wajah maupun make up. Bahkan ia akui ia lebih suka tampil apa adanya. Seperti yang ia katakan, ber-make-up membuatnya risih.

"Ya sudah jangan make up tadi."

Lengan gue jadi sasaran empuknya untuk meluap kekesalan, wajahnya terlihat lucu.

"Maksud kamu aku tampil dengan wajah pucat?"

"Kulit putihmu, wajah cantik naturalmu, enggak mungkin kamu pucat. Pakai make up gini, bertambah cantiknya."

"Ya Allah, ini kamu, Nan? Aku gak sangka kamu akui kalau aku cantik! Tahu aja si bambank!"

"Terlalu pede juga gak bagus, Ra."

Lagi, lenganku menjadi sasarannya untuk meluapkan kekesalan yang dashyat.

"Adnan! Ih nyebelin banget sumpah."

"Enggak, Ra. Kamu tuh suka nethink,"

"Adnan, Zahra!"

Kami sama-sama menoleh. Melihat Kenzie dan Viona yang tampak bahagia, dengan keceriaan masing-masing. Keduanya bahkan sudah ingin beranjak ke jenjang yang lebih serius.

Zahra sudah ikhlas, ia sadar kalau Kenzie ditakdirkan bukan untuknya. Yang semoga saja ditakdirkan untuk... gue.

"Cie sudah tamat. Nikah kapan euy?"

Nah, kalau ini bukan dari kami. Melainkan dari Aidan, sahabat seperkocak gue.

"Nikah mulu mikirnya! Emangnya sudah ada calon?"

Ledek Zahra padanya, Aidan semakin tak mau kalah. Bahkan keduanya suka berdebat dengan hal-hal aneh tak kunjung berakhir.

"Iya iya yang udah ada calon."

"Aku mau kamu kemanakan?!"

Murka sahabat Zahra, Nadira. Gadis yang selalu mengerti Zahra begitu juga sebaliknya.

"Nah ini dia calon aku! Terbukti kan, Ra?"

Zahra merasa kikuk, awalnya ia ingin meledek Aidan, namun ia merasa waktu tak tepat.

"Oh iya! Aku lupa, Ra! Kamu kan calon Aidan! Aidan gimana sih, kok gak bilang?"

"Yeh pura-pura lupa dia," sungut Aidan.

Kami terkekeh. Menikmati situasi hangat yang tengah terbangun saat ini. Zahra lihat gue yang perlahan memudarkan tawanya. Melalui isyarat matanya, dia minta gue buat menjauh dulu.

Gue pamit untuk berlalu pada yang lain, berjalan dengan Zahra yang tampak melangkah kecil, sebab rok kebaya yang dia pakai.

Kami berada di area kampus, tak jauh dari lokasi kampus. Saat ini kami berdiri dalam diam. Gue sendiri masih tak paham maksud Zahra ajak kesini, mungkin ada yang mau dia omongin.

"Kenapa, Ra?" gue memecah keheningan. Dia lihat gue, gak jawab apapun kecuali beranjak ke sisi kanan buat duduk dibangku taman kampus.

"Gak apa, Nan."

"Terus?"

"Kaki aku sakit, gak bisa pakai heels yang tingginya kayak gini. Biasanya juga pakai swallow tuh."

Gue nahan tawa, Zahra selalu apa adanya. Hal yang buat gue gak bisa lepas dari dia. Saat lihat gue nahan tawa buat dia sedikit kesal.

"Mau aku beli sekarang?" kata gue setengah bercanda.

Dia diam, gak jawab pertanyaan gue sama sekali. Tatapannya lurus, seolah tengah menunggu sesuatu hal yang perlu gue utarakan.

Gue berdeham, berusaha menetralkan deguban jantung. Sebelumnya gue tak pernah segugup ini.

"Ra, aku mau bilang sesuatu."

"Bilang aja, gak perlu pakai izin."

"Tuhan menciptakan semua insan berpasangan," baru bilang gitu, Zahra natap gue aneh.

"Seperti Papa dan Mama kita."

Kini Zahra ubah posisi duduk.

"Aku yakin kita juga demikian."

Dia ngerutin alis, tanda tak paham.

"Jangan berbelit-belit, intinya aja langsung."

"Aku mau kamu jadi istri sah dan satu-satunya aku."

Dia diam, mata gue melihat kegugupan dalam dirinya, kegugupan yang awalnya juga gue rasakan.

"Ini serius, bukan omong kosong semata."

Tegas gue, bahkan gue sudah memasang wajah kalem dan tampak tenang. Gue tak begitu percaya diri jika Zahra menerima lamaran ini.

Lama dia natap gue, senyumnya terbit dengan damai. Membuat hati ini mendadak merasa tenang, tanda baik untuk hal ini.

"Temui orang tuaku, Nan. Minta restu keduanya."

Satu kalimat lolos dari dirinya seraya tersenyum, sorot matanya begitu menenangkan, pikiran gue terasa lebih ringan, tubuh kian bersemangat. Bahkan rasa lega tengah menguasai diri.

"Kamu akan menjadi madrasah buat anak kita."

***

TAMAT!

Mau extra part? Gampang, komen yang banyak! Nanti aku buat chapter yang makin seru!

Aku cuma mau bilang makasih beribu makasih buat teman-teman semuanya. Walau gak kasih vote, kalian baca cerita ini aja aku seneng banget!

Terima kasih telah menjadi bagian dari tamatnya cerita ini, untuk semuanya aku ucapkan LOPE U!

Salam manis,
Doi sah dari Mas Chanyeol 💋

(DA-1) STRANGEST LOVE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang