ləv? yəah, sho͝or (2_2)

9.6K 1.5K 175
                                    

["LOVE? LATER!" squel]

--------------------------------------------


--------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terhitung sudah seminggu ini sejak terakhir kali Jaemin mengganggunya. Ia memang masih mengiriminya pesan di pagi atau malam hari, datang ke kelasnya untuk meletakkan susu banana atau terkadang memberikan sesuatu bernuansa moomin padanya, tanpa sepengetahuannya tentu saja.

Tapi, dia jarang sekali bicara dengannya secara langsung.


Bukannya Renjun rindu, TIDAK. Ia hanya sedikit khawatir.



Apalagi ketika ia pergi ke kantin, Jaemin sama sekali tak menatapnya ketika berpapasan atau ketika Renjun melewati mejanya.

Renjun tidak rindu, SUNGGUH.

"Berhenti memanyunkan bibirmu itu! Aku kesal melihatnya." Haechan akhirnya berceletuk, mewakili Chenle dan Jisung yang sebenarnya ingin menanyakan hal ini sejak beberapa hari yang lalu. Renjun hanya memicing pada temannya kemudian berdecih. "Kau begini karena pacarmu itu mengabaikanmu 'kan?"

"Ha. Ha. Ha. Lucu sekali." balasnya sarkas.

Tangannya menusuk ice cream di depannya menggunakan sendok kemudian memutarnya seolah-olah ia tengah menusuk seseorang.

Matanya berapi-api, membuat siapapun bisa menebak jika Renjun sedang benar-benar marah saat ini. Chenle mendekat pada Jisung, takut pada ekspresi gege-nya.

"Dengar, Huang Renjun!" Beruntung Haechan itu tak kenal rasa takut. Ia juga sudah lelah dengan drama sahabatnya itu. "Kalau kau merindukannya, tinggal datang padanya. Dia itu kekasihmu, kau berhak tahu kenapa dia bersikap aneh secara tiba-tiba."

"Heh, kekasih myass."

"Kalau kau tidak menyukainya, kau pasti sudah menolaknya." Ucapan Haechan membuat kerutan di dahinya. "Tapi lihatlah dirimu, menikmati hubunganmu meskipun bibirmu itu suka bicara ngawur."

Ngawur? Justru lebih pada 'kejam'. Ucapan Renjun itu selalu pedas pada Jaemin. Tak hanya mengumpatinya, Renjun selalu mencari-cari kejelekannya untuk dimuntahkan di depan kekasih-nya itu.

Ia juga selalu menyalahkan Jaemin karena gara-gara lokernya, ia harus terjebak hubungan gila ini.





"Aku tak mau mengatakan ini sebenarnya," Haechan meletakkan sumpitnya. Mengaitkan kedua tangannya sembari menatap serius pada Renjun. Soal asmara seperti ini, Haechan lebih mengerti dari pada dirinya. "Tapi aku bisa merasakan jika Jaemin lelah, Renjun-ah. Bukankah Jaemin mengatakan jika dia menyukaimu sejak lama?"

Itulah fakta yang diketahui Renjun seminggu yang lalu sebelum Jaemin bersikap aneh.

"...."

『 ᴊ ᴀ ᴇ ᴍ ʀ ᴇ ɴ 』 [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang