ləv? yəah, sho͝or (1_2)

10.3K 1.4K 185
                                    

["LOVE? LATER!" squel]

--------------------------------------------

--------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun cemberut di sepanjang lorong. Membuat siapapun yang melihatnya akan heran. Biasanya anak itu sangat ramai. Kalau tidak mengomeli Jisung atau Chenle, dia akan memiting kepala Haechan. Namun pagi ini, ia datang sendirian, mengeluh sendirian, dan mengerang kesal layaknya manusia yang sebulan tidak makan hotpot; well, mungkin iya sih.

"Jaemin bodoh!" erangnya tiba-tiba. Bibirnya semakin dimajukan, tanpa ia sadari.

Sebenarnya ia sangat menggemaskan ketika merajuk seperti ini, tapi dia akan menjadi begitu sensitif sampai-sampai sapaan ramah teman-temannya justru dibalasnya dengan death-glare miliknya. Suasana hatinya sangat buruk hari ini.

Ngomong-ngomong soal Jaemin... mereka sudah berkencan selama tiga minggu. Keputusan sepihak tentu saja, setidaknya itulah yang dipikirkan Renjun. Ia menerima Jaemin dengan terpaksa karena ancaman Jaemin akan membeberkan surat cintanya di mading sekolah jika dia tidak menerima ajakan kencan gilanya ini.

Renjun tak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka satu sama lain.

Apa Jaemin memaksanya berkencan karena menyukainya? Nah, ia rasa tidak. Jaemin hanya mengajaknya berkencan agar semakin mudah membulinya.

Contohnya saja hari ini. Dia sengaja meminta Renjun untuk menunggunya, namun lima menit sebelum bel masuk, Jaemin mengirim pesan bahwa dia sudah sampai di sekolah tanpa menjemput Renjun. Gila, kan? Akhirnya, dengan perasaan dongkol dan amarah yang sudah di ubun-ubun, Renjun berangkat sendiri. Ia pun harus menerima hukumannya pagi ini dan baru bisa masuk ke kelas di jam ketiga.

Apakah Na Jaemin adalah kekasih yang baik? Hell, seperti itu pernah terjadi saja.

Dia justru memperbanyak intensitasnya untuk menganggu Renjun.

"Hai, babe" Sebuah ciuman mampir di pipinya bersamaan dengan rangkulan dipundak, membuat Renjun terkejut dan menjerit. Mengetahui jika itu adalah kekasih-nya, Renjun langsung menyikut perutnya dengan cukup keras hingga pemuda bersurai pinkish itu mengerang.

"AWW!" Jaemin memegangi perutnya yang terasa linu. "YAA! NA INJUN!"

"Rasakan!" Bibirnya menyeringai dan ia kembali melanjutkan langkahnya mencapai kelas. Ketika baru mencapai daun pintu, ia baru sadar akan 'panggilan' Jaemin padanya. "Berhenti mengganti margaku, sialan!" Kesalnya sembari melotot pada pemuda yang lebih muda darinya itu. Sebelum Jaemin membalasnya, ia segera masuk ke dalam kelasnya.









(๑و•̀ω•́)و









Renjun, Chenle, Jisung dan Haechan melihat ke sekeliling kantin dengan nampan ditangan masing-masing. Kantin sangat ramai sehingga mereka tak bisa melihat dengan jelas tempat kosong yang bisa mereka singgahi.

"Damn! Tau begini seharusnya aku menerima ajakan Mark hyung ke atap." Renjun berdecih pada cuitan Haechan. Temannya sungguh beruntung karena sepertinya Mark Lee memiliki perasaan yang sama dengannya. Tak seperti Renjun yang harus berakhir menjadi kekasih dari musuhnya sendiri dan bukannya Lee Jeno yang... ah, sudahlah, lupakan.

"Hyung! Disana ada satu meja kosong!" Jisung, yang memang paling tinggi diantara mereka menunjuk bagian kantin paling pojok, dekat kolam tanpa ikan. Tubuh tingginya itu berguna juga disaat seperti ini.

"Tunggu apa lagi," Haechan mendahului. "Ayo kesana sebelum yang lain menempatinya!" Renjun sudah akan mengikuti teman-temannya sebelum matanya tanpa sengaja melihat Jaemin bersama teman-temannya duduk dan tertawa di meja sebelah tempat kosong itu.

"Tak adakah tempat lain, Jisung-ah?" Ia bertanya pada yang paling muda. Ia masih ragu jika harus berada ditempat yang dekat dengan Jaemin. Ia tak bisa menjamin kalau Jaemin akan membiarkannya makan dengan tenang hari ini. Sama seperti dua hari yang lalu. Jaemin dengan sengaja menjegal kakinya sehingga makanannya semua tumpah dan membuat hidungnya sakit karena wajahnya mencium lantai.

"Ugh, hyung," Jisung menatapnya penuh rasa bersalah. Sepertinya tahu alasan kenapa Renjun terlihat ragu dan tidak mau. "Maaf, hanya meja itu yang kosong." Masih dengan muka cemberutnya, akhirnya Renjun mengikuti langkah teman-temannya. Sengaja berada paling belakang supaya Jaemin tak bisa melihatnya.

Suara tawa surai pinkish itu terdengar semakin jelas ketika jarak mereka terkikis. Bisa ia rasakan tatapan mata teman-teman Jaemin, bahkan mungkin netra pemuda itu juga jatuh pada mereka. Renjun memilih untuk mengabaikannya, berdoa dalam hati agar Jaemin melepaskannya hari ini karena ia sudah sangat lapar.

Renjun terlalu sibuk menundukkan kepalanya sehingga tak menyadari jika teman Jaemin, Lucas, menjulurkan kaki panjangnya tepat ketika ia lewatㅡ

"AKH!" ㅡdan berhasil membuat Renjun oleng. Renjun menutup matanya rapat-rapat, takut merasakan sakitnya ciuman lantai seperti kemarin-kemarin. Namun detik berikutnya, yang dirasakannya justru sebuah rengkuhan di pinggangnya dan tubuhnya yang memutar ringan kearah yang tak bisa ia tebak.

"Baby?" Ketika inderanya mendengar suara lembut itu, Renjun sontak membuka matanya. Menemukan dirinya duduk diatas paha Jaemin dengan lengan yang memeluk leher Jaemin dengan erat.

WHAT. THE. FUCK. JUST. HAPPENED!

SEJAK KAPAN?!

Tak hanya netranya yang membulat terkejut, perlahan wajahnya pun perlahan dihiasi rona stroberi. Renjun menahan nafasnya ketika wajah mereka berada dalam jarak yang berbahaya. Ada seringaian kecil di wajah Jaemin yang entah mengapa justru membuat jantungnya menjadi ribut di dalam sana. Renjun tak pernah menyadari jika tangan besar Jaemin melingkar lebih erat pada pinggangnya, mengikis jarak diantara tubuh mereka.

"Apa kau menyukai posisimu, hn?" bisik pemuda yang lebih muda darinya itu.

Seolah menyadari seluruh pandangan kaget dan pandangan menggoda dari teman-teman Jaemin, Renjun langsung menggerakkan badannya tidak nyaman. Kedua tangannya sudah tidak melingkari leher Jaemin lagi berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan pemuda itu. Sayang sekali, kekasih-nya itu sepertinya tak memiliki niatan untuk melepaskannya.

"Kau tidak mau makan siang dengan pacarmu?"

"Boyfriend myass!" umpatnya lucu, justru membuat Jaemin semakin gemas dengan tingkahnya. Ia dengan sengaja mencium ujung hidung Renjun untuk membuat pemuda mungil itu bungkam. Dan nyatanya itu berhasil.

"Makananmu sudah jatuh di lantai, moomjuni." Dengan masih memegangi Renjun dengan tangan kanannya, tangan kiri Jaemin perlahan menggapai sebuah biskuit di atas mejanya kemudian menyodorkannya pada sang kekasih. "Nah, kau makan disini saja." Jaemin mengetuk-ketukan biskuit itu pada permukaan plum Renjun.

Renjun masih menutup mulutnya rapat.

Ujung matanya diam-diam melirik ke arah teman-temannya yang sudah berada di meja mereka. Hanya ada Jisung menatapnya penuh rasa bersalah sementara Chenle dan Haechan justru mengobrol santai seolah-olah mereka tak tahu apa sedang terjadi pada dirinya.

Dasar penghianat!

"Na Injunㅡ" Renjun membuka mulutnya, namun tidak hanya menggigit biskuit ditangan Jaemin, melainkan juga jari pemuda itu. "AKH YAA!" Jaemin berteriak sakit tentu saja. Melihat ada kesempatan, Renjun lekas berdiri dari posisinya. Menjulurkan lidahnya pada Jaemin sebelum menyusul teman-temannya di meja mereka. Senyuman kepuasaan tercetak di wajahnya.

Tak menyadari jika senyuman kecil sebenarnya juga tercipta di wajah kekasih­-nya.








-----------------------------------------------> bagian 2

『 ᴊ ᴀ ᴇ ᴍ ʀ ᴇ ɴ 』 [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang