Bel masuk sudah berbunyi. Semua siswa dan siswi kembali menjalankan kegiatan belajar mengajar di kelas masing-masing. Tak terkecuali Rara dan kawan-kawan.
"Hoamm."
"Ngantuk gue," keluh Lyra pada Rara.
"Sama," ucap Rara sambil cemberut.
"Izin ke wc yuk," ajak Lyra.
"Yuk, pingin pipis juga." mereka beranjak dari bangku mereka.
"Bu izin ke belakang," ucap Lyra pada Bu Emi.
"Iya," jawab Bu Emi.
Mereka berdua pun ke kamar mandi perempuan yang ada di bawah. Dikarenakan disana lebih luas dan lebih nyaman untuk ngadem. Setelah membuang buang air kecil mereka keluar dan mencuci muka di wastafel. Cukup menyegarkan dan membuat tidak mengantuk lagi setelah mendengarkan penjelasan dari Bu Emi.
Bu Emi adalah ekonomi lintas minat kelas 10. Beliau menjelaskan dengan sangat panjang dengan perumpamaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Mengerti, namun akan sangat ngantuk jika terus berada di dalam kelas. Sehingga akan seperti Rara dan Lyra yang memilih untuk kabur ke kamar mandi ketimbang berada di kelas.
"Hah seger banget," ucap Rara setelah mencuci muka dengan air di wastafel.
"Hooh. Adem lagi disini," ucap Lyra menyetujui.
"Ra, lo beneran deket sama Kak Dean?" tanya Lyra tiba-tiba.
"Gue cuma temenan, sumpah deh. Ntar gue ceritain dari awal ketemu deh biar kalian gak pada curiga sama Rara," jelas Rara.
"Hadeuh mulai deh manggil diri sendiri pake nama, kemaren padahal udah sembuh tuh ngomong pake lo-gue," tegur Lyra.
"Emang kenapa sih kalo gue manggil diri sendiri Rara?" tanya Rara yang sangat penasaran dengan alasan teman-temannya yang suka mengingatkannya agar tidak memanggil diri sendiri dengan nama.
"Gue gamau lo dibully Ra." kalimat itu membuat Rara bingung. Sejak kapan Rara dibully? Apakah pernah memang Rara dibully?
"Gue udah kenal lo dari masih orok Ra, keluarga kita sahabatan dari zaman mereka sekolah dulu. Waktu kita masih TK, gue denger Arin sama temen-temennya mau nyelakain lo. Karena mereka nganggep kalo lo itu lemah. Buktinya aja ngomongnya ga pake aku-kamu. Tapi sebelum mereka ngelakuin itu gue bilang sama mereka biar ga gangguin lo. Makanya sejak saat itu gue ikutan silat," jelas Lyra yang membuat Rara tak percaya. Pantas saja Rara tidak pernah tau jika dirinya dibully karena Lyra selalu mencegah orang yang akan membully terlebih dahulu sehingga mereka tidak jadi melakukan aksinya.
"Ly? Gue gatau harus ngomong apa, tapi gue sayang sama lo, Rara sayang sama Lyra. Lyra selalu ngerti Rara apapun keadaannya. Makasih Lyra," ucap Rara sambil memeluk Lyra. Lyra pun membalasnya.
"Gue juga sayang sama lo. Untungnya kriteria cowo kita beda ya, jadi kita ga pernah berantem haha. Tapi kayaknya aksen ngomong lo kalo gitu sekarang jadi daya tarik tersendiri hahaha," canda Lyra sambil melepaskan pelukan mereka.
"Hah? Maksudnya? Gue ga ngerti," ucap Rara yang bingung dengan pernyataan Lyra barusan.
"Buktinya Kak Dean nyantol sama lo," ucap Lyra santai.
"Alah, jangan bercanda deh Ly, mana ada Kak Dean suka sama gue Ly," ucap Rara yang berusaha menyangkal pikiran-pikiran orang lain terhadap dirinya dan juga Dean.
"Kalo ga suka ngapain nyapa. Semua orang juga tau kalo Kak Dean ramah. Tapi ya kalo ga deket gaakan di sapa duluan, kan biasanya yang nyapa duluan orang lain," ucap Lyra.
"Iya sih, tapi gapapa lah. Cuma gue takut Ly, orang itu takut datengin gue lagi," ucap Rara yang berubah menjadi sendu.
Lyra tau apa yang sedang Rara rasakan. Disaat ia baru menginjakkan kaki di sekolah baru malah harus dapat masalah dengan kakak kelasnya. Mungkin bagi orang lain ini adalah hal sepele yang tidak usah difikirkan. Tapi yang mendatanginya adalah kakak kelas yang famous yang banyak kaki tangannya. Mungkin umurnya bisa dibilang belia. Tapi pendidikan moral tak menempel pada lubuk hatinya. Ia baik bahkan bisa dibilang sangat baik. Tapi kata orang itu hanya cerita dahulu saat ia masih SMP dan di bully oleh teman yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean and Rara
Teen FictionKehidupan Rara yang seketika berubah di saat mengenal Dean. Anak broken home yang hangat namun di dalam hatinya terdapat luka yang begitu dalam.