Kembali ke rutinitas. Hari senin, Dean kembali mengajak Rara untuk pulang bersama setelah pulang ekskul. Sehingga Rara tidak dijemput oleh ayahnya yang kebetulan lembur
Pukul 4 sore Rara sampai di rumah dengan diantar Dean. Selalu saja Rara yang ketiduran di mobil Dean. Namun untungnya kali ini Rara mudah dibangunkan.
"Ra bangun, udah nyampe," panggil Dean pelan di sebelah Rara.
Mendengar ucapan Dean perlahan mata Rara mulai terbuka.
"Udah nyampe?" tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.
"Tumben gampang dibangunin," ujar Dean.
"Ihh emang Rara gampang dibangunin kok," elak Rara.
"Kata siapa? Waktu kemarin aja kamu susah dibangunin sampe harus digendong," ucapan Dean sukses membuat wajah Rara memerah menahan malu.
"Udah ah Rara mau masuk," bukannya seharusnya Dean ya bete ya? Kok malah Rara yang bete. Dean segera keluar mobil untuk mengejar Rara.
"Jangan marah dong Ra,"
"Rara ga marah Kakak," sanggah Rara. Rara tak berani menatap Dean setelah ia di tembak kemarin. Jantungnya seperti mau copot jika melihat Dean.
"Boong. Kok ga liat aku?" selidik Dean sambil terus menatap Rara.
"Gamau Kakak jelek!" bentak Rara dengan nada kesal.
"Ah masa? Yaudah nanti nyari yang baru aja," hal tersebut membuat Rara mendongkakan wajahnya menatap Dean.
"Yaudah sana cari yang lain. Emang Rara ga cantik kan!" emosi Rara.
"Ululuuu gemes marahnya," goda Dean.
"Ihhh Kakak," kesal Rara. Wajah Rara sudah merah saat ini. Daripada berlama-lama di luar mending Rara segera masuk untuk menetralkan kembali detak jantungnya.
"Rara masuk ya Kak, Kakak hati-hati di jalan. Jangan ngebut," pesan Rara.
"Siap Rara," ucap Dean sambil hormat.
Setelah seharian jalan bersama Dean badan Rara terasa sangat lengket. Sehingga ia lebih memilih mandi terlebih dahulu lalu beristirahat dan mengerjakan tugas untuk minggu depan.
Tepat pada pukul 07.00 malam, Farhan memanggil Rara yang ada di kamar untuk makan malam bersama.
"Dek! Makan dulu," panggil Farhan. Karena tidak ada sahutan dari dalam, Farhan memilih untuk masuk ke kamar Rara.
"Dek udah dulu ngerjain PR nya, makan malam dulu udah ditunggu ayah sama bunda," ucap Farhan.
"Iya Bang, ini udah selesai kok," ujar Rara sambil membereskan buku-bukunya.
"Yaudah Abang tunggu di bawah ya," sepeninggalan Farhan, Rara bergegas mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur.
Makan malam berlangsung khidmat. Semuanya fokus pada makanan yang ada di depannya. Setelah semuanya selesai dilanjutkan quality time mereka untuk saling bercerita.
"Ayah, bunda tuh si adek udah pacaran," ucap Farhan membuka pembicaraan malam ini.
"Udah besar dong anak Ayah," ucap Adit.
"Ihh apaan sih Bang," Rara jadi salting sendiri dengan perkataan ayah dan abangnya.
"Sama si Dean itu dek?" tanya Zahra.
"Iya Bun," uajrnya dengan wajah yang sudah merah tomat.
"Kalau dilihat sih, dia kelihatannya anak baik. Bukan anak geng juga kan. Bunda gaakan larang kamu pacaran tapi kamu harus tahu batasan-batasannya dan juga harus menjaga omongan tetangga," pesan Zahra pada putri sematawangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean and Rara
Teen FictionKehidupan Rara yang seketika berubah di saat mengenal Dean. Anak broken home yang hangat namun di dalam hatinya terdapat luka yang begitu dalam.