Pagi ini mungkin dapat dikategorikan menjadi pagi yang paling Rara tidak sukai. Bagaimana tidak, Putri benar-benar menjauhinya. Jika kalian berkata Rara lebay. Ya! Sebut saja Rara lebay. Hanya dijauhi saja sampai menangis. Tapi tolong kalian mengerti, setiap orang itu berbeda. Rara yang anaknya perasa tidak dapat membendung air matanya lagi di balik bilik kamar mandi perempuan.
"Kenapa lo jauhin gue sih Put? Kalo lo mau Kak Dean gapapa ambil aja gue ga butuh. Eh? Tapi-," dalam deraian cairan bening itu Rara masih saja terus mengoceh.
"Ih tapi, gue nyaman sama Kak Dean. Tapi gapapa deh buat lo aja gue ikhlas asal lo ga jauhi guee hiks,"
"Ra! Ra lo di dalem?" teriak seseorang dari luar.
Rara yang memang sudah mengenal suara itu langsung menyahut dari dalam.
"Iya Ly, gue di dalem. Bentar gue bukain pintunya," ucap Rara sambil mengusap air mata yang sudah jatuh di pipinya lalu membuka pintu.
"Ih lo mah, bengkak kan tuh muka," ujar Lyra. Tadi pagi ia dan Rara tidak berangkat bersama karena Rara yang berangkat dengan Dean. Ia dan Rara bertemu di parkiran dan masuk ke lingkungan sekolah bersama, namun saat berpapasan dengan Putri yang entah mengapa tidak menyapa mereka Rara langsung menitipkan tasnya dan izin ke toilet.
"Ly, gue gakuat dijauhin Putri," ucap Rara dengan suara serak.
"Udah lo tenang aja biar gue yang omongin ini sama Putri. Mending lo cuci muka bentar lagi bel. Masa iya lo ke kelas tapi muka lo kaya abis digebukin orang," ucap Lyra sambil terkekeh melihat wajah sahabatnya yang sudah bengkak dan merah itu.
Setelah dirasa cukup baikan, Rara dan Lyra menuju ke kelas. Untung saja mereka duluan yang masuk, jika tidak mereka akan terkena hukuman dari Bu Mimin guru matematika mereka.
"Baik anak-anak kalian sudah siap ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kalian dengan kelompok?" tanya Bu Mimin memulai pelajaran kali ini. Namun, tidak ada siswa ataupun siswi X IPA 2 yang menjawabnya.
"Aduh kebiasaan deh kalian kalo disuruh ke depan susah. Sekarang masing-masing ketua kelompok ke depan untuk mengambil kocokan," ucap Bu Mimin yang sudah geram dengan sikap anak-anak X IPA 2.
Satu persatu kelompok mulai tampil ke depan. Untung saja Rara dan kelompoknya kebagian nomor tengah.
Pelajaran demi pelajaran sudah dilalui. Kini saatnya pulang dan beristirahat.
"Ra lo balik sama siapa?" tanya Lyra.
"Gue nebeng lo aja deh," ucap Rara sambil cengengesan.
"Yaudah ayok," ajak Lyra.
"Gaes gue sama Rara duluan ya!" pamit Lyra pada Dina dan Nanda. Namun saat akan keluar kelas tiba-tiba Putri menghalangi jalan mereka.
"Gue mau ngomong sama kalian," ucap Putri sambil berlalu agar Rara dan Lyra mengikutinya.
Ternyata mereka diajak ke taman belakang sekolah yang sudah sepi dikarenakan sudah waktu pulang.
"Jadi?" ucap Lyra memulai pembicaraan.
"Oke, gue minta maaf sama kalian terutama Rara. Gue udah egois dengan ngejauhin lo Ra. Selama gue jauhin lo, gue sadar kalo gue gabisa jauh dari sahabat gue," jelas Putri.
"Gapapa Put, lo ga salah kok. Gue ngerti apa yang lo rasain, kalo gue jadi lo pun mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama. Siapa sih yang rela cowo yang kita suka deket sama orang lain apalagi sahabat lo sendiri," ucap Rara. Tanpa sadar setelah kejadian tersebut status mereka berubah menjadi sahabat.
"Makasihh ya Ra, lo udah ngertiin gue. Makasih suka dengerin curhatan gue. Kita baikan?" ucap Putri sambil mengulurkan tangannya.
"Iyaa dong," ucap Rara. Lalu mereka pun berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean and Rara
Novela JuvenilKehidupan Rara yang seketika berubah di saat mengenal Dean. Anak broken home yang hangat namun di dalam hatinya terdapat luka yang begitu dalam.