Hampir seminggu, Sakura pergi secara misterius. Berulang kali Sasuke berusaha menghubunginya, dan sialnya si operator yang terus menjawabnya.
Untungnya, keadaan Sarada semakin membaik setelah rutin meminum obat selama 2 hari ini, bintik-bintik di tubuhnya mulai berkurang. Demamnya juga sudah menurun, tapi semangatnya belum kembali.
Seperti saat ini, Sasuke sedang berusaha mengajak sang putri bermain. Namun alih-alih merespon, putrinya itu malah termenung sambil menatap jendela kamar yang menampilkan pemandangan biru langit.
"Hiks..hikss..hiks.."
Sasuke menatap panik pada Sarada yang tiba-tiba menangis.
"Hei, kenapa menangis, Princess? Ada yang sakit, hm? Kau pusing?" Sasuke mengusap air mata putrinya.
Sarada menggeleng pelan, air mata tetap mengalir di pipinya.
"Lalu kenapa? Bicaralah." Mohon Sasuke.
"Aku lindu mama. Hueee..." Ungkapnya dengan tangisan yang semakin kencang.
Sasuke mendekap tubuh putrinya, ia mengerti bagaimana perasaan Sarada. Mengingat putrinya itu memang lebih dekat dengan sang istri ketimbang dirinya.
Ia pun merindukan Sakura, sangat merindukannya. Ia ingin Sakura segera kembali bersamanya dan juga Sarada. Ia juga ingin Sakura menjelaskan perihal kebohongannya.
"Ssttt.. Sudah, jangan menangis, Princess. Mama pasti juga merindukanmu, mama juga ingin segera pulang. Tapi jika mama pulang sebelum waktunya, pasti mama akan dimarahi. Jadi, Princess harus sabar menunggu mama, ya?" Sasuke mengelus punggung Sarada lembut.
Sarada mengangguk dan mencoba tersenyum, "Mama juga lindu aku?"
"Tentu saja, sekarang pasti mama sedang memikirkan Princess." Hibur Sasuke.
"Telima kacih, papa." Sarada memeluk erat tubuh papanya.
"Hn." Sasuke tersenyum simpul, setidaknya ia berhasil menghapus kesedihan putrinya.
.............
Tik.. Tok.. Tik.. Tok..
Ruangan itu begitu sunyi, hanya suara detak jam dinding yang memenuhi indra pendengaran. Sesekali alunan nada tercipta dari jari-jari yang menari di atas keyboard sebuah laptop.
Terdengar helaan nafas frustasi dari sesosok pria yang sedari tadi menyibukkan diri di depan laptop.
"Sial." Umpatnya.
Ia meraih ponselnya dan mencari sesuatu di antara sederet nama yang memenuhi kontaknya. Ia segera menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.
Tut..tut..tut..
"Apa?"
"Oh, kau sibuk?" Tanyanya setelah seseorang yang dihubunginya menyahut.
"Tidak, aku hanya menonton tv dan itu sangat membosankan." Keluh orang itu.
"Bisa kau kemari?"
"Kemana?"
"Cih, ke rumahku tentu saja." Pria itu mulai terlihat emosi.
"Oh, memang ada apa?"
"Brengsek, kau bisa atau tidak? Kenapa kau selalu merusak mood ku? Sial!" Ahh.. Sepertinya kalian sudah mengetahui dua sosok ini.
"Hehehehe.. Sebenarnya bukan aku yang merusak moodmu, tapi kau saja yang selalu emosian. Padahal aku kan tidak mengganggumu. Dasar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Papa Suke(END)
FanfictionDisclaimer: Masashi Kishimoto Pairing: Sasusakusara Rate:T Typo,ooc,dsb. Cerita ini murni milik saya. Gambar diambil dari berbagai sumber. Apa jadinya jika seorang Uchiha Sasuke, pengusaha sukses yang terkenal dengan sikap dingin dan tegasnya harus...