5

8.8K 653 25
                                    

Masih di Kedai Ichiraku, mereka masih asyik mengobrol dan menyesap minuman masing-masing, semua mangkuk ramen sudah kosong. Bahkan Naruto yang memesan 3 mangkok juga bersih tanpa sisa.

Bocah-bocah juga tengah sibuk bermain, Sarada bahkan sudah mulai akrab dengan Inojin dan Shikadai.

"Kau ingat saat Sasuke pertama kali mendekati Sakura-chan? Aku tidak bisa berhenti tertawa jika mengingatnya. Hahaha.." Tawa Naruto menggelegar.

"Kau benar, aku masih ingat wajah bodohnya yang semerah tomat hanya karena Sakura meliriknya. Betapa polosnya kau, Sasuke." Kali ini tawa Shikamaru yang memenuhi setiap sudut ruangan.

"Kau benar-benar pria paling kaku yang pernah ku kenal. Aku bahkan ingat tanganmu bergetar saat memberinya sebuah lolipop. Hahaha.. Memalukan." Sai juga ikut membully.

Sedangkan sang objek pembullyan hanya diam menahan malu, ah betapa polosnya ia saat masih remaja.

"Sudah puas?" Cuek Sasuke.

"Oh ayolah, masa begini saja kau marah. Lemah sekali." Ejek Naruto.

"Hn. Aku tidak marah, hanya saja, bisakah kalian berhenti mempermalukanku?" Pipinya sedikit bersemu. Tentu saja itu mengundang tawa yang lebih heboh.

"Kalian lihat itu? Dia bersemu." Naruto sangat bersemangat jika urusan membully.

"Ingatkan aku untuk memotretnya." Ucap Shikamaru sambil mengusap ujung matanya yang berair.

"Dan aku akan melukisnya." Tak berbeda jauh dengan Shikamaru, Sai pun juga sampai menangis akibat terlalu banyak tertawa.

"Terserah." Sepertinya Sasuke mulai merajuk.

"Hahaha.. Baiklah sudah cukup kita membuat tuan muda Uchiha ini menahan amarahnya." Final Naruto sebagai akhir pembullyan Sasuke.

Tentu dalam hati, Sasuke bersorak gembira. Bagaimana tidak? Ia bahkan hampir mati karena malu. Dan dengan diakhirinya pembullyan ini, ia benar-benar merasa terlahir kembali.

"Sejujurnya aku merindukan istriku." Ungkap Sai, ia menatap kosong langit-langit kedai.

"Kau benar, aku sangat membutuhkan Hinata untuk mengurus Boruto yang overprotektif itu. Ya meskipun sifatnya itu menurun dariku." Kali ini Naruto yang mengungkapkan kerinduannya pada sang istri.

Sasuke mulai menerawang, ia membenarkan perkataan teman-temannya. Meskipun ia menikmati mengurus Sarada, namun ia tidak bisa sesempurna Sakura. Sasuke sangat merindukan sosok istrinya itu.

"Kira-kira mereka sedang apa di Suna?" Tanya Shikamaru entah pada siapa.

Lamunan Sasuke terhenti, ia merasa ada yang janggal.

"Tunggu, kau bilang Suna? Bukankah mereka pergi ke Iwa?" Tanya Sasuke memastikan bahwa pendengarannya mungkin sedang error.

"Iwa? Temari bilang mereka akan melatih dokter-dokter magang di Suna." Jelas Shikamaru.

"Hei, kalian mungkin keliru. Hinata berkata padaku bahwa mereka ada pelatihan dari para petinggi di Kiri." Sepertinya mereka sedang dibuat bingung oleh para istri.

"Sepertinya ada yang aneh dengan istri-istri kita." Curiga Sai.

"Apa yang dikatakan Ino?" Tanya Sasuke.

"Dia berkata ada rapat penting di Kumo untuk pemilihan relawan yang akan dikirim ke luar negeri." Jelas Sai.

"Ini benar-benar mencurigakan!" Seru Naruto.

"Neji." Ucap Shikamaru pelan.

"Apa maksudmu?" Heran Sasuke.

"Neji, istrinya pasti juga pergi bukan? Maksudku, para wanita itu, mereka bersahabat. Tidak menutup kemungkinan, mereka juga menghubungi Tenten. Meskipun dia dan Neji tinggal di Suna. Kalian tahu maksudku?" Shikamaru sangat pintar menganalisis dan itu terlihat masuk akal.

The Best Papa Suke(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang