awal dunia baru

377 22 5
                                    

1

Rambut ikal itu menjuntai panjang jatuh dari sebuah meja tempat sang empu menidurkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut ikal itu menjuntai panjang jatuh dari sebuah meja tempat sang empu menidurkan kepalanya. Tanpa ada percakapan bahkan tidak ada insan untuk berbagi cakap, kepala itu memang lebih pantas ditidurkan diatas meja.

Sang empu yang menidurkan kepalanya diatas meja kantin itu bernama Ginan. Gadis cantik berdarah sunda, tapi tidak selembut teteh-teteh Bandung seperti biasanya.

Ginan adalah anak yang sulit beradaptasi dengan tempat baru. Ginan bukan anak yang rendah hati dan mau menyapa orang lain terlebih dahulu. Jika disapa pun dengan canggung Ginan akan menjawab singkat. Hal itu menyebabkan ia harus duduk sendirian di kursi kantin saat ini.

Anak baru seperti Ginan akan sulit mendapatkan teman. Terbukti walaupun sudah 2 hari masuk sekolah baru, belum ada satupun teman yang Ginan dapatkan. Mereka hanya sekedar menyapa tapi tidak ada yang mengajaknya pergi ke kantin atau pergi ke perpustakaan dan membaca buku bersama.

Kantin begitu ramai, Ginan lapar tapi malas untuk mengantre. Terlebih Ginan tidak mau saat banyak orang yang menatapnya lalu berbisik. Kenapa orang-orang selalu berbisik saat ada anak baru. Kenapa tidak langsung mengajak kenalan? Itu sih harapan Ginan.

Ginan sempat berfikir apakah sejelek itu wajahnya sampai tidak ada satupun yang mengajaknya berteman?

Ginan beranjak dari tempat duduknya, ingin membeli minuman dingin untuk menyegarkan tubuhnya.

Ia mengambil satu kotak minuman teh dan segera kembali pada kursi yang sebelumnya dia tempati.

Keadaan kantin tiba-tiba riuh, entah ada apa tapi sepertinya datang segerombol anak geng yang membuat banyak siswa mendadak berbisik-bisik dengan teman mereka masing-masing. Sayangnya Ginan tidak tahu harus kepada siapa dia bertanya tentang geng yang baru saja masuk kantin.

Ya, Ginan langsung menyimpulkan bahwa mereka dalah geng karena mereka memiliki seorang yang berjalan didepan dengan beberapa orang yang mengikuti di arah belakang.

Tayangan-tayangan drama tentang pembulian anak sekolah segera terputar pada otak Ginan. Tapi anak-anak itu cukup rapih dan berwajah baik jika harus disamakan dengan geng pembuli di dalam drama yang sering ditontonnya.

Ginan segera menghabiskan teh kotaknya. Tapi dia masih lapar, perutnya masih menagih untuk diisi makanan. Sial, padahal Ginan sangat malas. Apalagi ada anak-anak geng itu yang menambah kepadatan kantin.

Lagi-lagi Ginan mengurungkan niatnya untuk membeli makanan. Ia melupakan fakta bahwa dikantin tersisa satu meja dengan beberapa kursi, dan itu adalah meja yang dia tempati.

Ginan mulai gelisah. Dan benar saja anak-anak geng itu duduk di tempat yang sama dengan tempat yang Ginan tempati.

"Baru ngelihat. Anak baru yah?" Tanya salah seorang anak cowok dalam geng itu.

Ginan hanya mengangguk untuk menjawab, ia tidak merasa harus menjawab pertanyaan cowok itu. Lagi pula ia sangat malas.

"Pindahan mana?" Tanya salah satu yang lain.

"Bandung." Jawab Ginan singkat, sekali lagi dia sangat malas. Tidak usah ditanyakan lagi kenapa Ginan tidak mempunyai teman.

Tidak ada pertanyaan lagi dari anak-anak geng itu. Tapi tetap saja Ginan merasa terganggu karena anak-anak itu mengobrol lalu tertawa dengan keras. Dan obrolan mereka sama sekali tidak menarik bagi Ginan. Anak SMA mana yang masih membicarakan tokoh Marvel dan menirukan gaya para hero itu saat bertarung. Jelas Ginan sangat terganggu.

"Kalian bisa pergi nggak?" Tanya Ginan karena sudah tidak tahan dengan keributan yang dibuat anak-anak itu.

Sontak tatapan heran dilayangkan pada Ginan, "Kenapa kita harus pergi? Ini kantin sekolah kan, bukan kantin milik lo pribadi?" Tanya anak yang berjalan di depan tadi.

Sepertinya ketua geng itu tidak suka dengan sikap Ginan yang tiba-tiba mengusir-fikir Ginan.

Ginan berhasil membuka mulut anak itu setelah membungkam dari pertama mereka masuk ke kantin.

"Tapi kalian ganggu." Jawab Ginan.

"Yang lain gak keganggu tuh. Kalo lo emang keganggu kenapa gak lo aja yang pindah?" Tanya cowok itu.

"Gue nempatin tempat ini duluan." Jawab Ginan.

"Tapi kita yang sekolah disini duluan." Ujar Cowok itu.

Ginan tidak bisa menjawab untuk mempertahankan posisinya. Ia kalah telak jika sudah membawa hal itu. Menyebalkan.

Ginan segera berdiri dari duduknya. Jelas ia sudah kalah dan malu jika masih bertahan disana.

"Mentang-mentang, ka murid anyar sombong pisan! Untung kasep." Ginan berujar sambil menghentakan kakinya pada langkah yang sebenarnya tidak ingin dilakukan.

Cowok itu tersenyum manis entah untuk alasan apa. Entah untuk keberhasilannya mengalahkan seorang perempuan yang biasanya selalu menang dalam setiap perdebatan. Atau untuk alasan lain yang membuat banyak insan bertanya namun tidak dalam ucapan.

Song Yuqi as Ginan Arfa

Ps: karakter yang dipilih hanya untuk mengisi agar tokoh dalam cerita terasa lebih hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ps: karakter yang dipilih hanya untuk mengisi agar tokoh dalam cerita terasa lebih hidup. Tunggu kemunculan karakter lainnya.

Ini apa??

Ternyata membaca itu lebih menyenangkan setelah aku nyoba untuk nulis.

©2019

Ginan | Song YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang