berawal dari kekonyolan

177 19 5
                                    

Pelajaran hari ini berjalan biasa saja bagi Ginan, tidak ada yang menarik hanya guru yang menjelaskan materi 'ancaman terhadap RI'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelajaran hari ini berjalan biasa saja bagi Ginan, tidak ada yang menarik hanya guru yang menjelaskan materi 'ancaman terhadap RI'.

Anak-anak lain mendengarkan dengan seksama, selain pembahasan yang lumayan menarik gurunya juga killer membuat anak-anak itu takut untuk bertingkah.

Sama saja seperti keadaan kelas disekolah lamanya. Anak-anak mendadak menjadi murid yang patuh saat berhadapan dengan guru killer.
Anak-anak mendadak menjadi pendiam saat berhadapan dengan kakak kelas.

Masih tidak ada yang spesial, hanya ada Ginan yang tidak punya teman dan Redian cowok yang selalu menawarkan untuk mengobrol bersama tapi selalu ditolak mentah-mentah oleh Ginan karena selalu membahas 'suara siapa yang paling bagus, Upin atau Ipin?'

Jika sudah mendengar pertanyaan semacam itu dari Redian, Ginan hanya bisa meringis. Keanehan pada basa basi seorang anak SMA.

Ginan berjalan sendiri di koridor panjang, melewati setiap kelas yang kebanyakan sudah kosong karena sudah memasuki jam istirahat. Kecuali kelas 12 IPA 1 yang masih belajar dikelas. Bisa dipastikan itu adalah guru yang memotong jam istirahat untuk melanjutkan pelajarannya.

Ginan mendatangi kantin walaupun sendiri dan memilih kursi yang berbeda dari sebelumnya, tujuannya untuk menghindari anak-anak geng itu.

Ginan tidak mau dalam hidupnya tertulis kisah menyebalkan dan memuakan, apalagi berurusan dengan geng sekolah, Ginan sangat menghindari hal itu.

Dengan bermodalkan earphone yang rusak sebelah, Ginan bisa mendengarkan musik yang akhir-akhir ini sering ia putar sambil menikmati angin sore.

Ginan tersentak saat tiba-tiba Redian duduk disebelahnya, cowok itu dengan santainya mengambil sebelah earphone Ginan dan memasangkan pada telinganya sendiri. Salah satu earphone yang asik menggantung itu kini melekat pada telinga Redian.

Redian terdiam lalu menatap Ginan yang masih mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi.

"Buat apa lo pake earphone kalo gak ada musiknya?" Tanya Redian, earphone itu masih menempel pada telinganya, padahal sudah tahu tidak ada musik yang terdengar diasana.

"Itu emang rusak." Jawab Ginan. Ia menunjuk earphonenya yang terpasang dengan sempurna pada telinga kanan Redian.

"Ck, kalo rusak kenapa dipake?" Tanya Redian, segera ia melepaskan earphone yang ada ditelinganya lalu melepaskan earphone yang terpasang dengan nyaman pada telinga Ginan.

Kini earphone itu diletakan diatas meja, mengundang atensi Ginan untuk menatap ke atas meja lalu kembali menatap Redian dengan penuh keanehan.

"Kenapa dilepas?" Tanya Ginan, ia menatap Redian dengan penuh keheranan.

"Katanya rusak." Ujar Redian. "Kalo rusak gak usah dipake." Kini Redian melepaskan earphone berwarna putih itu dari handphone Ginan yang memang sejak awal tersimpan rapih diatas meja kantin.

"Yang lo pake emang rusak, tapi yang gue pake itu masih berfungsi." Ujar Ginan.

Segera Ginan menjulurkan tangannya untuk mengambil kembali earphone miliknya.
Redian segera menarik earphone itu menjauh. Menolak Ginan untuk mengambil earphone nya.

"Sebentar. Gue harus pastiin kalo earphone ini masih berfungsi."

Dengan kurang ajarnya Redian mengambil alih handphone milik Ginan dan memasangkan kembali earphone yang menjadi perdebatan itu pada handphone Ginan. Segera ia memasangkan sebelah earphone pada telinganya. Selanjutnya ia menyerngit dan menatap Ginan tepat pada mata cewek itu.

Redian menggeleng lalu menatap lamat ke arah Ginan, "Ck ck ck, ini rusak lo bilang masih berfungsi." Redian beberapa kali berdecak sambil menggelengkan kepalanya, persis seperti guru matematika yang kemarin menggeleng prihatin saat melihat buku catatan salah satu anak penghuni kelas 11 Ipa 6 yang masih kosong di akhir semester.

Kini Ginan menyerngit lalu segera menekan tombol pada handphonenya untuk menghidupkan musik yang masih belum terputar. Selanjutnya Redian menunjukan cengiran menyebalkan.

'Musik gak akan nyala kalo gak dihidupin, dasar orang aneh! Semoga istilah naik darah karena kebanyakan mendam rasa marah gak terjadi sama gue' batin Ginan.

Ginan mendelik lalu menarik handphonenya yang sedari tadi berada dalam kuasa Redian, tapi cowok itu menahan handphone Ginan agar tetap ada didepannya. Ginan menarik lebih keras lagi untuk mendapatkan handphonenya, tapi Redian pun melakukan hal yang sama, menahan lebih kuat handphone milik Ginan.

"Lo kenapa sih, sini handphone gue!" Ujar Ginan, ia masih berusaha menarik agar handphonenya kembali.

"Bentar."

"Sini handphone gue."

"Bentar-bentar, ini lagunya enak." Ujar Redian sambil mengangguk-anggukan kepalanya menikmati musik yang diputar pada handphone Ginan dan mengalun disampaikan lewat earphone yang menjadi alasan obrolan panjang Ginan dan Redian pada telinga sang cowok.

Ginan segera mendekat dan melihat musik apa yang sedang berputar, mustahil lagu favoritnya dikatakan enak oleh Redian, jelas lagunya sangat membosankan. Hanya orang-orang yang merasakan isi lagu yang akan menyukainya.

Ginan menghela nafas lalu menarik handphonenya dengan satu kali hentakan.
Sekali lagi Ginan menatap aneh ke arah Redian, masih berusaha meyakinkan bahwa Redian adalah anak SMA betulan, bukan anak SD yang salah kostum dan salah masuk gerbang sekolah.

"Itu nada dering handphone gue, ada telfon masuk." Ginan berujar dengan sedikit keprihatinan, kenapa ada orang seaneh ini?
Segera Ginan mendekatkan handphonenya pada telinga untuk mendengar suara sang penelfon.

"Halo.....iya-iya.....aku kesana." Ujar Ginan lalu segera pergi dari kantin meninggalkan Redian di tempatnya.

"Ginan ini__" Ucapan Redian terpotong karena Ginan sudah pergi menjauh, Redian hanya mengangkat earphone milik Ginan dengan lemah.

Bersamaan dengan keluarnya Ginan dari kantin saat itu pula sekelompok anak yang Ginan sebut sebagai geng itu masuk ke dalam kantin.

Sesuatu terjadi di kantin pada meja yang menyaksikan perdebatan dua anak manusia tadi. Ginan tidak melihat kejadian yang akan mengawali kisahnya untuk hari-hari esok yang akan datang. Tapi jelas ia akan terlibat. Ucapkan salam pada kisah masa SMA yang akan segera dimulai.

Apa yang terjadi di meja itu setelah kepergian Ginan dari kantin?

(Kadang aku sama temen-temen di kelas memperdebatkan bagaimana bentuk earphone, dan mbak google menunjukan sebuah kebenaran)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kadang aku sama temen-temen di kelas memperdebatkan bagaimana bentuk earphone, dan mbak google menunjukan sebuah kebenaran)

Ada berapa kata earphone yang aku tulis, bosen gak bacanya??

Ginan | Song YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang