Sebelum baca, silakan vote terlebih dahulu. Oke?
Selamat membaca!
---
"Nath! Oii!" Nathan baru saja selesai mengikuti kelas dan melihat Deni melambaikan tangan di depan pintu, memanggilnya untuk keluar. Cowok itu memakai tas ranselnya di punggung dan bergegas berjalan mendekat. "Ada Rebecca nungguin lo di parkiran."
"Hah?"
"Tadi gue ketemu dia suruh nyampein ke lo, katanya lo dihubungin susah."Nathan merogoh saku celana jinsnya, mengeluarkan ponsel dan benar saja, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rebecca. "Ngapain dia di sana?"
"Nggak tahu, ya udah sana temuin. Gue ada kelas lagi, dah."
"Yoi, thanks, Den."
Seusai mendengar informasi tersebut, Nathan mempercepat langkahnya menuju ke parkiran dan benar saja; menemukan seorang cewek mengenakan kemeja kotak-kotak, celana jins hitam dan sneakers Converse berdiri di dekat motornya. "Kenapa? Kangen ya sama gue?"
"Lama banget deh, gue kepanasan nunggu di sini."
"Siapa suruh nunggu? Gue tadi di kelas, nggak ngecek ponsel."
"Iya udah dimaafin."
"Eh siapa juga yang minta maaf, gue nggak bersalah kok," Nathan menjawab dengan tengil.
Rebecca menyeka keningnya yang berkeringat dengan jari dan mengibas wajahnya yang sudah memerah kepanasan. "Zanna nggak masuk lagi, ya?"
Nathan menggeleng.
"Iya udah temenin gue, yuk."
"Ke mana?"
"Ke rumah Zanna."
"Ngapain?"
"Yah ... lo bilang aja, ada tugas gitu dan banyak dosen nanyain dia, alasan biar kita bisa ke sana."
"Kenapa lo ngebet banget harus sama gue?"
"Nath, dia tuh butuh pertolongan kita, sama kayak lo bantu gue, sama kayak Salma bantu lo. Karena gue paham lo punya power itu," Rebecca menatap Nathan penuh harap, karena hanya ini cara yang bisa dia lakukan untuk meluluhkan hati Nathan. "Please ....," Rebecca merapatkan sepasang telapak tangannya di depan dada. "kalau lo nggak mau bantu, gue bingung minta sama siapa lagi."
Nathan menghela napas, bahkan senakal-nakalnya cowok tetap saja tidak akan tega melihat cewek berharap dan memohon sedemikian rupa. "Iya udah, nih pake," karena tidak ada pilihan untuk menolak, Nathan mengambil helm milik Salma yang diletakkan di atas jok. Menyerahkan ke Rebecca. "Gue bantu lo, kali ini."
"Benerrrr?" mata Rebecca seketika berbinar, seperti anak kecil yang baru memenangkan sebuah lotere. Rebecca membuka lengan, berniat untuk memeluk Nathan kalau saja Nathan tidak menghindar dan menggerakkan tangannya ke udara.
"Nggak boleh peluk-pelukan depan umum, bukan mukhrim."
"Iya deh, cuma Salma kan yang boleh?" sindir Rebecca sembari tersenyum geli.
****
Motor Ninja merah milik Nathan tampak meliak-liuk memasuki gang sempit, dari satu gang ke gang lain untuk menemukan alamat rumah Zanna. Aroma tak sedap dari comberan menguar ke udara dan berhasil membuat Rebecca menahan napas selama beberapa detik, belum lagi tumpukan sampah di tiap depan rumah. "Gini nih mental masyarakat pada buang sampah sembarangan, giliran banjir langsung koar-koar nyalahin Gubernur karena nggak kerja," teriak Nathan menyindir dan berhasil membuat beberapa warga di sana sampai menoleh ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK YOU SALMA
Teen FictionTRILOGI DEAR NATHAN (TELAH TERBIT DAN DIFILMKAN) "Jadi saya harus bantu gimana biar ceritanya selesai? Bantu doa aja gimana, Sayang?" Aku mendelik ketika dia memanggilku, 'Sayang'. "Ceritain semuanya, aku mau dengar." Mendengar dia bercerita adalah...