4. Keping Terlupa

89.2K 11.1K 2.8K
                                    

Rasanya waktu di kampus jadi begitu panjang dan terasa lama, dengan tugas seabrek, dosen galak yang tak henti-hentinya memberi tugas, belum lagi mengurusi organisasi dan menyusun beberapa taktik untuk kembali mengadakan demonstrasi dengan kakak dan adik tingkatnya. Pukul empat sore, Nathan menepikan motornya di sebuah warung minuman pinggir jalan, memesan jus mangga.

Lelaki itu duduk di kursi dekat jendela, terkena angin sepoi-sepoi yang menampar halus pipi hingga matanya menangkap seseorang sedang sibuk mengantarkan pesanan ke meja para pembeli, termasuk ke mejanya. "Zanna?" tanyanya.

Zanna terbelalak, seperti ketahuan maling. Namun, reaksinya hanya berlangsung singkat karena detik berikutnya dia segera menguasai diri. "Nathan? Ngapain?"

"Mau maling," jawabnya asal, "ya mau beli jus dong. Lo kerja di sini, sejak kapan?"

"Udah lama, buat tambahan duit jajan."

"... duduk dulu sini, kita ngobrol." Nathan menarik kursi di sebelahnya, mempersilakan Zanna duduk, tapi segera ditolak cewek itu mentah-mentah.

"Gue sibuk nih, masih banyak pesanannya." Zanna ingin berlalu, tapi Nathan refleks menahan pergelangan tangannya.

"Kalau pekerjaannya udah selesai, kita bisa ngobrol?"

"Gue kerja sampai malem."

"Na, mau sampai kapan lo ngehindar terus? Ada masalah yang harus lo selesain."

"Gue nggak mau ngomongin masalah itu di sini, Nath, lagian itu masalah gue. Lo nggak usah ikut campur, biar gue nyelesain sendiri, oke?" nada suara Zanna mulai meninggi, sadar bahwa perhatian para pengunjung ke arahnya, Zanna segera berlalu.

Melihat reaksi Zanna, Nathan segera menghabiskan minuman dengan cepat dan berdiri. Membayar minuman, berbicara pada bos Zanna, lalu tiba-tiba saja sudah mengambil nampan berisi jus yang sudah dipesan. Dia mengantarkan minuman sesuai nomor yang sudah diletakkan.

Zanna terkejut, kembali menghampiri Nathan. "Nath, lo ngapain, sih?"

"Udah diem aja, biar kerjaan lo cepat selesai terus kita bisa ngobrol, banyak yang mau gue obrolin."

"Mau obrolin apa lagi?"

"Banyak, soal tugas di kampus, teman-teman yang nyariin lo, dan masalah—"

"Gue udah bilang, kan, jangan ikut campur? Lo nggak dengar omongan gue."

"Hust," Nathan segera memotong tegas, "selesain pekerjaan lo, habis itu kita bisa ngobrol. Deal?" tanyanya memutuskan percakapan secara sepihak dan segera membantu menyelesaikan pekerjaan Zanna yang belum usai.

****

Suara mesin mixer terdengar berisik memenuhi dapur Salma hingga ke ruang tamu. Terlihat Salma berdiri di depan meja dengan wajah bercelemotan krim dan tangan penuh tepung. "Habis itu, ditambah apa lagi, Bi?"

"Nih, tambahin tepung maizena sama gula pasir .... Eh udah udah, dikit aja." Mbok Iyem segera mengambil gula dari tangan Salma. "Aduh kebanyakan atuh, nih tambahin lagi telur, terus di-mixer lagi sampai adonannya sempurna."

"Dark chocolate-nya nih udah leleh." Rahma mengaduk cokelat leleh dalam panci. Salma sengaja menelepon Rahma untuk datang, menemaninya ke supermarket membeli berbagai bahan untuk membuat kue.

Sembari menuangkan cokelat leleh ke mangkok, Rahma berdiri di sebelah Salma. "Ngapain sih repot-repot bikin? Terus belum tahu rasanya enak atau nggak, mending beli aja," ujarnya memberi saran.

THANK YOU SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang