Setelah rapat itu dilaksanakan gue dan Dion asyik mengobrol dan membahas tentang masa lalunya dengan Naja. Namun keasyikan itu terbuyarkan karena adanya kedatangan Tama.
"Udah ngobrolnya ?" tanya Tama dan gue hanya melihat Tama dengan sepintas
"Belum sih sebenernya, lagi seru - serunya." jawab Dion sambil tersenyum lebar
"Pulang gih, udah malem. Gue anter." ucap Tama
"Hmmmm iya sih udah malem ya, ya udah deh. Mana Eti biar gue yang anter balik." ucap Dion
"Ti. Eti. Ti. Eti." panggil Dion
"Ya Allah udah kek di hutan, apaan sih ?" tanya Eti yang langsung menghampiri ke sumber suara
"Ayo." ajak Dion
"Ayo ke mana ?" tanya Eti
"Baliklah, lo mau tidur di sini emang ?" tanya Dion
"Ya nggak sih." jawab Eti
"Ya udah ayo balik." ajak Dion
"Lah Meira sama siapa ?" tanya Eti
"Udah tenang ada pawangnya." jawab Dion
"Pawang ? Lo kira uler." jawab Eti
"Berisik lu ah. Tinggal nengkreng doang. Buru. Udah malem. Entar gue disangka nyulik anak orang lagi." ucap Dion
"Ya udah iya, sabar napa. Buset. Kek rumah gue jauh aje. Padahal jalan kaki 5 menit sampe." ucap Eti
"Pakek motor 30 detik gue hantemin buat lo." ucap Dion dan Eti hanya terdiam dan mengikuti perintah Dion.
"Ayo gue anter pulang." ajak Tama dan gue hanya terdiam menuruti apa yang dikatakan oleh Tama
Sesampainya di depan pagar rumah, gue tidak langsung masuk ke dalam rumah. Namun gue berbalik badan menghadap Tama.
"Tam." lirih gue
"Kenapa ?" tanya Tama
"Gue nggak tau harus gimana lagi cara bales kebaikan lo." ucap gue
"Gue nggak butuh itu." kata Dion
"Yang gue butuhin sekarang adalah cukup ngeliat lo bisa ketawa dan senyum lagi. Bisa ngerasain happy lagi. Berhenti bersikap seolah nggak ada apa - apa tapi kepala lo rasanya mau pecah. I know what you feel Mei." ucap Tama
"Soal perasaan lo?" tanya gue
"Nggak usah mikirin perasaan gue. Gue juga nggak mau lo terima gue karena ada kata 'karena' apalagi karena iba. Fokus ke diri lo sendiri dulu. Tugas gue, bantu sembuhin lo dan buat lo bahagia lagi." ucap Tama
"Gue nggak tau lagi harus ngomong apalagi selain thank you." ucap gue
"Cukup bagi gue. Ya udah gue balik dulu ya." ucap Tama
"Soal keintensitas kita jangan kasih tau siapa - siapa ya Tam." pinta gue
"Why ?" tanya Tama penuh heran
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Masa Lalu
Teen FictionKarena kita adalah sebuah kata yang bermakna dari sebuah ketidakmungkinan. Keadaan dan ego yang memaksakan kita untuk tidak lagi bersama. Rasa sayang yang lebih besar pun terkalahkan. Semua bentuk jenis rindu pun aku tepis begitu saja. Lantas, bagai...