Chapter 3

5 3 0
                                    

Hari-hari Qilla berlalu seperti biasanya. Dia masih duduk disamping Kenneth-cowok yang mengklaim dirinya sebagai pacarnya. Rasanya Qilla ingin menyudahi hubungan ini. Takut kalau dirinya hanya bahan permainan Kenneth. Dia juga takut, suatu saat nanti dia terjebak oleh perasaannya sendiri.

"Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruangan tertutup akan diteruskan kesegala arah dengan sama besar", jelas Pak Budi sebagai guru IPA. Pak Budi menjelaskan terlalu monoton, sehingga para muridnya lebih memilih untuk tidur, daripada mendengarkan dongeng Pak Budi.

Contohnya Kenneth. Dia menelungkupkan kepala diatas meja dengan ditutupi buku. Dari depan memang dia terlihat sedang membaca. Namun jika didekati, jangan tanya dia sedang apa. Ya pastinya dia sedang tidur lahh.

Jika dilihat dari dekat, wajah Kenneth sangat tenang sekali. Berbeda 180° jika dirinya sedang ketus ataupun jutek. Qilla pun sempat melamun

"QILLLAA!!", sentak Pak Budi. Yang dipanggil pun malah kaget.

"Ehh ii-yyaa ppakk", jawab Qilla gugup.

Kenneth pun juga kaget dengan sentakan Pak Budi.

"Kamu kenapa ngeliatin Kenneth? Naksir?", ucap Pak Budi yang langsung dihadiahi tawa oleh seisi kelas. Bahkan yang awalnya tertidur pun akhirnya bangun, ikut tertawa, tanpa tau apa yang ditertawakan.

"Ennggak Pak", Qilla mengelak

"Kalo kamu gak ngeliatin Kenneth. Ya sudah jelaskan apa yang tadi bapak katakan! Cepat Qilla!", perintah Pak Budi

Qilla hanya linglung. Pasalnya memang benar yang dikatakan Pak Budi, bahwa dirinya memang melamun karena melihat wajah teduh Kenneth.

"SHAQUILLA WIRAWAN! KAMU KELUAR DARI KELAS SAYA!", sentak Pak Budi.

Qilla pun keluar dengan wajah lesu. Ini semua gara gara Kenneth. Disatu sisi, Kenneth melanjutkan tidur siangnya yang terganggu tadi.

Kaki Qilla melangkah menuju kantin sekolah. Kantinnya sangat sepi sekali. Ya maklumlah, ini kan jam pelajaran. Yang ada dikantin hanyalah Qilla seorang. Dia pun memesan es jeruk untuk menghilangkan rasa kesalnya.

"Pah gak bisa gitu dong!"

......

"Gimana sih Pah?!"

......

"Terserah papa aja lah!"

......

Samar samar ia mendengar seseorang yang sedang bertelepon. Rasa kekepoannya pun mendorong Qilla untuk menguping pembicaraan orang tersebut. Saat orang yang dicuri dengar oleh Qilla berbalik arah dan

Brakkk

Mereka malah tabrakan.

"Aduhhhh!", ucap Qilla sambil menepuk nepuk bokongnya untuk membersihkan roknya.

"Elu lagi! Elah. Nape ya gue kalo ketemu lu itu pasti sial bin apes mulu!", ucap cowok yang tempo hari kena timpuk botol yang ditendang oleh Qilla.

"Yaudah maap."

"Karena gue orangnya baik hati dan tidak sombong. Gue maafin elo deh.", katanya dengan sombong.

Mereka pun duduk bersama dikantin sekolah.

"Kemaren kan kita udah kenalan. Nama lo Qilla kan? Kenalin gue Aliando Syarief.", ucapnya dengan senyum mengembang.

"Beneran nama lo Aliando Syarief??", tanya Qilla heran.

"Yaelah gampang banget diboongin. Nama gue Zaky Saputra. Cowok terkece di sekolah ini.", lagi lagi cowok itu menyombongkan dirinya.

"Oh Zaky.", Qilla menjawab sambil mengangguk.

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang