Chapter 6

5 3 0
                                    

Kaki Qilla sekarang sudah sampai didepan rumah tingkat bercat putih dominan abu-abu itu. Ya, itu adalah rumah Athaya. Tidak terlalu megah, namun terlihat nyaman. Garasinya luas dan disampingnya terdapat taman beserta kolam ikan kecil.

" Hehe sory rumah gue jelek.", kekeh Athaya.

"Gak papa kok Ath."

"Masuk Qil!", titah Athaya.

Athaya melangkahkan kaki terlebih dahulu baru dibelakangnya Qilla. Setelah pintu terbuka, muncullah Nenza yang sudah berganti baju. Baju siapa lagi yang dia pakai kalau bukan baju Athaya.

Kedatangan Qilla kesini membuat Nenza terkejut, "Ngapain lu kesini??", tanyanya ketus.

"Kakk ayo pulang.", ucap Nenza menahan air mata.

"Nggak sudi!!!", ucap Nenza bergetar.

Athaya segera pergi dari kedua kakak beradik tersebut, memberi ruang untuk keduanya menyelesaikan masalah.

"Kak?? Pliss!!", pinta Qilla sambil memegang pergelangan Nenza

"Lu cuma pencitraan Qil!!", sentak Nenza seraya menghentakkan tangan Qilla.

"Pliss kak pulang. Gak mungkin kakak akan tinggal selamanya disini kan."

"Gue bisa berhenti sekolah dan cari kerja!"

"Itu ga mungkin kak!", elak Qilla.

"GUE BILANG GAK MAU YA GAK MAU!!", hardik Nenza.

Sedetik kemudian, tangis Qilla pecah. Airmata yang ia bendung sudah tidak kuat lagi. Pertahanan yang ia bangun supaya kokoh sudah ambruk. Hatinya sakit.

"Terserah kakak aja!", ucapnya.

Nenza hanya terdiam. Tak mau membalas perkataan Qilla.

Akhirnya Qilla pamit untuk pulang. Sesampainya didepan gerbang, dia kaget ternyata sudah ada Kenneth didepan. Tau darimana kalau dia disini??

"Kenneth? Kok lu ada disini?"

Bukannya menjawab pertanyaan Qilla namun dia justru menyodorkan helm.

"Buat apa?", tanya Qilla heran.

"Naik!", perintah Kenneth.

Dengan rasa kebingungan yang melanda hatinya, akhirnya Qilla menaiki motor sport milik Kenneth tersebut.

🌻🌻🌻

Motor sport hitam milik Kenneth masuk kedalam pekarangan rumah yang sangat megah nan mewah. Qilla sendiri sampai terkagum-kagum melihatnya.

"Napa?", tanya Kenneth

Qilla gelagapan sendiri karena tersadar oleh lamunannya.

"Gak papa.", ucapnya pelan namun masih bisa terdengar ditelinga sang pacar.

"Masuk!", perintah Kenneth.

Keduanya kini masuk kedalam rumah bernuansa megah ini. Catnya sama seperti rumah Qilla, hanya saja rumahnya tidak terlalu megah dibandingkan ini rumah bak istana ini.

"Duduk disitu dulu!", perintah Kenneth pada Qilla seraya menunjuk sofa diruang tamu tersebut. Qilla mengangguk menyetujui.

Setelah berkata demikian, Kenneth melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

Qilla merasa bosan menunggu Kenneth yang tak kunjung turun dari lantai atas. Kemudian dirinya membuka handphonenya lalu menekan kata sandinya, tanggal lahirnya sendiri. Setelah layarnya menampilkan homescreen, jari telunjuknya mengarah pada aplikasi instagram. Dirinya menscroll atas bawah lalu kembali lagi ke homescreen.

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang