*
*Pukul satu siang, Una baru sampai di posko bersama tim KKN-nya, setelah melakukan upacara penyambutan di balai desa. Semua barang-barang bawaan masih terkumpul di ruang tamu, tidak tertata. Posko KKN-nya berukuran cukup besar, dengan tiga kamar---dua kamar tidur terisi kasur busa, lemari baju, sedangkan satu kamar sisanya hanya berisi meja dan rak plastik. Ruang tamu lengkap dengan satu set meja dan kursi, serta dapur yang cukup luas bersisihan dengan ruang tengah.
"Karena ceweknya berenam, kita ambil kamar yang paling gede, ya?" tanya Marya, menunjuk kamar tengah.
Naka mengangguk setuju. "Cowok ambil kamar depan. Kasur Ilham nanti dipakai aja kalau butuh."
"Nanti gue taruh ruang tengah aja," balas Ilham, lelaki yang berkuliah di jurusan akuntansi itu.
"Barang-barang kita banyak banget kan ini? Mau taruh ruang tengah?" tanya Jesline kebingungan. "Tapi, kelihatan berantakan nanti."
"Ehm, gimana kalau kamar yang paling belakang buat naruh barang-barang kita? Kayak koper misalnya? Kalau ada barang berharga dibawa ke kamar juga nggak apa-apa," usul Una.
Naka melirik ke arahnya, dan tersenyum kecil. "Setuju, mungkin kayak pakaian dalam, make up, laptop bisa kalian bawa ke kamar, ada lemari juga. Tapi baju sisanya di koper aja. Biar lemarinya cukup buat berbanyak."
Ternyata butuh waktu cukup lama untuk menata barang-barang dan merapikan kamar. Una menyeka keningnya yang lengket karena keringat, lalu duduk di ruang tengah yang sudah dialasi karpet, bersandar di tembok yang dingin. Tak lama kemudian, Marya dan Amanda---mahasiswi jurusan ilmu kesehatan, keluar dari kamar, duduk di sebelahnya.
"Kamarnya sempit ya, jadi males lama-lama di dalem," keluh Amanda, gadis berhijab dengan kulit kuning langsat.
Una menggumam setuju. Itulah mengapa ia memilih beristirahat di ruang tengah daripada di kamar. "Lo harus pakai hijab terus dong seharian?"
"Iya, tapi untung di sini dingin, jadi nggak gerah-gerah banget."
"Bu wakil ketua, agenda kita malem ini ngapain, ya?" tanya Marya.
Wajah Una mendadak pias. Ia belum membicarakan ini dengan Naka. Bahkan mereka tak pernah bertukar pesan sekadar untuk membahas pembagian tugas. "Gue belum tanya Naka."
"Sana tanyain Na, biar jelas gitu," pinta Marya.
"Sekarang banget?" Una mengedarkan pandangannya mencari sosok lelaki itu. "Dia ke mana? Kok nggak kelihatan?"
"Eh, itu suara Naka, 'kan?" kata Amanda sesaat setelah terdengar suara tawa Naka disusul suara anak-anak lain.
Oke, lebih baik tanya pas lagi ramai, daripada harus berduaan.
Una bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke luar menghampiri Naka yang sedang duduk santai bersama Agil, Ilham, dan Erick. Ia merasa ragu-ragu sejenak dan berdiri kikuk di ambang pintu sampai tak sadar Naka memergokinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama KKN (END)
Romance[KAMPUS SERIES | 2] Drama Korea kalah gurih sama Drama KKN yang bumbunya paket komplit. Yang bikin baper? Banyak! Dibikin baper temen sendiri sampai mantan si alumni hati! Mulai dari minus es teh segelas berdua sampai satu bantal buat tidur berdua...