Prologue

13.5K 1.4K 66
                                    

Sepertinya ini mimpi

Disuatu musim panas yang terik aku mengemudikan mobil dengan kap yang terbuka dan kau duduk di sebelahku sambil merentangkan tangan merasakan angin musim panas.

Kita berkendara sepanjang jalan menuju laut, jalan berkelok-kelok dengan tebing jurang dan lautan di bawah sana.

Tapi rasanya mimpi itu baru kemarin terjadi...

Taehyung

***

Aku membuka mata, suara alarm membangunkan ku seperti biasa di pukul enam tiga puluh pagi, hendak menghentikan bunyi alarm aku malah mendapati Taehyung tengah tidur di sampingku, meringkuk memeluk guling teramat erat dengan wajah damai. Anak itu sejak kecil memang selalu bilang tidak bisa tidur kalau tidak memeluk sesuatu, apa mungkin karena dulu aku sering memeluknya sampai kami berdua jatuh tertidur?

Aku mematikan alarm, duduk di kasur kemudian menepuk bahu nya. "Taehyung, bangun."

Dia tidak bereaksi, dasar tukang tidur! "Hei pemalas! Bangun!"

Dia bergerak sedikit, menggeliat kemudian membuka mata besarnya. Oh, sejak dulu kadang aku iri dengan nya. Kami ini kembar meski tidak identik, kami lahir dari rahim yang sama meski aku lebih dulu lahir lima menit dibanding dia tapi kenapa Taehyung yang dianugerahi mata bulat serta postur badan yang bagus, sih?

"Aku masih mengantuk, Jim." gumamnya, kembali memeluk guling.

"Hei, sudah pagi dan kau tahu Yoongi hyung tidak suka kalau kita melewatkan sarapan pagi bukan?"

Yoongi, Min Yoongi, kakak sepupu kami. Sejak lima tahun lalu kami pindah dari Busan ke Seoul kami berdua tinggal dengan nya, pengacara muda yang gila kerja dan terlalu disiplin. Kadang pada kami juga begitu.

"Kali ini saja, ya?" suaranya memohon menatapku memelas.

Mana tega aku melihatnya seperti itu? Aku menghembuskan napas kemudian turun dari kasur, "Baiklah, tapi kali ini saja. Aku akan bilang pada Yoongi hyung kalau semalam kau begadang mengerjakan desainmu."

Dia tersenyum, senyum kotak ciri khasnya. "Terima kasih, hyung."

Aku mengacak surai cokelat nya gemas, "Kalau begini saja kau memanggilku seperti itu." kemudian aku meninggalkan nya di kamar, turun ke lantai bawah setelah mencuci muka tentu nya.

Aku melihat Yoongi hyung sedang berdiri di depan mesin pembuat kopi, begitu mendengar suara langkahku dia berbalik menatapku lewat kacamata yang membingkai wajahnya yang selalu terlihat datar. "Pagi, hyung."

"Tidurmu nyenyak?" tanya nya sambil menyesap kopi meletakan nya di atas meja kemudian duduk di hadapanku. Wajahnya memang terkesan dingin, tapi percayalah dia itu sungguh pria yang hangat apalagi padaku dan Taehyung meski dia terkadang mendidik kami dengan disiplin yang keras. Mungkin karena dia merasa telah menjadi pengganti ayah dan ibuku yang sudah tiada.

"Yah, hanya bermimpi sesuatu." jawabku.

Aku bisa melihatnya menaikan satu alis.

Aku mengambil roti tawar, juga selai cokelat. Mengoleskan permukaan roti dengan mentega dan juga cokelatnya. Menggigitnya dalam satu gigitan besar. "Hyung sedang stress, ya?" tanyaku tiba-tiba membuat Yoongi hyung mengangkat pandangan padaku dari koran yang dibacanya.

"Kenapa?"

"Kantung mata hyung hitam. Jangan terlalu keras bekerja, hyung. Sesekali nikmatilah hidupmu."

Dia terkekeh pelan, melipat koran dan meletakan nya dengan rapi di tepi meja. "Apa kau ingin aku jadi sepertimu yang gemar berpergian, Jimin?"

Aku mengangguk-angguk, "Antara pekerjaan dan menikmati hidup itu harus seimbang, hyung. Kapan-kapan aku ajak kau jalan-jalan ke laut yang waktu itu aku ceritakan. Bagus sekali!"

Aku melihatnya mengulas senyum tipis, sedih. Apa yang menyedihkan dari kata-kata ku? Dia bangun dari kursinya saat aku mengambil roti tawar ke dua dengan selai strawberry. "Aku harus membuatkan Taehyung sarapan, dia suka roti selai strawberry."

"Jim."

Aku mengangkat pandangan, Yoongi hyung sepertinya sudah siap berangkat dengan tas kerja yang dijinjingnya. Namun tatapan sendu itu tertuju padaku. "Bagaimana kalau nanti malam kita makan di luar? Restoran pasta kesukaanmu?"

Tawaran nya membuatku tersenyum lebar, "Yoongi hyung memang yang terbaik!"

"Aku pergi."

"Hati-hati, hyung."

Aku menatap punggungnya yang keluar dari dapur, tak lama aku mendengar suara pintu tertutup. Hening seketika, tiba-tiba aku merasa benar-benar sendirian.

"Astaga! Sampai kapan, sih, Taehyung tidur!"

Aku menggerutu, cepat-cepat membawa sepiring roti tawar isi strawberry ke atas.


🌱🌱🌱

Cerita lama yang mengendap di  draftku, perchapternya dikit-dikit kok.

REMEDY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang