Mereka berkendara sepanjang jalan beraspal yang membelah bukit dan jurang di tepian yang diberi pembatas jalan. Sayup-sayup terdengar suara debur ombak juga wangi laut yang meski sekarang menginjak bulan februari dan cuaca masih terasa dingin karena peralihan menuju musim semi wangi lautnya masih dapat kedua nya hirup.
Taehyung membuka jendela, mengeluarkan tangan nya guna merasakan angin yang terasa sejuk menyentuh permukaan jemarinya yang bergerak-gerak. Sementara Jimin yang menyetir di sebelahnya hanya tersenyum sambil sesekali melirik kelakuan saudara kembarnya.
"Jim, aku akan segera melamar Sola."
Jimin seketika meremas stir kemudi, melirik sejenak pada Taehyung yang memiringkan tubuh bersandar pada kaca jendela yang sudah tertutup.
"Kau...serius?" tanya Jimin ragu-ragu.
Taehyung mengangguk, mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku jaketnya. "Aku sudah mempersiapkan cincin nya, bagaimana menurutmu?" tanya nya.
Jimin sekali lagi melirik pada benda berkilauan yang dibawa Taehyung. "Bagus, Sola pasti menyukainya."
"Apa dia akan menerima lamaranku?"
"Tentu saja, bodoh! kalian berdua kan saling mencintai, dia mungkin sudah menantikan ini sejak lama." Jimin berusaha bicara seantusias mungkin menyembunyikan rasa sakitnya sendiri.
"Aku tidak bodoh." Taehyung memasukan kotak cincin ke dalam saku jaketnya, "Aku tidak bodoh untuk tidak menyadari bahwa kalian berdua saling menyukai."
Jimin melirik cepat pada Taehyung sebelum berusaha kembali fokus pada jalanan yang berkelok. "Apa yang kau katakan barusan, Tae?"
"Aku bilang, aku tidak bodoh untuk mengetahui bahwa kau dan Sola saling mencintai, Jim. Aku tidak buta untuk tidak melihat bagaimana sedari dulu Sola menatapmu berbeda, penuh cinta, tatapan yang tidak pernah bisa dia berikan padaku."
"Taehyung! jangan bicara sembarangan!" dada Jimin berdebar kencang, dia ketahuan, ketahuan telah menyimpan rasa pada gadis yang seharusnya menjadi milik saudaranya sendiri.
"Aku akan memutuskan Sola."
"Tidak! jangan!" cegah Jimin, "Kau sangat mencintainya, Taehyung." Ya, dia tahu Taehyung sangat mencintai Sola, sangat. Jimin saja yang begitu brengseknya bermain belakang merebut Sola dari adik kembarnya sendiri.
"Kau seharusnya bilang dari dulu padaku, Jim. Kalau kau juga mencintainya." Taehyung menatap Jimin yang sedang berusaha keras untuk fokus mengendarai mobil mereka. "Aku akan mengalah padamu, Jim. Aku akan meninggalkan Sola agar kalian bisa bersama."
Jimin bisa mendengar getar dalam setiap tuturan Taehyung, dia merasa menjadi orang yang paling jahat. Selama ini Taehyung tahu dan dia hanya diam? benar-benar bodoh! "Dia sumber kebahagiaanmu, Taehyung."
"Tidak, kau sumber kebahagiaanku, hyung."
"Cukup Taehyung!" Jimin membentak, "kau ingin memembuatku semakin merasa bersalah? aku ini brengsek, kau tahu?! aku bermain curang di belakangmu dan kau masih bilang aku sumber kebahagiaanmu? aku ini bukan kakak yang baik untukmu, kau mengerti itu, kan?!" Jimin tidak habis pikir bagaimana Taehyung bisa berpikiran demikian, entah sikapnya yang terlalu polos atau memang seperti itulah Taehyung ada nya. Dan Jimin, hanyalah pemeran anatagonis yang egois dalam cerita mereka.
"Jimin! awas!"
Teriakan Taehyung membuat Jimin tersentak kaget, entah sejak kapan dia melajukan mobil mereka terlalu kencang dijalanan berkelok itu hingga tidak menyadari ada mobil lain dari arah berlainan yang akan berbelok. Jimin sudah tidak bisa mengendalikan mobil mereka lagi, jalan satu-satunya hanyalah membanting stir ke kiri, menabrak pembatas jalan hingga mobil mereka meluncur bebas terguling terperosok dalam jurang yang dangkal.
Jimin masih mendapat sisa kesadaran nya, kaki nya mati rasa tubuhnya terhimpit, sesak napas. Di sampingnya dia melihat Taehyung berlumuran darah, tak bergerak, dengan mata yang tertutup rapat.
"Taehyung..."
***
Apa yang kau inginkan?
Aku ingin memperbaiki semuanya
Sudah terlambat
Aku hanya ingin melihatnya sekali lagi, meminta maaf karena aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untuknya...
"Jimin?"
Sayup-sayup aku mendengar suara gaduh, mataku belum terbiasa dengan cahaya ini. Mataku mengerjap, hingga aku bisa melihat dengan jelas wajah Yoongi hyung yang menatapku penuh kekhawatiran tak lagi dingin dan datar seperti biasanya.
"Hyung..." suaraku serak, tenggorokanku sakit, kepalaku pening luar biasa. "Taehyung..." bahkan ketika aku hanya menyebut namanya air mataku jatuh tiba-tiba. "Ini salahku..."
Aku merasakan tangan Yoongi hyung menggenggam tanganku, rasa nya hangat. Aku tidak pernah tahu tangan Yoongi hyung sehangat ini. "Ini semua bukan salahmu, Jimin." Aku tahu Yoongi hyung ingin membesarkan hatiku, namun aku juga meyakini ini semua terjadi karena pertengkaran ku dan Taehyung, karena aku yang tidak bisa mengendalikan laju mobil karena saat itu aku tengah marah. Aku yakin Yoongi hyung juga pasti tahu.
"Aku ingin menemuinya, hyung." kataku disela isakan, aku begitu merindukan nya. "antar aku ketempat nya."
Yoongi hyung mengerti keinginanku, dia hanya mengangguk kemudian membantuku untuk berdiri dan bersiap-siap. Mobilnya membawaku ke areal pemakaman, makam yang sama dimana ayah dan ibuku bersemayam. Ah, Taehyung di sini juga rupanya? dia pasti sudah bertemu ibu dan ayah. Kenapa dia meninggalkanku sendirian? apa ini hukuman agar aku merindukan kalian selama nya?
Aku berjongkok di depan makam itu, aku rasanya baru saja tertidur dan bermimpi buruk. Aku berharap ini semua hanya mimpi buruk dan sebentar lagi aku akan bangun lalu mendapati Taehyung tengah tidur di ranjangku. Tapi sepertinya tidak, ya? inilah kenyataan nya, dia berada di sana, tidur tenang meninggalkan aku dengan penyesalan yang mungkin tidak akan pernah sembuh.
"Hai, mate." Aku mengusap nama nya yang tertulis di sana. "Kau sedang menghukumku, kan?" tanyaku padanya yang tak akan mungkin bisa terjawab.
"Anak nakal, aku akan merindukanmu Taehyung, selalu. Maaf, kau harus memiliki kakak sepertiku, dilain kesempatan saat kau terlahir kembali jangan minta aku jadi saudaramu lagi. Aku tidak pantas."
Kalau kau bisa memutar waktu, apa yang ingin kau perbaiki?
Tidak ada, aku hanya akan mengatakan betapa aku sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kehidupan nya.
ENDIya udah end udah..
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY ✔
Fanfiction[ Short Story ] "Kalau kau diberi kesempatan untuk memutar waktu, apa yang ingin kau lakukan?" "Aku hanya ingin memperbaiki semuanya."