-04-

5.6K 1.1K 183
                                    

"Hoseok hyung!"

Aku melambaikan tangan pada seorang lelaki berhidung lancip yang tengah memberikan pesanan pada seorang gadis berseragam. Dia melihatku kemudian balas melambaikan tangan, tersenyum lebar. Senyum nya yang selalu menular.

Dia Jung Hoseok, kakak tingkatku dan Taehyung di SMA. Kami dekat karena kami berdua sama-sama mengikuti kelas tari yang sama dulu, lalu kemudian kami jadi teman bermain sesekali juga bertiga dengan Taehyung. Hoseok hyung membuka kedai kopi ini setelah dia lulus SMA, dia bilang tidak ingin melanjutkan kuliah dia lebih juga melakukan sesuatu yang dia suka membuat kopi dan bertemu banyak orang.

"Jimin! Lama tidak bertemu, eoh?" suaranya melengking girang.

Aku tertawa, dia selalu seceria ini dari dulu. "Iya, hyung. Lama tidak bertemu denganmu dan sepertinya tempatmu semakin ramai." aku melihat sekeliling, tempat Hoseok hyung memang terlihat sedang ramai.

"Itu karena sekarang musim gugur, jadi banyak yang mencari minuman hangat." Hoseok hyung ikut menatap sekeliling kedai kopi nya, aku bisa melihat mata nya yang berbinar bangga sebelum akhirnya melihat padaku dengan ekspresi sedih yang tiba-tiba. "Aku turut bersedih atas apa yang terjadi padamu dan Taehyung, Jimin." ucapnya.

Aku sedikit menarik sudut bibir membentuk senyum tipis, "Terima kasih, hyung tapi sekarang kami sudah baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." jawabku, namun aku melihatnya menatapku sedikit bingung. Mungkin Hoseok hyung bingung harus bersikap seperti apa, memang sebegitu besar kecelakaan yang kami berdua alami? Ya, aku memang mengalami geger otak dan patah tangan. Tapi Taehyung terlihat baik-baik saja saat pertama kali aku membuka mata dan melihatnya berdiri di dekat jendela rumah sakit sambil menyapaku santai. Rasanya berarti tidak separah itu, kan?

"Hei, hyung." aku memecah kecanggungan kami yang tiba-tiba. "Hari ini aku ulang tahun, kau pasti lupa, ya?"

"Astaga!" dia menepuk kening. "Iya, aku lupa, Jim. Maaf."

"Kalau begitu berikan aku cokelat panas gratis, ya?"

Hoseok hyung tertawa, "Baiklah, aku akan memberimu satu cup cokelat panas gratis untukmu."

Aku mengerutkan kening, "Dua, hyung. Kau melupakan Taehyung? Dia bisa kesal kalau hanya aku yang dapat cokelat panas gratis."

Aku melihatnya diam sejenak, mulutnya sedikit terbuka namun tidak mengeluarkan suara apapun membuatku bingung. Tapi kemudian Hoseok hyung memasang senyum yang terlihat lembut di wajahnya. "Baiklah, aku akan berikan dua cokelat panas untukmu."

Aku mengukir senyum lebih lebar, duduk di dekat meja kasir menunggu cokelat panasku selesai dibuatkan oleh Hoseok hyung. Tak sampai sepuluh menit, Hoseok hyung membawakan ku dua cup kertas berisi cokelat panas yang wanginya betul-betul luar biasa.

"Selamat ulang tahun untuk mu, Jimin." Hoseok mengusap lenganku pelan sembari memandangiku.

"Terima kasih, hyung." aku lantas membalik badan, berjalan keluar dari kedai Hoseok hyung dan menghampiri Taehyung yang tengah bersandar sambil memejamkan mata di salah satu bangku seberang kedai kopi. 

"Cokelat panasmu." aku memberikan nya pada Taehyung, kemudian duduk di sampingnya. "Tae, aku belum menyiapkan kado untukmu." ucapku jujur takut-takut dia menantikan kadonya. "Kau tahu, sepertinya banyak hal yang aku lupakan belakangan ini."

"Tapi kau tidak melupakan aku." Taehyung meneguk cokelat panasnya.

"Tentu saja, bodoh. Mana mungkin aku melupakan separuh dari diriku sendiri, eoh?" aku kesal padanya.

Taehyung memandangku dengan raut wajah geli, aku mengerucutkan bibir dia memang selalu seperti itu. Tidak pernah bisa diajak bicara serius. "Aku serius, Tae. Kita sudah bersama sejak kita bahkan masih di dalam perut ibu, mungkin saja waktu itu kita berdua berbagi detak jantung yang sama."

Taehyung tertawa lagi, memundurkan punggungnya untuk bersandar pada bangku. "Ya..ya.. lalu, bagaimana kalau di antara jantung kita berdua berhenti berdetak?" tanya nya tiba-tiba.

Aku menegakan badan, tidak pernah melihat raut wajah Taehyung seserius ini. "Kalau jantungmu yang berhenti berdetak, maka aku juga akan melakukan hal yang sama."

Dia mendengus, memukul lenganku kemudian kembali menyeruput cokelat panas nya. "Dasar bodoh!" umpatnya padaku.

"Jimin?"

Aku menoleh ke arah sumber suara, aku melihat Namjoon hyung menyeberang jalan menuju ke arah bangku yang aku duduki. Menyunggingkan senyum kecil memasukan kedua tangan ke coat cokelat tua nya. "Hyung? sedang apa di sini?" tanya ku pada Namjoon hyung  yang berdiri menjulang di depanku.

"Kebetulan lewat sini dan melihatmu. Sedang apa di sini, Jim?"

"Ah, hari ini aku dan Taehyung ulang tahun jadi kami merayakan perayaan sederhana dengan cokelat panas di sini." aku mengangkat cup cokelat panasku.

"Jim, dimana Taehyung?"

"Dia di..." aku menoleh ke samping, namun tak mendapati Taehyung di sampingku. Mata ku bergerak mencari keberadaan nya. "Tadi dia di sini, mungkin sedang ke kamar mandi." kataku.

"Jim, dari tadi kau di sini sendirian." Aku mendengar Namjoon hyung mengucapkan nya dengan suara lirih.

"Aku ke sini dengan Taehyung, hyung." Aku bersikeras, "Lihat, aku membelikan nya cokelat panas." aku menunjuk ke arah cup milik Taehyung yang isi nya masih penuh, kenapa masih penuh? padahal tadi Taehyung sudah meminumnya beberapa kali. Harusnya tinggal berisi setengah.

Kepalaku pusing lagi.

"Jimin, sebaiknya kita pulang sekarang." Namjoon hendak menarik tanganku tetapi aku menepisnya, sakit kepalaku semakin menjadi.

"Tidak! aku mau menunggu Taehyung, dia sebentar lagi kembali dari kamar mandi, hyung!" aku bersikeras, mendadak gelisah karena Taehyung tak kunjung kembali sementara kepalaku semakin berdenyut sakit. "Aakhh!" Aku memegangi kepalaku, menjambak rambutku sendiri karena sumpah! ini sakit sekali rasanya.

"Jimin, ayo kita pulang!" Namjoon hyung menarik tanganku untuk berdiri, aku sudah tidak ada tenaga untuk melawan nya lagi.

"Tapi Taehyung..."

"Dia akan menyusul nanti." aku mendengarnya bergumam sebelum memapahku menuju mobilnya.

***

"Apa yang terjadi, Namjoon-ah?!" Yoongi hyung langsung meraih bahuku ketika aku dan Namjoon hyung  sampai di rumah. Aku mendengar suara Yoongi hyung yang sangat khawatir.

"Aku tidak apa-apa, hyung." aku berusaha untuk berdiri tegak meski sakit kepala nya belum hilang. "Aku mau istirahat di kamar, tolong bangunkan aku kalau Taehyung kembali. Dia pasti kesal karena tadi aku tinggal."

Setelahnya, aku bersusah payah untuk naik ke atas, masuk ke kamarku dan kemudian jatuh tertidur dengan sakit kepala yang masih terasa.


🌱🌱🌱

Jadi gimana tebakan kalian?

REMEDY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang