Jam menunjukan pukul 6.55 pagi, dimana lima menit lagi upacara akan segera dimulai. Sekolah SMA Mahardika sudah ramai siswa siswi yang datang karena sebentar lagi upacara akan dimulai.
Berbeda dengan Allana, gadis itu tengah mengumpat karena angkot yang dinaikinya berhenti terlalu lama lantaran menunggu penumpang. Padahal 5 menit lagi gerbang akan ditutup. Dengan tidak sabaran gadis itu keluar dan berlari menuju sekolahnya, beruntung dari angkot yang ditumpakinya jaraknya tidak terlalu jauh.
Hingga ia sampai didepan gerbang dengan nafas tersenggal. Belum sempat ia masuk kedalam sekolahnya, ia baru menyadari tak ada dasi yang melingkar di lehernya. Sial! Sudah pasti Allana akan dihukum karena didepan ada guru Bk yang mengawasi siswa siswi yang lewat untuk mengecek kelengkapan.
Allana sempat menghentikan langkahnya ketika guru Bk didepan sana sedang mengomel kepada anak yang tidak memakai sabuk. Ia meringis membayangkan yang akan terjadi beberapa menit kedepan. Namun tiba tiba sebuah tangan kekar memasangkan sesuatu dari belakang dilehernya. Allana menyeringit, itu sebuah dasi!. Ia menoleh untuk melihat siapa pemilik tangan kekar itu.
Matanya membulat, "Eh! A- Alkena?" ucap Allana terbata. Jantungnya berdetak lebih cepat. Entah karena abis lari atau memang karna sekarang jaraknya dengan Alkena hanya beberapa centi, mata elang itu seperti penghipnotis.
Cowok itu tersenyum hangat dan memasangkan dasinya keleher Allana hingga selesai, sedangkan Allana hanya cengo dan masih menatap wajah Alkena.
"Gue tau gue ganteng, jangan mangap gitu nanti iler lo netes" goda Alkena kemudian terkekeh.
"Eh?" Allana terkesiap, ia gugup setengah mati.
"Udah gak usah bingung gitu, udah sana masuk nanti lo ketinggalan upacara" ucap Alkena dengan senyum hangat.
"Tapi lo-
"Udah gak usah mikirin gue nanti lo cinta lagi, udah sana ah" potong Alkena sambil terkekeh.
Memang bukan masalah besar untuk Alkena jika dirinya tidak memakai dasi ataupun semacamnya, toh ia sudah berlangganan masuk Bk meskipun sebenarnya ia ialah seorang ketua osis. Namun dalam hal kepemimpinan ia sangat bertanggung jawab dan juga berwibawa.
Allana mengikuti ucapan Alkena ia masuk dan melewati guru Bk itu dan ia lolos dari teguran bahkan hukuman, sebelum itu ia sempat menoleh dan tersenyum hangat kepada Alkena dengan mengucapkan Terima kasih dengan sangat pelan, namun masih bisa dimengerti Alkena, cowok itu hanya mengangguk dan membalas senyum Allana.
Sepeninggalan Allana, Alkena masuk dengan santai. Ia merogoh sakunya dan membuka bungkus permen karet kemudian mengunyahnya. Tangannya ia masukkan kedalam saku celana dan berjalan dengan cool.
"Eh kamu! Sini!" tunjuk guru Bk berkumis dengan penggaris ditangannya kepada Alkena.
"Saya?" tanya Alkena dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Yaiya lah! Sini kamu!! Kenapa gak pake dasi?!" bentak guru Bk-Pak danan.
Alkena bersikap santai memasang wajah watadosnya, "Kalo pake dasi rasanya kaya kecekik pak, nanti kalo saya wafat gimana?".
Pak Danan kesal dengan jawaban yang dilontarkan Alkena. " Kamu ini kalo dibilangin njawab terus!".
"Loh bapak kan tanya, ya saya jawab" jawab Alkena dengan wajah sok polosnya.
"Kamu ini! Dimana dasi kamu!?"
"...."
"Kenapa diam? Jawab!"
"Ck. Tadi njawab salah sekarang diem juga salah. Nasib" ucap Alkena mendramatisir.
Pak Danan semakin naik pitam, "Sudah jangan banyak drama gitu! Sekarang ke lapangan dan berdiri didepan barisan khusus murid bandel kaya kamu menghadap peserta".
Bukannya akan merasa malu karena harus berdiri di barisan para anak bandel dan harus menghadap kepeserta upacara, Alkena justru bersorak seperti anak kecil yang baru dibelikan permen.
" Asikk! Siap! Barisan VIP ya pak" ucap Alkena girang kemudian mengikuti perintah pak Danan yang membuat pak Danan menggelengkan kepala dan memijat pangkal hidungnya. Sungguh pusing jika harus dihadapkan dengan murid seperti Alkena.
***
Upacara telah dimulai, siswa siswi sudah berbaris rapih sesuai dengan kelasnya. Hingga seorang laki laki menjadi pusat perhatian lantaran seorang cowok most wanted berdiri dibarisan untuk anak bermasalah seperri tidak memakai dasi,topi, sabuk ataupun telat.
Tak jarang decakan kagum keluar dari sebagian siswi yang melihat Alkena, ditambah peluh yang membasahi dahinya yang membuatnya semakin tampan. Alkena terlihat santai bahkan ketika menjadi pusat perhatian siswi yang mengikuti upacara. Baginya menjadi sorotan itu sudah biasa.
Berbeda dengan Allana, gadis itu tengah berdiri dibarisannya dengan gelisah. Rasa bersalah muncul ketika mendapati Alkena harus dihukum karenanya. Allana terus bergerak gelisah sesekali meremas ujung roknya.
"Gara gara gue tuh anak jadi dihukum, gue harus minta maaf sama balas kebaikan dia" batin Allana.
Greisha yang baris disamping Allana menyeringit ketika sahabatnya melamun dan tampak gelisah.
"Kenapa lo?"
Allana terlonjak dari lamunannnya "Eh, nggak- nggak papa"
"Gue ini bukan orang yang baru kenal lo ya" tukas Greisha sambil memutar bola matanya.
"Iya iya deh bawel. Nanti gue cerita abis upacara"
Gimana? Maaf baru update
Next? Gaje?
Jangan lupa vomment oke👌
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkena
Teen Fiction"Kamu tau kenapa Alkena berangkap dua diantara karbonnya?" Alkena. "Kenapa?" Allana. "Soalnya di dunia ini berpasangan haha" Alkena. "Oh gitu" Allana. "Ada lagi si, misalnya kaya aku kamu yang akan menjadi satu cinta diantara dua hati" Alkena. Cinta...