HARI ini adalah hari minggu. Matahari pun sudah mulai memancarkan sinarnya untuk menyinari bumi. Rata-rata, para warga sekitar kebanyakkan beristirahat dirumah seperti ridur, dibanding melakukan aktifitas lainnya.
Sama halnya dengan seorang remaja muda, yang kini enggan beranjak dari kasurnya. Baginya, kasur adalah surganya. Jika di tempatnya sedang diterjang badai, angin puting beliung, atau tsunami, dia lebih memilih mati di ranjang daripada menyelamatkan diri.
"Soobin bangun! Biasakan dirimu untuk bangun lebih pagi tanpa disuruh." Suara itu sedikit mengusik kenyamanan Soobin.
Lama tak mendengar suara itu lagi, Soobin kembali menjelajah alam mimpinya. Namun sayang, suara itu lagi-lagi mengusik kenyamanannya.
"Soobin! Bangun! Mandi! Sarapan!" Suara itu kembali berbunyi bak ayam berkokok. Hingga pada akhirnya, mau tak mau Soobin membuka kedua matanya perlahan, menyesuaikan cahaya ruangannya yang kini sudah menjadi terang menderang.
"Soobin, ayolah!" Lagi dan lagi. Suara itu tak luput dari indra pendengaran Soobin.
"Baiklah, baiklah." Jawab Soobin dengan nada sedikit malas dan serak.
Ia menurunkan kedua kakinya di lantai yang dingin, dan hendak keluar dari kamar secara perlahan dengan perasaan super malas.
Pintu terbuka lebar. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju dapur dan menyusul eomma nya yang sedari tadi membangunkannya beberapa detik yang lalu.
"Ayo kamu sarapan. Eomma dan appa sudah selesai sarapan sebelum kamu bangun." Ucap eomma membuat Soobin mengangguk malas seraya menarik kursi makan kebelakang dan mendudukkinya.
Sekian lama diam, akhirnya Soobin berbicara. "Dimana appa?" Tanyanya dengan kedua tangan dilipatkan diatas meja, seraya menunggu sarapan yang akan dibawakan oleh eomma nya tiba.
"Baru saja keluar ke minimarket. Sepertinya dia ingin membeli mie instan dan bubuk kopi." Jawab eomma membuat Soobin hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
Eomma meletakkan sepiring makanan dihadapan Soobin. Tanpa basa-basi, Soobin langsung melahapnya dengan kedua mata yang masih setengah terbuka.
"Soobin. Nanti malam, kita akan membicarakan sesuatu. Jangan kemana-mana ya?" Tanya eomma duduk dihadapan Soobin dengan tatapan seriusnya.
Mendengar hal itu, membuat kedua mata Soobin langsung membulat. "Tidak bisa! Aku akan berkumpul dengan teman sekelasku di cafe. Kenapa tidak besok saja?" Tanya Soobin.
"Aish, kau ini bagaimana. Kita akan membicarakan sesuatu hari ini, karena besok kita akan pergi ke restoran." Ucap eomma.
Soobin kembali bertanya. "Memangnya untuk apa? Dan jam berapa kita akan berkumpul untuk berbicara?" Tanya Soobin lagi.
"Itu rahasia. Dan jam perkumpulannya, pada pukul enam lewat." Jawab eomma, lagi-lagi membuat Soobin membelalakan kedua matanya untuk kedua kalinya.
"Apa?! Sedangkan aku pergi kesana pukul enam. Aish, eomma ini bagaimana. Jam sembilan malam kan bisa?" Usul Soobin membuat eomma nya menggeleng tak setuju.
"Tidak, tidak, tidak. Jam sembilan adalah jam waktunya tidur. Tidak ada waktu untuk berbicara pada jam seperti itu. POKOKNYA JAM ENAM LEWAT!" Ucap eomma tegas membuat Soobin diam sejenak.
"Kalau begitu, aku tidak usah pergi berkumpul dengan teman." Gumam Soobin kecewa dan memasang pouty face nya.
"Itu lebih baik. Ingat! Jam enam lewat!" Ucap eomma memberanjakkan dirinya dari kursi dan melangkah entah pergi kemana.
"Aish. Memangnya apa yang perlu dibicarakan? Mungkin hal yang tidak penting." Ucap Soobin berbicara sendiri seraya memutar kedua bola matanya malas.
.
. .
. . .
. . . .
. . .
. .
.
. .
. . .
. . . .
. . .
. .
.Malam pun tiba. Kini, Soobin sedang bersantai-santai diatas ranjang, sembari memberi pesan perminta maafnya kepada teman sekelasnya, bahwa ia tidak bisa pergi bergabung ke sebuah cafe untuk hari ini.
Ya, walaupun Soobin tidak terima bahwa eomma nya melarang, apa boleh buat? Yang ada Soobin mengundang pertingkaian pada beliau hanya karena dilarang keluar rumah untuk hari ini.
"Soobin, ayo kita bicarakan sesuatu!"
Suara itu memasukki indra pendengaran Soobin, sehingga tubuhnya dengan spontan bergerak hendak keluar dari ruangan ini. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, begitu ia benar-benar sudah keluar dari kamarnya tersebut.
"Kenapa?" Tanya Soobin duduk diatas sofa yang didepannya sudah ada eomma dan appa.
"Besok malam, kita akan bertemu dengan seseorang di restoran. Dan kamu harus mempersiapkan dirimu untuk tampil lebih sempurna." Ucap appa, membuat Soobin bingung.
Eomma mengangguk menyetujui perkataan appa. "Benar. Dan disini sudah ada dua pilihan kemeja yang akan kamu pakai disana. Pilihlah salah satu." Ucap eomma menyodorkan kedua kemeja yang terlihat mahal, kepada anak semata wayangnya tersebut.
Sebelum memilih, Soobin berkata. "Memangnya ada acara apa?" Tanya Soobin bingung.
"Rahasia, Soobin. Kamu juga pasti akan mengetahuinya. Yang paling utama, kamu pilih dulu diantara kedua kemeja ini." Ucap eomma menyodorkan kedua pakaian itu lagi.
Soobin berpikir sejenak. Jika dilihat-lihat, keduanya bagus juga. Tapi, tidak mungkin juga ia akan memilih keduanya dan ia harus memakai kemeja double. Dan akhirnya, ia memilih kemeja tersebut asalan karena keduanya memang terlihat sangat bagus.
"Baiklah. Eomma simpan ini." Ucap eomma pergi dari ruang keluarga untuk meletakkan kemeja tersebut dari tempatnya.
Selagi menunggu eomma tiba, appa berkata. "Disana, kamu harus sopan. Appa tidak mau kalau mereka menilai anak appa sebagai anak yang tidak sopan dan tak dididik." Pesan appa membuat Soobin mengangguk paham.
"Aku juga tau itu."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘉𝘭𝘪𝘯𝘥 𝘓𝘰𝘷𝘦 ' soojun [ffnc🔞]
Fiksi Penggemar🔞¡¡¡𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨. 𝘧𝘧𝘯𝘤, 𝘭𝘨𝘣𝘵, 𝘨𝘢𝘺 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘦𝘯𝘵!!!🔞 Choi Yeonjun a.k.a Yeonjun, akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pengusaha yang sama kayanya dengan kedua orang tuanya. Choi Soobin a.k.a Soobin, merasa shock tatk...