Chapter 6

308 42 9
                                    

Sowon dan Yuju segera bangkit duduk setelah mendengar suara anak kunci diputar, selama SinB pergi kedua hyungnya itu sengaja dikunci oleh SinB dari luar agar tidak berkeliaran dikota itu untuk menghindari keberadaan mereka. Keduanya melihat SinB melangkah masuk sambil mengibas butiran sajlu yang melekat dikedua pundak lebarnya serta dia mengusap rambutnya dari butiran dingin itu.

"Kau dari mana saja dengan kaki seperti itu?" tegur Sowon.

SinB mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis sambil melangkah dengan berat karena lututnya mulai terasa berdenyut. Yuju melangkah lebar dan meraih lengan SinB dan menegur juga melanjutkan kalimat Sowon.

"Lututmu pasti kram. Siapa suruh kau berjalan diwaktu salju turun."

Dengan pelan Yuju mendudukkan SinB di sofa sementara Sowon meraih tongkat sambil menatap dengan sepasang matanya yang bulat.

"Apa yang harus kami lakukan?"

SinB menatap kedua hyungnya dan seketika dia menyadari bahwa keingintahuan keduanya akan perginya bersama Yerin mungkin akan teralihkan jika dia meminta mereka memperhatikan keadaan lututnya yang mulai nyeri. Dengan senyumnya, SinB menjawab Sowon.

"Biasanya Umji Noona menekan lututku dengan handuk hangat."

Dengan segera Sowon berjalan menuju dapur sementara Yuju mengatakan dia akan membuatkan cokelat panas untuk SinB. Melihat keduanya terlihat sibuk ingin mengurusnya, SinB menghembuskan napasnya dan meraih tongkatnya. Dia bangkit berdiri dan melangkah perlahan menuju tangga. Dia menapaki tangga dengan lambat menuju ruang cermin.
SinB membuka pintu ruang itu dan menekan tombol penghangat ruangan yang terdapat disamping tombol lampu. Udara hangat langsung terasa. SinB meletakkan tongkatnya didinding dan dia membuka coatnya serta polonya yang hangat sehingga tubuh berototnya terpampang dengan otot perutnya yang sempurna. SinB menatap cermin dan menarik napasnya. Dia berencana akan mencoba berjalan tanpa tongkat menuju jendela ruangan yang berada diseberang dari tempat dia berdiri.

Dengan langkah kecil, SinB mulai melangkah. Dia menahan rasa nyeri yang semakin kuat menyerang lututnya serta betisnya. Namun dia menahan semua itu dan tetap melangkah meskipun kini dahinya sudah dipenuhi titik - titik keringat. Dengan menghitung didalam hati, akhirnya SinB mencapai jendela dan pandangannya langsung tertuju pada sebuah jendela yang tertutup diseberang jalan.

SinB menyentuh bibirnya dan dia memejamkan matanya sejenak. Diantara derai salju, dia mencium Yerin bahkan tidak hanya sekedar mengecup, dengan lembut dan pasti bibirnya melumat bibir hangat Yerin yang bergetar karena shock.

Seakan semuanya masih sangat jelas, SinB ingat bagaimana dia dengan lembut menarik tengkuk Yerin dan menahan tangan Yerin dengan tangannya yang bebas. Dia bisa melihat sepasang mata bagai kejora itu membelalak lebar namun SinB seakan lupa segalanya. Dia menyentuhkan bibirnya diatas bibir Yerin, menunggu sedetik sebelum akhirnya dia menyesap pelan bibir bawah ranum itu. Entah karena terkejut, Yerin justru membuka sepasang bibirnya membuat lidah SinB berhasil masuk dan menggoda langit - langit mulut yang hangat itu sebelum melumatnya dengan mesra.

SinB segera melepaskan ciumannya saat dirasakannya Yerin tersentak dan menarik lepas lengannya yang dipegang SinB dan terburu - buru menjauh darinya dengan wajah semerah kepiting rebus. SinB menyentuhkan dahinya pada kaca jendela dan mengerang lirih.

"Apa yang sudah kau lakukan, Eunbi??"

Sementara itu, setelah sampai didepan kafenya, Yerin segera berlari masuk lupa mengucapkan selamat malam pada SinB. Bahkan dia tidak ingin lagi berada di kafe hingga tutup dan menyerahkan segalanya pada Eunha dan tidak menghiraukan protes Eunha. Yerin segera menembus ke rumah utama dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Call Me Baby [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang