01. Bertemu Dengannya

52 5 8
                                    

"KuasaNya tidak mampu kutolak. Ketika suratan takdir mempertemukan kita, aku tidak bisa menghindarinya"

🌻🌻🌻

     DISINILAH aku sekarang. Lingkungan baru, rumah baru, tetangga baru, orang-orang baru. Aku pindah dari Bandung ke Yogyakarta karena pekerjaan Ayahku. Ini sulit untukku. Kenapa?, karena aku adalah tipe orang yang susah berinteraksi dengan orang yang belum aku kenal.

     Awalnya aku tidak setuju jika ayah harus pindah. Tapi terpaksa, aku kalah. Aku tidak punya alasan kuat untuk menang. Alasannya hanya karena aku sudah nyaman di Bandung. Karena disinilah aku dibesarkan. Dan aku tidak mau pindah sekolah. Tapi ayahku tetap pada keputusannya.

     Aku menginjakkan kakiku di rumah baruku ini. Cat yang masih baru, lantai yang kotor, dan perabotan yang tertutup plastik.

     "Zulfa, kamar kamu ada dilantai atas," kata ibuku sambil mengusap kerudung maroonku.

     "Iya ibu. Zulfa naik dulu ya, nanti kalau butuh bantuan panggil Zulfa," jawabku yang dibalas anggukan oleh ibu.

     Aku melihat ayahku yang masih diluar. Dia sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon. Aku tidak mau mengganggunya, lebih tepatnya aku tidak mau mengganggu urusan bisnisnya.

     Ayahku adalah orang yang pekerja keras. Dia rela berangkat pagi dan pulang pagi demi bisnisnya. Ayah juga jarang sekali meluangkan waktu untuk keluarganya. Itulah yang membuatku tidak terlalu dekat dengan ayah.

     Aku berjalan memasuki rumah asing ini. Kunaiki anak tangga satu persatu untuk sampai di kamarku. Aku membuka knop pintu, rasanya kakiku enggan untuk masuk di kamar ini. Warna cat kamar ini adalah warna kesukaanku yaitu biru.

     Ya Zulfa, sekarang kamu akan memulai semuanya dari awal. Kamu pasti bisa!.

****

     Hari menjelang pagi. Waktu menunjukkan pukul 03.30. Aku bergegas bangun dan segera mengambil wudhu. Aku memakai mukena dan menggelar sajadah untuk melaksanakan shalat tahajud. Sambil menunggu adzan Shubuh tiba, aku membaca Al-Qur'an bersampul hijau.
Hanya dengan membaca Al-Qur'an hatiku terasa damai.

     Tidak terasa sudah 5 hari aku tinggal di Yogyakarta. Dan hari ini adalah hari dimana aku akan menjadi murid baru di sekolah baruku.

     Ayah mengantarkanku kesekolah. Membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai tujuan.

     "Assalamu'alaikum. Zulfa berangkat dulu yah. Nanti Zulfa akan telfon jika sudah pulang," aku mencium punggung tangan kanan ayah.

     "Wa'alaikumsalam. Ayah pamit dulu ya."

     "Iya, hati-hati yah."

     Mobil berwana hitam itu melaju pergi. Kini aku berada di depan SMA 04 Yogyakarta. Aku melihat sekitar. Tidak ada yang kukenali sama sekali.
Dengan ragu, aku memasuki kawasan sekolah ini.

     1 hari yang lalu, ayah mengajakku kesini untuk bertemu dengan kepala sekolah. Kepala sekolah menjelaskan bahwa aku masuk di kelas MIPA 3.

     Aduh kelas 12 MIPA 3 mana ya?. Kok nggak ketemu sih.

     Aku terlihat seperti orang hilang disini. Daritadi mondar-mandir mencari keberadaan kelas. Aku sangat bingung. Parahnya lagi aku adalah orang yang pemalu. Jadi aku tidak berani bertanya kepada orang lain.

Pelengkap HijrahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang