Bunda dan ayah masih duduk di sofa, sementara Noa hanya dapat diam berbaring di kasur karena tangan dan kakinya masih terikat.
"Gue mau ke toilet," ucap Noa pelan. "Lepasin."
Dengan terburu-buru bunda lalu membuka ikatan tersebut dan membantu Noa berjalan masuk ke dalam toilet.
Namun, di dalam sana Noa hanya dapat merenung.
Ia sama sekali tidak tau apa yang sedang terjadi saat ini dan rasanya Noa sudah sangat muak. Noa sudah terlalu lelah menghadapi semua ini. Noa hanya ingin dapat bernapas dengan lega, tetapi siksaan ini terus menghampiri Noa tanpa henti.
Noa lalu beralih menatapi sebuah sapu yang digantung pada belakang pintu kamar mandi tersebut.
Dan, sebuah ide pun muncul.
Tepat setelah membuka pintu, Noa segera memukul bunda dan ayah dengan sapu tersebut sebelum akhirnya berlari pergi sekencang mungkin.
Noa dapat melihat pintu keluar yang tampak sangat bercahaya itu.
Sedikit lagi... Noa akan keluar dari rumah sakit sialan itu.
Namun... beberapa penjaga kini kompak berdiri tepat di depan pintu seakan melarang Noa untuk keluar.
Sial.
Noa gagal lagi.
Para dokter dan suster lalu menarik Noa kembali masuk ke dalam ruang rawatnya dan mengikat pria itu di kasur untuk yang kedua kalinya.
Dan bunda lagi-lagi kembali mendekati Noa sembari terus menenangkan pria itu. "Kamu pasti sembuh kok...."
Sembuh apanya? Mereka yang sakit!
Ayah lalu mengeluarkan dompetnya dari kantong celana, kemudian beralih menunjukkan sebuah foto kepada Noa. Foto itu adalah foto ayah bersama bunda dan seorang anak kecil yang tidak Noa kenali.
"Ini kita..." ucap ayah. "Dulu kamu nangis soalnya hampir engga ayah beliin baju ini. Belum bisa diinget ya?"
Apa-apaan?! Noa tidak punya orang tua!
"Gak percaya! Kalian cuma bohongin gue kayak kemarin-kemarin!"
————
Sampai saat ini Noa masih belum menemukan cara yang tepat untuk dapat pergi dari sana. Beberapa suster datang secara bergantian untuk mengecek kondisi tubuh Noa, beberapa kali bunda juga menyuapi Noa agar tidak kelaparan, namun Noa masih bingung dengan tujuan mereka.
Apa mereka berniat ingin kembali menyuruh Noa menjadi artis sekaligus teman dari orang-orang gila yang memberi mereka uang itu?
Kenapa bahkan sampai dokter yang ada di sini pun ikut mendukung mereka juga? Kenapa kejahatan seperti ini tidak dilaporkan ke polisi?
Semuanya pasti karena uang.
Benar-benar jahat.
————
Setelah 3 hari berlalu, kini waktunya untuk pulang.
Hari ini Noa tidak menolak lagi karena ia tau hasilnya akan sama seperti biasanya. Lagi pula, sampai saat ini badannya masih lemas dan ia tidak mau membuang-buang energinya hanya untuk hal yang percuma.
Noa memilih untuk pasrah diajak pulang oleh mereka, kemudian berniat untuk memikirkan cara melarikan diri setelah kondisinya sudah membaik nanti.
———
Tepat setelah tiba, Noa serta bunda dan ayah segera disambut oleh lima orang remaja yang telah menunggu di ruang tamu.
"Kamu inget mereka engga?" ujar bunda. "Sepupu kamu."
.
Sepupu?
Jelas-jelas yang duduk di ruang tamu itu adalah Hyunjin, Jinyoung, Yeji, Heejin, dan Siyeon, namun kenapa malah menyebut mereka sebagai sepupu Noa? Bukankah kemarin bunda dan ayah sendiri yang mengangkat mereka semua sebagai anak?
.
Tanpa berpikir panjang lagi, Noa pun segera berlari menghampiri mereka. "Kalian gapapa 'kan?"
Mereka hanya diam.
"Kalian dibawa ke rumah sakit juga?" lanjut Noa namun masih juga tidak dijawab.
.
"Kamu istirahat di kamar dulu," ujar bunda sembari mengajak Noa masuk ke dalam kamarnya.
Tapi... kenapa?
Kenapa mereka hanya diam saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive | Noa Yeji + 00line ✔️
FanficMereka memilih pilihan yang salah. [spin-off dari: silver boys] [2019]