KHANZANA AZIZAH PENAFSIR CINTA

28 4 0
                                    

Sepuluh tahun lamanya aku menderita. Penantian tidak berarti membuat perasaanku hancur berkeping-keping di saat cinta pertama harus pupus di tengah jalan. Usiaku masih teramat muda untuk mengerti sebuah cinta. Katanya, mengenal cinta dapat mendewasakan jiwa dan pikiran, tetapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Tidak seperti cerita dongeng yang aku baca.

Siapa yang akan menyangka malaikat hatiku harus berpisah dengan waktu yang lama walaupun kami sempat bertahan dengan masa LDR selama lima tahun. Pada akhirnya, cinta tersebut harus putus di tengah jalan sehingga di usia 25 tahun ini, aku masih sendiri dibandingkan dengan teman-teman seperjuangan yang telah memiliki buah hati. Aku hanyalah perempuan penanti yang belum pasti terhadap kisah cinta dari sang malaikat.

Bukan waktu yang memaksaku seperti ini. Namun, aku masih mengkhawatirkan perasaanku jika harus berpisah lagi. Aku tidak mau mengulang cinta yang sama. Bagiku, cukup sekali menderita karena cinta.

Aku sebagai Rahmatussa'diah Khanzana Azizah, seorang aktivis muda di perguruan tinggi setingkat magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melangsungkan seminar dengan tema "Menelisik pemikiran Michael Faucautl: Relasi Kuasa dan Ilmu Pengetahuan" untuk mahasiswa semester satu sampai lima untuk mengenal lebih banyak wacana kekuasaan.

Kekuasaan kerap diperbincangkan dalam wacana politik atau sosiologi politik. Dalam konteks ini, kekuasaan dipahami sebagai kualitas, kapasitas atau modal untuk mencapai tujuan tertentu dari pemiliknya.

Seiring dengan kesibukan yang padat, bukan berarti aku melupakan pesan orang tua untuk segera menemukan pendamping hidup, agar tidak terlalu memikirkan segalanya sendiri karena dengan kehadiran pendamping hidup, kita dapat berbagi cerita kehidupan.

Memang terlihat manis mempunyai keluarga, kemudian membangunnya bersama seorang yang dicintai. Namun, bisa dikatakan, hingga saat ini aku masih belum memiliki pacar alias jomblo. Dengan segala kesibukan yang selama ini telah menyita masa-masa indah, aku meluangkan waktu berbagi dengan lawan jenis.

"Anna, Rahmatussa'diah Khanzana Azizah. Betul itu namamu?" Seorang lelaki memanggil namaku usai acara berlangsung.

"Iya, betul itu namaku. Maaf, siapa, ya?" Jujur, aku tidak mengenal laki-laki di hadapanku ini.

"Jadi kamu tidak ingat?" Dia tersenyum, tersipu melihatku yang kembali mengingat siapa dia.

Sontak aku terkejut. Bagaimana tidak, seorang remaja culun yang dulu mencintaiku, kini sudah berubah menjadi dewasa yang sangat tampan.

"Raffata Rizqiya Mahendra. Sekarang, apa kamu bisa mengingatku?" tanyanya memastikan.

Tentu saja aku mulai ingat dengan nama tersebut. Bagaimana tidak, dialah laki-laki pertama yang mengenalkan aku tentang percintaan gadis remaja. Tidak dapat kupercaya dia masih mengenaliku setelah sepuluh tahun berpisah. Dengan penampilan maskulin itu, aku hampir tidak dapat mengenalinya.

***

Kami berdua menuju rest area, tepatnya di kantin kampus untuk makan siang. Sambil menunggu pesanan datang, kami mulai bertukar cerita setelah lama berpisah. Cukup menarik apa yang dia sampaikan selama masa-masa sekolahnya dulu, tepatnya setelah dia memutuskan tinggal di luar Jawa.

"Aku sebenarnya tidak enak denganmu, tetapi aku bahagia bisa bertemu denganmu," tutur Affata mengawali pembicaraan di antara kami. Aku tersenyum simpul, ada rasa gugup menyiksa hati. Mungkin ini pertama kalinya aku melihat dirinya. Sungguh, ada kerinduan yang tersimpan, tetapi tidak seharusnya dipamerkan karena belum tentu dia menjadi milikku.

Berulang kali kami saling menatap. Jujur saja, aku tidak terbiasa betatapan dengan seseorang. Aku selalu mengalihkan pandangan ke arah lain, lalu memakan makananku sampai habis.

SYAIKA FALLING IN LOVE "Yang Terdalam"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang