FEBRUARY, MET UP

5 3 0
                                    

"Tidakkah kita ingin begitu hadir dengan keutuhan menjalani dan mengalami sesuatu yang terjadi dan tidak dalam pengharapan. Namun, terjadi begitu saja tanpa kabar terdengar. Maka, aku ikhlas dengan kepergiannya yang memiliki alasan dimana aku perlu memakluminya".

Kulangkahkan kaki pelan di tangga pesawat. Sengaja berlama-lama agar penumpang lainnya turun lebih awal. Aku tidak suka bila berdesak-desakan, setelah melewati pintu pemeriksaan bandara, kemudian bergegas menuju pintu keluar. Seru rasanya, berpergian menggunakan tas ransel. Tentu saja tas ini paling aku sukai dari semua tas yang aku koleksi, ada kenangannya. Selain itu bisa keluar dari bandara tanpa menunggu bagasi.

Rasanya melegakan sekali. Cirebon ... I'm back. Wajah kebahagian menyelimutiku, lima tahun berlalu. Entahlah, aku malas mengingatnya. Kejadian tersebut telah lama aku kubur. Kota Cirebon merupakan tempat kelahiranku. Tempat di mana aku tumbuh dan berkembang menjadi mojang desa. Melegakan sekali aku bisa pulang ke tempat kelahiranku.

Jam menunjukkan pukul dua siang, saat taksi yang aku tumpangi keluar dari bandara Majalengka menuju tol kota Cirebon. Karena untuk sampai ke pelosok rumahku harus menempuh perjalanan lagi selama empat jam lamanya. Aku sengaja naik penerbangan pagi agar tidak kemalaman sampai rumah. Dengan senyum bodoh aku membuka layar Iphone. Inginnya, sih, ngerjain orang rumah tetapi aku urungkan. Aku takut meledak saat memberitahukan kepulanganku yang sangat mendadak. Biar surprise buat mereka yang udah lama pisah denganku. Hehehe...

Aku menghentikan pak supir saat sampai di pertigaan dan berkata "Belok ke sebelah kiri dan lurus terus sampai menemukan perumahan bercat biru muda". Aku mengarah supir taksi untuk sampai tepat di depan rumahku. Ada lima belas menit lagi untuk sampai ke rumah. Hhhhhhh ... kuhela napas dengan teratur lagi panjang-sengaja- sumpah deh, aku ingin tahu reaksi apa orang rumah melihat kehadiranku, pulang tanpa pemberitahuan.

Tepat di mana aku turun dari taksi dan membayar ongkos taksi, aku melihat adikku yang langsung menghambur memelukku dengan teriakan histeria saat dia duduk di depan rumah. 

"Kak Vilzha.. " teriaknya. Telingaku terasa budek mendengar cemprengannya.

Lama berpelukan melepas kerinduan yang terobati segera. Aku masuk ke dalam rumah dan dapati sambutan kecil dari ayah, ibuku. Mereka tidak percaya bahwa aku pulang dengan selamat setelah bertahun-tahun berpisah. Kerinduan yang selama ini mereka sebut-sebut di saat berkomunikasi terjawab sudah. Aku menjumpai keduanya, menyambutnya dan saling melepas kerinduan.

Sudah cukup adegan melankonisnya. Kita buka lembaran baru setelah perpisahan berakhir dengan cucuran air mata. Melarutkan pikiran yang sudah lelah karena memakan waktu sehariannya akhirnya aku meminta izin untuk istirahat lebih awal.

Aku tidur lebih awal karena besok harus bangun pagi. Untuk melepas kerinduanku, kepada alam perdesaan yang teramat membekas kenangan. Tiada satupun yang membuatku melupakan momen indah yang aku miliki tentang pertualangan cinta pertama.


***

Baiklah, anggap saja ini sebuah sapaan hangat untukmu mengawali perjalanan. Aku mengajakmu menelusurinya, tetapi aku harap kamu hati-hati. Semoga tidak tersesat, apalagi kehilangan arah. 

Aku menemukan banyak hal tentangmu di sini. Sebuah potongan peristiwa pengirim pesan pendek. Potongan resah yang tersublim dalam ego paling naif, menguap dan terbang ke langit tempat semua doa bersemayam. Mungkin salah satunya adalah dirimu. Potong resah itu kemudian membeku konstelasi waktu yang menyerupai dirimu. Rentetan kejadian yang terpendar dalam setiap kata yang kamu baca. Namun, menghilang dengan waktu tak terhingga.

Sepertinya, aku banyak bicara. Aku tidak pandai berbasa-basi. Pesanku, biarkan nurani bekerja sebagaimana mestinya. Ikuti semua gelombang yang menyeretmu. Apabila ingin tahu segalanya. Kamu akan menemukan oase di tempat yang tidak kamu duga. Namun, layaknya rangkaian peristiwa, saat pagi berpendar. Aku begitu hidup dan melupakan segala keresahan yang selalu menganggu saat gelap. Setiap napas yang ku hirup begitu terasa segar dan penuh akan kesempatan.

SYAIKA FALLING IN LOVE "Yang Terdalam"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang