AC-Penilaian Yang Salah

695 18 0
                                    

Satu hari dengan cuaca yang panas, seorang gadis bernama Olivia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Lagipula, guru-guru sedang rapat, jadi tak ada yang akan sadar bila dia tidak ada di kelas.

Olivia yang penampilannya tidak mencolok jadi mudah untuk keluar dari kelas tanpa diketahui teman-temannya. Dia pikir begitu...

Lucas yang merupakan ketua kelas mengetahui bahwa salah satu dari temannya pergi diam-diam. Ingin sekali rasanya untuk menyusul Olivia dan menanyakan ke mana ia pergi. Sejauh yang ia tahu, Olivia bukanlah gadis yang suka membolos di kantin saat jamkos. Ada angin apa kira-kira? Namun melihat situasi kelasnya yang kacau ini, ia jadi mengurungkan niatnya. Bisa-bisa kelasnya makin ribut jika ketua kelas tidak ada di tempat.

Seperti yang Olivia pikir, berada di perpustakaan adalah ide bagus. Ada air conditioner, buku-buku yang menarik untuk dibaca, juga kebebasan untuk menggunakan Wi-Fi . Ini jelas lebih baik daripada dia ada di kelas, tidak melakukan apapun selain mendengarkan teman sekelasnya bergosip ria ala tante-tante. Selain alasan itu, sebenarnya ada buku yang ingin di baca Olivia sejak lama. Judulnya "Jurus Rahasia Menang Olimpiade Matematika" yang pastinya cukup tebal membuatnya semakin betah di perpustakaan. Yang menjadi halangan adalah, buku itu terletak tinggi. Sangat tinggi bahkan ia tidak bisa mengambilnya sambil berjinjit.

Olivia cemberut menatapi buku bersampul biru itu. Padahal, waktunya pas sekali. Sebelumnya ia harus mengerjakan banyak tugas sehingga tidak ada waktu untuk membaca buku selain tentang tugas. Dasar guru tidak berperasaan. Tugas jadi mati satu tumbuh seribu karena mereka. Padahal juga tidak tentu dibahas dan lebih menyebalkan lagi, hanya diberi tanda tangan! Dan sekarang, Olivia tidak bisa mengambil buku itu! Berasa sia-sia ia mencuri waktu.

"Ah, akhirnya ada celah untuk keluar kelas~ Lho? Kamu di sini? Kukira sedang membaca buku di sana. Apa itu buku tips belajar? Kau ingin membacanya, Liv?"

Ah, dari cara bicara cepat dan nada riang Olivia jadi tahu siapa yang ada tepat di belakangnya. Dengan rasa malas yang muncul tiba-tiba, Olivia berbalik dan menemukan sang ketua kelas tertampan ada di belakangnya. Tidak lain adalah Lucas. Laki-laki itu makin terlihat bodoh dengan senyum riangnya bagi Olivia.

"Hm," sahut Olivia singkat dan tak jelas membuat Lucas kebingungan. Olivia adalah gadis panutan baginya. Pendiam dan memperhatikan guru juga berprestasi, sayangnya... Olivia tidak pernah membalas dengan panjang. Terutama jika dia yang mengajaknya bicara. Kalau tidak "Ya", "Tidak", " dan "Apa pasti hanya menyahut dengan berdeham. Tapi tetap saja Lucas mengajak Olivia berbicara.

Di sisi lain ada yang sangat membuat Olivia tidak nyaman jika dia berada di dekat Lucas. Pasti ada saja gosip aneh dan gila yang disebar oleh pecinta ketampanan Lucas ini. Mulai dari mengkritik penampilannya yang tidak cocok dengan Lucas, mencibir cara bicaranya yang singkat padahal yang berbicara kan dia kenapa mereka peduli dan kritik? Yang lebih parah jika ada yang melakukan kejahilan secara nyata seperti sengaja menabraknya sampai terjatuh atau menumpahkan air secara sengaja ketika Olivia bertemu dengan mereka. Olivia tidak bisa melawan tentunya, 1:100 begitu bagaimana mau menang? Jadi ia putuskan untuk jaga jarak dengan si Lucas yang cuma modal tampang itu.
Daripada mendapat resiko ada yang melihatnya bersama Lucas, Olivia menjauh terang-terangan dari sana dan duduk tenang setelah mengambil buku secara asal. Sungguh mengesalkan, Lucas justru mengikutinya dan duduk tepat di sampingnya.

"Main pergi begitu tidak sopan lho,  Olivia," kata Lucas sambil menyerahkan sebuah buku. Ternyata itu adalah buku yang ingin dibaca Olivia tapi tidak kesampaian. Meski tidak nyaman, Olivia mengambil buku itu kemudian mencari tempat duduk lain. Namun lagi-lagi Lucas menyusul.

"Kupikir aku akan mendapatkan ucapan terimakasih."

"Terimakasih. Cepat pergi," kata Olivia ketus.

Lucas mengangkat alisnya lalu menghela napas berat. " Kamu kenapa? Lagi PMS?"

Sungguh ingin sekali Olivia melemparkan buku yang dibacanya ke Lucas agar dia kesakitan. Tapi karena Olivia sayang buku, ia jadi tidak tega.

"Tidak."

Lihat? Kalau Lucas yang mengajaknya bicara pasti hanya dibalas sepatah kata. Padahal Lucas sering lihat, jika dalam urusan tugas Olivia sedikit banyak bicara daripada sekarang.

"Kamu tidak benci aku kan?"

Tentu saja Olivia benci sekali. Gara-gara siapa ia sering dibully selama ini?

"Hm."

"Padahal aku tidak pernah bersalah padamu lho, Liv."

Mau merasa atau tidak Olivia tidak peduli. Baginya, yang wajahnya seperti Lucas pasti pura-pura polos di depan, menebar pesona, tapi dalamnya busuk. Olivia tidak akan tertipu. Dibanding mengurusi laki-laki kurang kerjaan, lebih baik Olivia memikirkan apa jawaban dari soal sulit dihadapannya.

"Oh! Yang itu jawabannya 8³. Kamu terlihat kesulitan, sini kuajari."
Kemudian tanpa meminta pendapat Olivia, Lucas mengajarinya sampai bel istirahat berbunyi.

"Kamu tidak makan dulu?"
Olivia menggeleng pelan. Lebih baik dia belajar sampai dia bisa tanpa bantuan Lucas. Sedikit banyak ia merasa malu diajari oleh Lucas di soal yang ternyata mudah.

"Oh begitu. Aku belikan susu dan roti isi ya. Duluan, Liv~"

Olivia terkejut dan mau menolak. Tapi apa daya, Lucas sudah berjalan cepat keluar.

"Seenaknya saja dari tadi. Padahal aku tidak meminta," sungutnya. Olivia menatap buku olimpiade di depannya, coretan perhitungan kertas di sampingnya. Dia tidak meminta diambilkan atau diajari, tapi Lucas sendiri yang menawarkan. Rasanya jadi tidak masuk akal jika Lucas adalah orang jahat.

Olivia baru menyadarinya hari ini karena selama ini ia jaga jarak dengan asumsi jahatnya tentang Lucas.
Mungkin, kamu tidak orang buruk seperti yang kupikirkan, pikir Olivia diam-diam dalam hati.

---

Judul: Penilaian Yang Salah
Nama.      : Angel Eliezer Wijaya
Akun wp : YEMIMALIEZ
Ig.             : yemimaliez

ANTALOGI CERPEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang