✔3

71 15 5
                                        

aku merasakan sebuah tangan yang sedang meleraiku, aku sangat yakin itu pasti Zombie yang ingin memangsa kami bertiga, tapi seperti ada yang aneh karena tangan tersebut menarik kami ketempat menuju lantai tiga.

"hm.. kak kalian buka mata dong, soalnya kita akan naik tangga". perkataan itu membuatku bernafas lega,  aku dengan cepat cepat ingin membuka mataku agar aku bisa tau siapa orang baik yang telah menolong kami.

"Agusto...". kata kami serentak, yah Agusto lah yang menolong kami bertiga.

"Makasih yah sudah mau menolong". kata Farel.

"ia kalau ngak ada kamu. bisa bisa kami bertiga pasti di lahap oleh para Zombie di sekolah ini". kata Yudo.

sebenarnya aku ingin berkata terimah kasih tapi aku malu untuk mengungkapkannya. aku mencari cari lagi siapa orang yang bersama dengan Agusto namun hasilnya tidak ada Agusto sedang sendiri. itu yang membuatku senyum senyum sendiri. 'yess ngak ada Jesica'. batinku.

"kak..kamu kenapa". tanya agusto yang ternyata melihatku senyum senyum sendiri seperti orang gila.

"hah.. ti..tidak ada apa-apa". kataku.

'hm kau memang mengatakan tidak ada apa apa tapi di dalam hati kamu pasti sedang bahagia karena sudah di tolong sama orang yang kamu suka, aku nyesal sudah tidak peka sama kamu waktu kamu sempat menyukaiku'. batin Farel.

"ehh yuk kita naik ke atas, sebelum para zombie datang dan memangsa kita". kata agusto memecahkan suasana. kami pun pergi kelantai atas untuk berlindung.

kesenanganku tiba tiba hancur ketika aku melihat Jesica yang terduduk lemas karena asma. 'jadi...dia sama Jesica'. batinku sambil cemberut.

"kamu kenapa Ben". tanya Farel.

"tidak ada apa apa" balasku

"sepertinya aku akan menjadi obat nyamuk di antara kalian berempat". kata yudo.

"eh tunggu dulu ini bukannya tempat pratikum?". kata farel yang menelusuri ruangan tersebut, lalu ia kembali melihat sebuah ramuan yang terjatuh ramuan itu adalah ramuan yang di buat olehku.

"wah cantik sekali, aku tidak pernah melihat cairan yang seperti itu". kata Agusto yang hendak menyentuh ramuan tersebut namun aku dengan cepat menarik tangannya yang sudah berjarak 1cm dari ramuan tersebut.

"kau ini. apa kau mau seperti mereka yang ada di luar sana". kata ku yang membuat Agusto mengkerutkan keningnya bertanda tidak mengerti.

"ramuan itulah yang membuat teman kita seperti ini". kata Farel
tiba tiba.

"kok bisa?". tanya Agusto

"aduh pokoknya panjang deh ceritanya". kata Yudo, namun tiba tiba kami di kagetkan oleh nafas yang terenggah enggah seperti seseorang yang kehabisan nafas.

"Jesica? sepertinya asma mu kambu lagi". kata Agusto yang menghampiri Jesica, mereka sangat dekat aku bahkan cemburu melihatnya, agusto mengambilkan Jesica sebuah air yang kebetulan ada di ruang pratikum.

tentunya air itu bersih lah masa Agusto mau ngasih Jesica air yang kotor kan ngak lucu :).

"hm bagaimana kalau ramuan ini kita lacak saja Yudo supaya kita tau apa isi dari ramuan tersebut". kata Farel yang memiliki otak yang jenius.

"hm itu ide bagus". kata Yudo.

"tapi bagaimana caranya, secara kalian tidak boleh menyentuhnya" kata ku khawatir yang membuat kedua orang yang yang berada di sampingku tertawa lagi.

"kau ini, tentu saja kita akan menggunakan kaus tangan" kata Farel yang mengelus pucuk kepalaku, aku terkaget atas perlakuan Farel yang tiba tiba seperti ini, dulu aja Farel justru bermuka jutek sama aku tapi sekarang aku rasa kita seperti dekat.

Zombie in the schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang