04 - A Date

1.4K 208 233
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak dulu yaaa

.

.

.

.

Warning! This chapter contain adult things. Please be wise for you who is underage 🙏🏻

.

.

.

.


Aku menatap bayanganku pada pantulan cermin yang terlihat menakjubkan.

Bagaimana? Tampan dan terlihat cukup boyfriend material bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana? Tampan dan terlihat cukup boyfriend material bukan?

Aku sudah siap, sangat siap untuk menjemput noona di kediamannya sebentar lagi. Kami akan menonton film hari ini dan ini adalah kencan pertamaku bersama noona setelah lampu hijau keduanya aku peroleh.

Aku kembali menarik kedua sudut bibir ketika mengingat momen itu. Momen dimana Yerin noona bersandar penuh padaku, memelukku, hingga memberiku kejelasan akan status hubungan kami saat ini. Memang masih tidak sejelas itu, namun noona bilang ia akan membuka hati untukku.

Terdengar jauh lebih baik bukan?

Buah kesabaran dan kerja keras memang tidak akan mengkhianati hasil.

Aku mendapat izin dari appa untuk meminjam mobilnya hari ini. Demi membawa gadisku dengan lebih nyaman, aku bahkan harus mengatakan alasan yang sebenarnya pada appa bahwa aku akan pergi berkencan. Appa melongo tak percaya, begitupun eomma yang sesegera mungkin menghentikan kegiatan memasaknya setelah mendengar percakapanku dengan appa dari dapur.

Iya, mereka masih tak percaya jika anak laki-laki pendiam mereka sudah bisa menyukai seorang gadis. Bagi mereka aku aku selalu terlihat seperti bayi.

Saking gembiranya melihat aku yang akhirnya memiliki wanita idaman, appa bahkan menambahkan uang saku untukku. Sangat lumayan untuk mengganti nominal tiket film yang kubeli kemarin, sekalian membelanjakan noona beberapa snack untuk dibawa sambil menonton.

Dengan senyum sumringah karena mendapat restu serta modal untuk pergi berkencan, aku berpamitan dengan kedua orang tuaku. Hyungku sedang tidak ada dirumah karena harus bekerja di hari libur. Sungguh Jeon Seokjin yang malang.

Aku melajukan mobil menuju kediaman Yerin noona yang sudah ku hapal di luar kepala. Aku sudah hapal betul jalan menuju kesana, hingga letak beberapa lubang kecil serta polisi tidur yang ada di sepanjang jalan. Mobilku berhenti tepat di depan sebuah rumah berpagar hitam, rumah sederhana yang besarnya kurang lebih sama seperti rumahku.

NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang