07 - Hurt

1K 197 68
                                    

Jangan misuh-misuh dulu ya, nikmatin aja lanjutan dari bucin yang lagi galau ini :')

Jangan misuh-misuh dulu ya, nikmatin aja lanjutan dari bucin yang lagi galau ini :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku tidak tahu harus lari kemana lagi. Aku tidak punya tujuan selain rumah, Mingyu, dan noona. Baru kali ini aku merasakan begitu sesak dan menyebalkannya menjadi seorang introvert yang tidak punya siapa-siapa.

Aku tak ingin membebani eomma dan appa dengan masalah pribadiku. Terlebih untuk urusan hati yang hanya aku dan noona yang mengerti. Aku tak ingin membuat mereka membenci noona, cukup aku saja. Meski sebenarnya aku juga sama sekali tak bisa benar-benar membenci sosok noona, ia terlalu berharga untuk dibenci dengan teramat sangat.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali duduk di belakang layar monitorku, membuka satu persatu aplikasi game dan memainkannya secara bergantian untuk membunuh waktu. Aku ingin melupakan semua tentang noona untuk beberapa saat, menjernihkan pikiran dengan menghapus segala rasa pedih setiap kali memoriku mengingat tentang noona.

Beberapa hari setelahnya, tak ada satupun kabar dari noona yang terdengar oleh telingaku. Aku sengaja menjauhi noona, menghindari segala hal tentangnya sebisa mungkin. Mingyu perlahan dapat menangkap jika sesuatu yang tidak baik kembali terjadi padaku. Aku yang terlihat sangat aneh, sangat berbeda dari yang biasanya.

Aku yang selalu menunggu noona didepan kelasnya setiap kali pulang lebih dulu. Aku yang selalu membawa sebungkus permen jelly kesukaan noona setiap kali pergi ke minimarket. Aku yang selalu membicarakan tentang noona setiap kali aku membuka mulutku.

Kini tidak lagi. Aku menutup rapat mulutku dan semakin tidak banyak bicara jika tidak ditanya. Aku tak lagi seribut saat aku masih bersama noona. Aku terlalu diam, terlalu pasif hingga menimbulkan kecurigaan pada sosok sahabatku yang tengah mendribble bola saat ini.

"Apa noona menolakmu?" Tanyanya frontal tanpa pembukaan terlebih dahulu. Benar-benar sahabat yang tidak berperasaan.

Aku hanya diam dengan raut datar yang tak ingin menjawab sama sekali, kemudian merebut bola darinya dan mendribble beberapa kali sebelum menembakkannya ke ring.

NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang