06 - Storm

941 201 154
                                    

Ga tau mau ngomong apa, pokoknya siapin diri kalian baik-baik aja sebelum baca chapter ini :')

Ga tau mau ngomong apa, pokoknya siapin diri kalian baik-baik aja sebelum baca chapter ini :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

Malam itu, aku kembali dengan rasa kecewa yang teramat sangat.

Entah kenapa, wajah noona yang terlihat terkejut ketika menatap pria itu terus saja berputar bak film dengan kaset rusak didalam kepalaku. Belum lagi tatapan mendalam penuh arti yang kulihat dari pria itu untuk noona, membuatku bergidik ngeri membayangkan jika pria itu adalah salah satu hal yang pernah aku takutkan selama menunggu jawaban noona.

Alasan noona kenapa ia butuh waktu yang cukup lama untuk membalas perasaanku.

Noona memintaku pulang lebih dulu saat itu, mengatakan jika ia memiliki sedikit urusan dengan pria yang entah siapa namanya. Aku tidak kenal, sama sekali tak pernah melihatnya sedikitpun di kampus atau dilingkaran kehidupan noona. Benar-benar sosok yang baru pertama kali kulihat malam itu.

Pria itu beberapa centi lebih tinggi dariku. Wajahnya tampan, meski aku juga tak kalah tampan darinya. Dia punya rahang yang tegas, sama seperti aku. Dan ya, walaupun aku benci mengatakan ini, dia juga punya proporsi tubuh yang bagus. Kemeja hitam yang dipakai pria itu kemarin malam melekat dengan sempurna ditubuhnya. Benar-benar terlihat seperti model papan atas.

Aku meninggalkan noona dengan berat hati, sangat berat hati. Sempat terbesit dalam hati jika sebaiknya aku mengikuti noona diam-diam, berniat mencuri dengar mengenai apa yang noona akan bicarakan pada pria itu. Namun noona sepertinya mengenal aku dengan baik, seakan mampu membaca apa yang ada di dalam kepalaku.

"Pulanglah, jangan coba-coba ikuti aku atau aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi. Aku akan menghubungimu lagi nanti."

Dan aku memilih menurut. Melangkah dengan berat menuju mobil untuk pulang, dengan kondisi yang sangat gamang serta gelisah.

Yang membuatku semakin gelisah saat itu adalah tidak ada satupun notifikasi pesan maupun panggilan masuk dari noona sejak malam itu. Aku menunggu, terus saja menunggu seperti orang bodoh selama berjam-jam hingga tidak tidur sama sekali. Tapi tetap saja, noona tetap tak sedikitpun menghubungiku.

NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang