#7#

473 26 7
                                    

*Enjoy!*

Angel terdengar menelfon seseorang, tak jarang ia mendengus dan mengerang jengkel.

"Angel, kata Vannesh beli Tepung terigu."

"Kau yakin kali ini tepung terigu?"

"Iya! Vannesh yang bilang!" Shassa disana berseru yakin.

"Iy—"

"No! No! No! Bukan tepung terigu, tapi tepung beras!"

"Eh Nadya bilang tepung terigu juga! Jangan lupakan maizena juga."

Angel berusaha menghela napasnya dan kembali bersabar,
"Okay okay, lalu ini—"

"ANGEL JANGAN LUPA DENGAN JAGUNG DAN WORTEL!" Angel menjauhkan telfonnya dari telinga. Ia yakin itu tadi suara Ara.

"Jagung? Untuk apa?"

"Belikan sajalah, dia ingin berkreasi." terpaksa Angel mengiyakan.

"Lalu apa?"

"Ah! Yang terakhir, beli keju mozarela. Okay?"

"Baiklah baiklah."

Lalu sambungan itu selesai. Angel baru bisa mengomel jengkel.

"Mereka pikir aku apa?! Aku tidak suka membeli bahan masakan seperti ini karena aku tak paham apapun! Mereka lupa atau bagaimana?! Seenak jidatnya sekali kalau bilang! Beli ini! Beli itu! Tidak tidak, bukan yang itu tapi yang ini! Awas saja nanti mereka, tidak akan aku beri contekan lagi nanti!"

Sepanjang memilih milih apa yang telah disuruh beli, Angel tak henti mengumpati mereka.

"Ini satu! Siapa sih yang letakin diatas sana! Walaupun aku tinggi pun, aku masih gak sampe!" Angel mendengus dongkol melihat barisan wortel diletakkan di rak paling atas. Sedangkan dia hanya bisa sampai di 1 rak bawahnya.

Lagipula dia heran. Kenapa rak rak di supermarket ini letaknya tinggi tinggi? Biasanya hanya sampai sedahinya, tapi kenapa ini malah melebihi?! Tidak masuk akal! Angel akan coba protes saja kalau bisa.

"Astaga Tuhan.. Apa tidak ada yang mau membant—"

"Kau butuh lebih banyak?"

Ada tangan seseorang yang menggapai rak tersebut untuk mengambilkan wortel.

"Akhirnya! Tidak, aku butuh 5 saja." Orang tersebut mengambil sesuai yang Angel bilang.

"Ini."

"Terima kas—" mata Angel berkedip cepat, merasa familiar dengan orang dihadapannya.

"Kau? Aku merasa familiar dengan wajahmu." tapi ternyata orang itulah yang lebih dulu mengenalinya.

"Kau seperti— Angel?" Orang tersebut ternyata adalah Jun yang kalau tidak salah Angel ingat.

"O-Oh? Bukan! Aku bukan Angel, namaku Lina. Kau mungkin salah orang."

Jun terlihat terdiam dan mungkin dia memang salah mengenali orang.

"Ah benarkah? Maafkan aku." Angel mengibas kibaskan tangannya.

"Tidak apa. Terima kasih, kalau begitu aku permisi." Angel pun kemudian melarikan diri dan tidak ingin terjebak lebih lama dihadapan Jun.

"Uh, tapi dia benar benar mirip Angel.."

"Jun? Lo ngelamun?"

Jun tersadar ketika Hobi memanggil namanya.

"Eh? Enggak."

"Lo pikir gue percaya?" Jun mendengus.

"Gue liat cewek mirip Angel kemaren."

"Angel? Cewek culun pake kaca mata itu?" Jun mengangguk.

"Tapi kemaren dia gak pake kaca mata. Dia juga gak culun, maksud gue penampilan dia beda. Dan gak boong, dia pake make up nambah cantik njay."

"Lo yakin?"

"Sumpah Hob!"

Tan tiba tiba saja datang dengan ponselnya di genggaman lelaki itu.

"Weh! Weh!"

"Nape lu?" Hobi bertanya.

"Gue nemu akun Ig cecan wanjerr. Cantik sih gilak. Gue juga nemu akun temen temennya, gak kalah cakep."

Jun dan Hobi mendengus masa bodo.

"Tapi keknya gue familiar deh sama muka mereka.. Ini.. Angel bukan sih?"

Jun seketika itu juga merebut ponsel milik Tan. Dan matanya melebar.

"Nah! Dia yang gue liat kemaren!" Hobi ikut merebut ponsel itu dan menatap lamat lamat.

"Weh iya anjir.." tangannya bergerak membuka foto foto lainnya. Tak berhenti menscroll hingga akhirnya menemukan satu foto yang membuat dia terdiam.

"Jangan bilang mereka tuh.."




Saat ini, ketujuh gadis cantik itu sedang duduk melingkar disebuah ruangan yang tertutup, tempat rahasia di rumah mereka. Bahkan Nicko saja tidak tau.

"Kalo kalian pikir, uang yang dia minta tuh buat apa?"

"Judi?"

"Keluarganya?"

"Dia belum nikah, Sha."

"Demi apa anjir? Udah 40 juga umurnya." Shassa berujar tak percaya.

"Ra?" Ara menolehkan kepalanya.

Nadya mencondongkan badannya sedikit mendekat ke Ara.

"Aku gatau ini bener atau enggak penglihatanku waktu itu, tapi— Aku liat si Leena masuk ke ruangan kepsek itu, sebelum masuk, aku liat dia toleh sana sini kayak mastiin jangan sampe ada yang liat dia. Aku rada curiga lho."

Ara diam setelah mendengarkan Nadya. Aura menjentikkan jarinya kemudian mengambil ponselnya dari saku membuat yang lainnya menatap gadis itu.

"Nih, mumpung sekalian. Ini juga tentang Leena."

"Waktu itu, gue lagi di toilet. Nah, pas itu gue ada di bilik paling ujung. Ternyata ada yang masuk, dan gak lain itu Leena. Gue denger ada hembusan nafas kasar dan ngomong sendiri. Karena gue ada feeling sesuatu, gue yang bawa hp pas itu langsung ngerekam suaranya."

Aura memgotak atik ponselnya kemudian memplay salah satu rekaman disana.

Mereka mendengarkan dengan seksama. Dan, ternyata benar feeling Nadya.

"Aku ada rencana.. Besok kita kerjain."

[Tbc]

Halo? Apa terlalu lama?

Fake Nerd Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang