🌼 Bagian 4. Baper!

47 6 0
                                    

"Semua manusia sejatinya butuh kepastian. Lagipula siapa yang bersedia ada dalam hubungan yang membingungkan?"

-LABIL?-

🌼🌼🌼

Mulai hari ini dan seterusnya, semua murid kelas dua belas diharuskan untuk mengikuti pelajaran tambahan di hari sabtu. Hal itu dikarenakan kurangnya persiapan para murid yang akan menghadapi UNBK sebentar lagi.

Memakai pakaian bebas asal sopan. Banyak dari mereka yang protes karena waktu libur yang seharusnya dua hari menjadi berkurang. Tapi aku sih biasa saja. Toh, ini demi kepentingan kami juga.

Jika hari sabtu, aku berangkat ke sekolah bareng sama Melodi yang membawa sepeda motor. Aku baru pergi dari rumah pukul tujuh tepat, karena jam dimulainya pembelajaran itu pukul delapan nanti.

Tapi, ada satu temanku yang menyuruh kami menunggunya untuk berangkat bersama. Dan sekarang, kami bertiga baru memecah jalan pukul delapan kurang seperempat jam.

Sudah kupastikan, kami akan terlambat di hari pertama.

Dan saat kami sampai, kelasku sudah dimulai. Khimar biruku melambai-lambai saat kami berlari menuju kelas. Untunglah, guru yang sedang mengisi saat ini termasuk guru yang paling baik.

"Assalamualaikum," salam kami bertiga.

"Walaikumsalam," sahut seisi kelas.

"Maaf, Pak. Kami terlambat," ucap kami bertiga.

"Ya sudah, duduk."

Kami bertiga hendak menyalami tangan beliau sebelum menuju ke tempat duduk masing-masing. Tapi karena penghuni kelasku yang mulai heboh, akhirnya guru tersebut menyuruh langsung duduk saja.

Para cewek di sini teriak-teriak gak jelas.

"Ehm, modus! Modus, Pak!" teriak Vina yang duduk paling belakang yang langsung disahuti beberapa temannya yang lain.

"Kayaknya mereka sengaja telat, Pak. Biar bisa megang tangan Bapak," celetuk salah satunya yang entah kenapa aku malah tiba-tiba lupa namanya.

Guru itu pun hanya tersenyum menanggapi tingkah muridnya. Beliau adalah guru yang mengajar pelajaran Bahasa Inggris di kelasku. Beliau pun, guru termuda sekaligus yang belum menikah.

Tampan? Beuuh, jangan ditanya lagi. Jawabannya sudah terlihat pada tingkah cewek-cewek di kelasku. Siapa tahu ada yang nyantol.

"Terima kasih, Pak," ucap kami hendak duduk.

"Iya," ucapnya, "Eh, Haura. Baru pertama kali ini saya lihat kamu terlambat. Kenapa?"

Eh, aku bingung. Kenapa tiba-tiba guru ini bertanya padaku?

"Em, iya, Pak. Tadi di jalan kena macet." Meskipun alasan utama karena menunggu Maria terlalu lama, tapi ini gak bohong, kok. Memang di jalan tadi kami terjebak macet.

Beliau melirik ke arah Melodi sebentar. "Oh, ya sudah."

Loh, aku aja nih yang ditanya? Aku rasa, Melodi juga baru pertama ini terlambat. Kenapa gak ditanya? Kalau Maria sih sudah sering, jadi aku gak heran.

LABIL?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang