Sebuah alasan cukup untukku menutupi rasa rindu, yaitu dengan bertemu.
- LABIL? -
🌼🌼🌼
"Mel, kamu kenapa?"
Sekiranya pertanyaan itulah yang dilontarkan saat melihat Melodi memasuki kelas dengan wajah sembap. Semua orang mendekat ke arah Melodi yang langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Aku nggak papa kok," jawab Melodi dengan senyuman.
Satu per satu dari mereka mengusap punggung Melodi sebelum kembali ke tempat duduk masing-masing karena guru yang mengajar sudah datang.
Tinggal aku yang masih menatap dalam diam ke arah Melodi.
Aku mengusap bahunya pelan, "Mel, apa aku anter ke UKS aja?" tanyaku, "Pak Attar udah dateng."
"Hn." Melodi mengangkat kepalanya lalu merapikan kerudungnya.
"Ayo," ajakku menuntun Melodi Dan meminta ijin ke Pak Attar yang memang jadwalnya mengajar.
Dapat aku amati ada raut khawatir di wajah Pak Attar saat melihat Melodi. Apalagi ketika Melodi mengalihkan pandangan, aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Maaf, Pak. Saya boleh antar Melodi ke UKS? Soalnya dia sakit," ucapku mewakili Melodi.
Pak Attat mengangguk, "iya, silakan."
"Terima kasih, Pak." Aku menyenggol lengan Melodi agar mau berucap meski sepatah kata pada Pak Attar.
"Assalamualaikum," salam Melodi akhirnya.
"Waalaikumsalam."
🌼🌼🌼
"Ke UKS, yuk. Jenguk Melodi," ajak Mika saat bel istirahat pertama telah berbunyi.
"Kuy lah!" Sasi segera membereskan alat tulisnya di meja lalu menarik lenganku dan Mika.
"Emang kamu pikir aku kambing, heh! Main tarik-tarik aja," dumel Mika melepaskan tangannya dari genggaman Sasi.
"Aelah, biasa aja kalee," sewot Sasi.
Lagi-lagi aku hanya diam sebagai pengamat. Ingin rasanya mulut ini berucap sebebas mereka, namun aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku utarakan.
"Melodiiiii gws, ya," ucap Sasi, "Why sih kok mukanya bengkak gitu?" tanyanya kemudian.
"Eh, masa sih?" Melodi segera menyerobot kaca yang ada di genggaman Sasi. "Ih, enggak, ah. Bengkak apanya coba."
"Iya, ih. Serius, deh," ucap Sasi meyakinkan.
"Paling karena efek sakit kali, gara-gara demam mata aku panas nih, jadi berair deh. Nanti juga baikan kok," jawab Melodi. "Tadi ada tugas apa aja?" tanyanya yang menurutku dia sedang mengalihkan pembicaraan.
"Enggak ada. Tadi cuma nyatet sama betulin jawaban PR kemarin," jawabku.
"Kalian nggak ngantin?" tanya Melodi, "kok malah kesini?"
"Ya masa temennya sakit, kita-nya malah enak-enakan makan sih. Iya nggak?" ucap Sasi meminta pendapatku dan Mika.
"He'em."
"Kamu pasti belum makan, kan? Aku beliin makan dulu ya buat ganjel perut. Nasi kuning mau?" tanya Mika.
"Apa aja oke lah. Jadi ngerepotin kan aku," ucap Melodi tidak enak.
"Kayak sama siapa aja sih, Mel." Mika beranjak dari duduknya. "Ra, ikut yuk."
Aku mengangguk saja. "Sekalian nitip nggak, Sas?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIL?
EspiritualJika kalian merasa pernah mempertanyakan semua tentang ... Kenapa aku harus terlahir di dunia? Kenapa aku gak bisa bahagia? Kenapa aku ini gak berguna? Kenapa, kenapa, dan selalu kenapa. Jangan khawatir. Aku juga merasakannya. "La tahzan, Inallaha m...