🐥Chapter 2

86 8 0
                                    

Mungkin takdir benar merah sudah diikatkan pada kita waktu pertama jumpa.


SETELAH dari perpustakaan aku segera menuju parkiran, dimana Fabi sedang menungguku.

"Fabi." Aku memanggilnya. Tapi dia tetap bergeming tanpa menoleh dan pandangannya fokus ke depan.
Aku mengernyit heran. Aku lalu menghampirinya.

"Uwah...jadi gosip itu beneran." Fabi melipat tangannya di dada dan tetap fokus ke satu titik. Aku menautkan alisku. Bingung. Ini bocah ngomong sama siapa, batinku.

"Beruntung banget si Kak Erika bisa pacaran sama Bang Ranu." Ujar Fabi yang masih setia mengarahkan pandangannya ke depan. Aku pun mengikuti arah pandangku ke depan. Aku lihat dua orang yang populer dan banyak di gosipkan akhir-akhir ini sedang berbicara berdua.

"Tapi mereka gak cocok banget, masa cewek kaya ular gitu sama Bang Ranu yang kaya pangeran berkuda putih." Ujar Fabi yang di selingi tawa kecil.

Aku yang mendengar ejekan yang di lontarkannya segera memukul kepalana dengan buku yang ada di tanganku.

"Aduh...sakit." Rengek Fabi yang mengelus kepalanya.

"Suka banget si mukul aku Ay."

"Karna omonganmu yang gak bisa di jaga."

"Emang aku ngomong apa?."

"Udah...ayok buruan pulang, aku udah pengen selonjoran."

Aku dan Fabi pulang ke Kos kita. Kebetulan aku satu tempat Kos dengan dia. Walaupun masih satu Kota, tapi Aku dan Fabi memutuskan untuk Kos agar irit ongkos perjalanan. Karna Rumahku cukup Jauh dari kampus ku.

🐥🐥🐥

Aku yang sudah bersih-bersih bersiap untuk mengistirahatkan tibuhku. Suara pintu yang di ketuk cukup keras mengagetkanku yang baru saja memejamkan mata.

"Aya...bangun temenin aku makan yuk, ke angkringan depan." Ujar Fabi cukup keras.

"Aishh...ganggu orang aja." Aku berdecak.
"Tunggu bentar,kamu turun dulu aja."

"Ok."

Aku segera beranjak dari tempat tidur. Dan mengambil dompetku. Sebelum pergi aku sempat mengecek penampilanku. Aku memutuskan untuk tidak ganti baju. Karna yang aku pakai cukup sopan satu stell baju tidur bercelana panjang dan berlengan panjang. Hanya aku melapisinya dengan
Sweater agar tidak dingin.

Aku berjalan menuju depan, Fabi duduk si teras sambil memainkan handphonenya.

"Ayuk Bi." Aku mengajak Fabi.

"Kamu yakin pake baju kayak gitu.?" Tanya Fabi meneleti penampilanku.

"Kenapa emang?" Tanyaku heran.

"Ckk...yaudah yuk, aku udah laper banget."

"Yaudah ayuk."

Aku dan Fabi berjalan kaki untuk ke Angkringan yang lumayan dekat dengan Kos ku maupun Kampus. Berjalan kaki sekitar 10 menit. Banyak anak kuliahan sepertiku membeli makanan di Angkringan. Karna harga yang cukup aman di kantong para mahasiswa seperti Aku dan Fabi. Disini juga biasanya banyak mahasiswa untuk sekedar nongkrong ataupun mengerjakan tugas mereka. Karna memang tempatnya cukup strategis, tepat di pinggir jalan utama.

"Kamu mau apa Ay?" Tawar Fabi.

"Aku Bubur Kajang Ijo aja deh." Jawabku.

"Pake es?"

Aku menggeleng "Anget aja."

"Ok" Fabi lalu memesan ke penjualnya.

Suasanya Angkringan malam ini cukup ramai. Banyak yang nongkrong disini. Aku mengedarkan pandanganku ke segerombolan yang sedang mengbrol santai. Sampai mataku bertemu dengan mata seorang cowok yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di seluruh penjuru kampus. Dia Bang Ranu.

"Aduh ..mati Aku." Batinku
Aku mencoba untuk bersikap biasa saja ketika aku sudah ketahuan. Aku mencoba menetralisir kegugupan ku dengan berpura-pura memainkan handphone ku. Tapi ketika mataku mencoba melirik ke arahnya lagi. Tak ku sangka ia masih setia memandangiku dengan tatapan datarnya.
Hari ini aku benar-banar sial.

MENGGAPAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang