🐥Chapter 4

60 6 0
                                    

Suasana perpustakaan akhir-akhir ini cukup ramai. Karena sebentar lagi Ujian Tengah Semester akan di laksanakan.
Aku kini sedang duduk menulis beberapa hal penting dari buku Ekonomi yang ku ambil dari rak buku tadi. Menyatat dengan seksama dan membolak-balikan lembar perlembar.

"Aku duduk sini boleh." Tanya seseorang yang mau duduk di sebelahku.

"Boleh." Jawabku tanpa menoleh ke arah orang itu. Aku punya kebiasaan buruk, kalau aku sedang fokus akan sesuatu aku tidak kan menggubris orang yang berada di dekatku sebelum semuanya selesai. Kadang Fabi jengkel karena sifatku yang satu ini.

Orang itu duduk di sampingku. Sepertinya ia juga sama sepertiku. Menyatat beberapa hal penting di bukunya. Yang terdengar dari suara balikan bukunya.

Handphone yang berada di sampingku bergetar. Nama Fabi tertera di layar ponselku. Aku segera menggerser tombol hijau.

"Halo Bi?"

"Kamu di mana Ay?". Tanyanya.

"Aku di perpus, kenapa?"

"Tolong kesini Ay bentar."

"Ada apa si?"

"Tolong Ay kesini ya, aku di kantin"

"Aishh...ada apa dulu"? Tanyaku sebal.

Orang yang berada di sampingku meliriku penasaran.

"Nanti aku jelasin, pokoknya kamu kesini dulu."

"Ya udah, aku kesana."

Aku memutuskan untuk pergi menemui Fabi. Aku membereskan buku dan memasukan ke tas ku. Pulpen ku terjatuh ke bawah meja karena tersenggol tanganku.

Aku hendak mengambil pulpen ku. Orang yang berada di sampingku mengambil duluan dan memberikannya kepadaku.
Dan ketika aku mau menerimanya ternyata orang yang sedari tadi di sampingku adalah cowok yang di kagumi satu Fakultas tidak salah lagi itu Bang Ranu.

Aku mengambilnya sambil tergugup
"Ma..makasih Mas." Pulpenku, ku masukkan ke Tas.

"Sama-sama." Jawabnya.

Aku segera pergi dari sana dan menemui Fabi yang sudah menunggu. Jantungku masih berdegub gugup. Kenapa akhir-akhir Aku sama dia sering bertemu,pikirku.

Dan cowok itu hanya memandang dan senyuman tipis terbentuk.

🐥🐥🐥

Jantungku masih berdegup kencang setelah keluar dari perpusatakaan. Gugup dan takut itulah yang kurasa saat ini. Orang yang duduk di sebelahku tadi adalah Bang Ranu. Senior kampus yang harus aku hindari. Entah kenapa? Waktu aku pertama kali melihatnya adalah aku harus menjauh darinya, dan tidak berurusan dengannya. Tapi tadi... tidak..tidak, mungkin cuma rasa ketakukan ku yang berlebihan. Mungkin cuma kebetulan.
Akhh..kenapa separno ini si?, batinku sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Woy...Gayatri". Panggilan Fabi mengagetkanku.

"Kamu Bi, ngagetin tau"
Dia hanya meringis.
" Ada apa?" Tanyaku padanya karena tadi meneleponku.

"Oh..itu. Anterin aku ke ruang Mapala." Ujar Fabi.

Aku menggeleng cepat ." Enggak mau."

" Ayolah Ay. Temenin bentar, cuma mau ngumpulin Formulir pendaftaran kok." Rengek Fabi.

Ini anak gak tau apa kalau aku sempat duduk bareng Bang Ranu dan mengabaikannya. Katakan lah aku separno itu hanya karena senior ku yang duduk bersebelahan dengan aku. Tapi ini memang yang aku rasakan. Entah kenapa kalau berurusan dengannya, kemalangan akan menimpaku.

"Di bilang gak mau ya gak mau, kamu ganggu aku tau gak, cuma buat ngumpulin formulir aja minta di anterin." Ucapku sedikit marah.

Fabi tergelak "kok kamu jadi marah"

"Gak tau lah." Kesalku.

"Please Ay, anterin bentar yah? Bentaran doang kok, cuma ngumpulin doang. Aku gak berani kalau sendiri. Tau kan disana banyak senior" Ucap Fabi yang memegang lenganku memohon.

Aku menghela nafas berat " Yaudah yuk."
Aku pun mengiyakan permintaan Fabi. Kini kami berjalan menuju ruang Mapala. Dan di dalam hatiku berdoa agar tidak bertemu dengan orang itu.

Tbc
Jangan lupa🌟nya

MENGGAPAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang