🐥Chapter 6

55 8 1
                                    

Akhirnya Ujian tengah semester selesai. Wajah-wajah mahasiswa seperti aku kembali ke mode ceria. Tidak seperti satu minggu belakangannya ini. Benar-benar seperti zombie. Aku dan Fabi kini sedang duduk santai di kursi yang berada di lorong kampus. Entah kenapa kami tidak pulang setelah ujian selesai dan memutuskan untuk bersantai sejenak. Berselancar di dunia maya.

"Gimana tadi ujiannya Bi, lancar?." Tanyaku.

"B aja." Jawabnya singkat.

"Cih." Decak ku sebal.
Fabi memang begini, kalau sudah fokus ke handphone lawan bicaranya tak anggap. Hampir sama sepertiku bedanya fokusku ke arah belajar.
Aku pun melanjutkan berselancar di dunia maya. Membuka akun Instagramku yang tak ku buka selama seminggu ini karna fokus ujian.

"Ay Ay,, bagusan yang mana?" Fabi menunjukan foto jaket kepadaku.

"Yang kanan ok, simple." Jawabku.

"Bener juga." Ujarnya. Tapi tak lama kemudian dia kembali berujar " Tapi Ay, yang kiri juga bagus, warnanya aku suka."

Aku memutar bola mataku " Ya udah beli dua-duanya"

"Ya gak bisa lah, harus beli satu. Uangku gak cukup kalo beli dua."

"Terserah deh." Ujarku kesal
"Lagian kok tumbenan beli jaket?" Tanyaku dan memasukan handphone ke dalam tas.

"Buat acara malam minggu besok?". Jawabnya yang masih sibuk memilih jaket.

"Acara apa?".

"Acara pelantikan anggota baru Mapala." Jawabnya

Aku beroh ria.
"Loh bukannya di kasih jaket dari sananya yah?" Tanyaku heran. Biasanya klub yang ada di kampus memiliki jersey mereka biasanya jaket untuk identitas mereka. Dan di bedakan dengan tulisan ataupun slogan masing-masing klub dan tentu pula warna yang melambangkan klub mereka masing-masing. Setahuku klub Mapala memeliki jaket berwarna coklat tua.

"Di kasih, tapi aku mau bawa dua." Jawabnya singkat.

"Mau camping?" Tanyaku lagi penasaran.

Ia pun mengganguk.
"Yaelah Bi, palingan di lapangan campingnya?." Jawabku asal.
Fabi langsung menatapku dan mengerakan jarinya telunjuknya ke kanan ke kiri.
"NO NO NO, masa pecinta alam di lapangan si.?

"Terus dimana?"

Dia meringis "Di puncak."

Aku berdecak untuk kesekian kali "Aku kira mau mendaki gunung Bi, kalau di puncak sama aja boong."

"Sama aja Ay, sama-sama alam." Ujarnya tak berdosa.

"Terserah." Aku bangkit dari kursi dan berencana mau pulang.

"Mau kemana?" Tanya Fabi.

"Pulang." Detik berikutnya aku melenggangkan kaki ku ke arah pintu keluar.

"Tungguin Ay." Ucap Fabi sedikit berteriak.

🐥
🐥
🐥

Aku kini sedang berada di minimarket dengan kos ku. Membeli perlengkapan yang kebetulan mulai habis. Setelah semua keperluan sudah berada di keranjang, aku bergegas menuju kasir untuk membayar.

"Pulsanya sekalian kak?" Tawar Kasir itu.

Aku menggeleng "tidak terimah kasih."

"Semuanya jadi 86.300". Ujar kasir.

Aku mengambil selembar uang 100 ribuan dan memberikan ke kasir.

"Kembalian jadi 13.700".

Aku menerima struk dan kembalian uangku.
"Terimah kasih atas kunjungan." Ujar kasir itu dan memperlihatkan senyum terbaiknya.

Aku pun mengganguk dan juga membalas senyumnya.

Sudah pukul 10 malam lewat, aku kini dalam perjalanan pulang. Jalanan cukup sepi dan itu membuatku sedikit takut. Aku pun mempercepat langkahku setelah mendengar suara langkah kaki yang tepat berada di belakangku. Pikiran ku mulai kacau, membayangkan seperti di adegan film yang ku tonton. Kalau aku di culik gimana?. Nanti di perkosa? Di mutilasi?. Pikiranku bertambah kacau dan membuatku bertambah takut. Suara langkah kaki itu semakin dekat. Seakan dia tepat berada di belakangku. Ketika aku hendak berlali untuk menyelamatkan diri, pundaku di tepuk dari belakang.

"Jangan tolong jangan, maafkan saya, saya tidak tau apa-apa. Saya gak kenal kamu". Aku sungguh ketakutan, gak berani menatap orang itu.

"Gayatri, ini aku Randy".

Randy?
Aku mencoba menoleh ke belakang. Dan benar dia Randy. Aku bernafas lega.
Sontak aku memukul lengannya.
Dia meringis
"Kok mukul si?"

"Lagian kamu ngagetin tau, aku kira kamu penculik". Ujarku

"Kamu juga ngapain malem2 jalan sendirian, ngundang tau?"

"Ngundang apa?" Aku mengernyit heran.

"Ngundang miss kunti sama mr. Poci" tawa dia keras.

"Iya...kamu salah satunya" aku kembali berjalan dan di ikuti oleh Randy.

Randy satu-satunya temen cowoku di kampus. Aku dekat dengannya karna emang kita dulu satu SMA bareng Fabi juga. Makanya aku gak segan main fisik sama dia.

"Oh iya, katanya Fabi ikut Mapala?".

Aku mengangguk.

"Kamu gak ikut juga?"

"Enggak minat".

Hening.

"Kok, kamu lewat sini si? Bukannya kamu gak ngekos yah?" Tanyaku untuk memecahkan keheningan. Jujur aku kurang suka dengan suasana seperti ini. Walaupun pembawaan ku tenang. Kalo aku sedang sama seserang aku gak suka terlalu lama dengan suasana hening seperti ini.

"Tadi habis makan, terus mau numpang tidur di kos temen"

"Dasar gembel" aku tersenyum miring.

"Kamu ngatain aku gembel, Wah kamu bangak berubah yah Aya"

"Berubah gimana? Berubah kayak gini?" Aku niruim gaya Power Ranger tontonanku sejak kecil.

"Kamu siapa? Keluar dari tubuh Aya sekarang?" Randy memegang pundaku dan menggoyang-goyangkan tubuhku.

Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah Randy seperti ini.

"Udah Randy" ujarku lembut.
"Kita jalan lagi"

"Aya mode normal"ujarnya.

Aku tersenyum.

"Kos kamu sebelah mana Ay?"

"Itu di depan, Chat abu-abu"

Sampai aku di depan Kos.

"Aku masuk dulu ya?"
Randy mengangguk.

Aku langsung masuk membuka kunci Gerbang dan masuk. Randy masih setia di depan.
Ketika aku udah masuk. Kulihat Randy belok ke arah minimarket tadi.
Aku pun tersenyum.

"Makasih Ran" ujarku berteriak.

Randy hanya mengagkat jempolnya ke atas.

Tbc

Jangan lupa yah 🌟
Makasih sudah membaca

Salam Author Newbie😉

MENGGAPAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang