Berjalan santai sambil sesekali menoleh kekanan dan kekiri, menikmati pemandangan kota yang masih sepi dan sunyi, tidak seperti kebanyakan kota di Indonesia yang pagi hari di isi dengan suara bising kendaraan dan polusi udara, di kotaku yang ada di pagi hari adalah kicauan burung bersiul ria dan udara senjuk yang menyegarkan.
Aku selalu menyukai suasana seperti ini, walaupun suasana seperti ini selalu terjadi, entah kenapa aku tidak pernah bosan menikmatinya.
Hari ini seperti biasanya aku berangkat ke sekolah, seperti biasa juga aku berangkat dengan berjalan kaki, dengan tujuan yang biasa yaitu SMA.
Sambil berjalan aku juga mendengarkan musik dari headset yang aku pasang di telinga kananku, hal seperti ini sangat menyenangkan, bisa menikmati udara yang segar di tambah dengan alunan musik yang menenangkan, bisa di bilang ini pagi yang sangat baik. Hingga sebuah badai datang menghampiriku.
"Biiiiimmmmaaaaa.....!!!" Panggil Mila sambil berlari juga melambaikan tangan kanannya.
Suasana yang tadinya damai dan tentram berubah menjadi sebuah badai, suaranya panggilannya cukup keras, bahkan musik yang aku dengarkan sampai kalah suara dengannya, aku lantas mencopot headset lalu berbalik menghadap kearah Mila. dia berlari ke arahku lalu berhenti tepat di depanku, membuat kami saling berhadapan.
"Ohayou." Katanya dengan senyuman khasnya.
Tidak membalas ucapan selamat paginya, aku menyentuk lembut pipi kiri Mila dengan tangan kananku, sontak Mila kaget dengan apa yang aku lakukan tapi dia tidak menghindar, dia hanya kaget namun tetap membiarkaknu menyentuh pipinya. Dengan sengaja aku ubah elusan pada pipinya menjadi sebuah cubitan pada pipinya, tidak berhenti di situ aku juga menariknya, membuat wajahnya menjadi aneh.
"Eh? Eeehhhh A- aaaa...." Ucapanya tidak jelas.
"Apa maksudmu berteriak sekencang itu di pagi hari seperti ini?" Tanyaku sambil menarik pipinya.
"Aaaaaa...lepas! Lepas! Sakkiiittt....!!!" Katanya memegang tanganku.
Aku melepaskan cubitan, Mila langsung memegang pipi kirinya, mengelusnya mencoba meredakan rasa sakit.
"Apa yang kamu lakukan, lihat pipiku jadi bengkak." Protesnya kesal.
"Geh?"
Mendengar ucapannya membuatku sedikit kesal, kalau aku mau aku bisa saja langsung menjitaknya saat dia di hadapanku karena perbuatanya tadi sangat memalukan, seorang perempuan SMA memanggil temannya dengan cara berteriak kencang di pagi hari, istu adalah tindakan bodoh.
Menarik nafas lalu mengeluarakknya pelan."Fuuuhhh..."
Namun aku juga tidak bisa menyalahkannya juga, memang itulah sifat Mila, selalu aktif dan ceriat, terutama saat dan ingin bersamaku.
Melihat Mila mengelus – elus pipinya membuatku sedikit merasa bersalah, mungkin cubitanku pada pipinya terlalu keras. Aku mendekat kerah Mila lalu kembali menyentuh pipinya, kali ini aku menggunakan kedua tangannku dan meyentuh kedua sisi pipi Mila. Dengan lembut aku mengelusnya.
Mila hanya diam dengan wajah merahnya, kalau aku dirasakan pipi Mila sangat kenyal dan juga halus, kulitnya putih tanpa jerawat, saat aku menyentuhnya rasanya seperti memegang jelly saja. Ini meyenangkan sampai membuatku tersenyum sendiri.
Hingga tanpa sadar aku melakukannya cukup lama. Bahkan sampai Mila menegurku.
"Bi- bima, bi- bisa kamu berhenti, k- ki- kita bisa terlambat." Katanya di sela – sela aku memainkan pipinya.
Tersadar. "A." Segera aku melepaskan tanganku dari pipi Mila.
"Ahahaha maaf maaf kelewatan." Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 2
FantasyVolume ke dua dari cerita Magic Love Story : Lost Legendary Weapon. Note : Sebelum membaca cerita ini di sarankan untuk membaca cerita sebelumnya. Magic Lost Story : Lost legendary Weapon Vol 1.