Aku dan ayahku pun melangkah ke gedung megah itu, sungguh indah pemandangannya, dengan bukit hijau di belakang asrama itu, dan sungai-sungai kecil mengalir di bawahnya, di depan asrama itu ada banyak sekali pepohonan. Sungguh sejuk tempat itu, tempat yang benar-benar strategis untuk para penghafal Al-Qur'an.
Aku dan ayahku bertemu dengan wanita bercadar. Dan wanita bercadar itu mengajakku ke kamar yang akan ku tempati selama aku disini, dan ayahku menunggu di ruang tunggu wali maha santri. Wanita bercadar itu memulai percakapan denganku, sungguh lembut suaranya.
"Namanya siapa ukhti?" tanya wanita bercadar itu.
"Velerine Anjelista" Jawabku.
"Orang barat berarti ya?" goda wanita bercadar itu, sehingga membuatku tak canggung lagi.
"Hehe.. Iya mungkin ukhti". Jawabku sambil tertawa.
"Namanya seperti orang barat. Tapi, masya allah. Hafal Qur'an"
"Belum, tapi aamiin ukhti". Jawabku.
"Oh iya, kalau nama ukhti siapa?" tanyaku pada wanita bercadar itu.
"Fatimah Az-zahra". Jawabnya.
"Masya allah. Indah sekali namanya. Aku ingin sekali memiliki nama islam yang indah seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi. Takdir namaku seperti ini, seperti nama orang kafir". Ucapku sedih.
"Astagfirullah, tidak apa-apa. Mungkin orang tuanya Velerine belum tau nama- nama yang sebaiknya diberikan kepada Velerine menurut islam, yang terpenting Velerine bukan orang kafirkan?" ucap kak Fatimah.
"Bukan". Ucapku sambil menggelengkan kepala.
"Ya sudah Velerine, saya buatkan nama panggilan saja ya, untuk disini?".
Akupun mengangguk dengan senang.
"Hafsah, gimana suka tidak?" tanya Fatimah.
Akupun mengangguk senang, seraya berkata "aku suka sekali".
"Baik, nanti saya perkenalkan ke mahasantri lainnya, dengan panggilan Hafsah". Ucap Fatimah.****
Dua tahun terasa aku di pondok tahfidz ini, aku sudah bisa menghafal 20 juz. Selama dua tahun ini, aku tak pernah pulang, karna memang kontrak di pondok tahfidz ini diberi jatah pulang jika sudah 2,5 tahun. Sebelum pulang aku ditugaskan untuk mengabdi di pedalaman Pacilingan, Jawa Timur. "Aku disana mengajar tahfidz dan disana juga aku belajar tentang kerja keras agar bisa bertahan hidup". Begitu kata kak Fatimah. Aku ditugaskan kesana bersama ketiga temanku, yaitu Maryam, Naila dan Bela.
Aku dan ketiga temanku berangkat setelah sholat subuh. Perjalanannya sangat menghabiskan tenaga. Jalannya terjal, tanah merah yang becek dan berlubang. Dan sangat memakan waktu yang lumayan lama, 12 jam sampai masuk Desa Pacilingan
Saat kami sampai ke desa, kami langsung disambut oleh Kepala Desa daerah situ, Pak Prayetno namanya. Pak Prayetno pun mempersilahkan kami masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah itu, kami disajikan makanan singkong rebus dengan saus garam yang telah dicairkan dan teh hangat. Setelah kami selesai mengganjal perut, kami dipersilahkan untuk membersihkan badan. Dan kemudian kami makan bersama-sama sambil bercakap- cakap.****
Pak Prayetno pun mengantarkan kami kesebuah rumah, dan rupanya itu adalah rumah kosong yang akan kami tinggali. Walau rumah itu kosong tidak berpenghuni, rumah itu terlihat bersih dan terawat. Aku yakin Pak Prayetno selalu membersihkannya. Aku dan kedua temanku masuk ke dalam rumah itu. Kami melihat perlengkapan rumah itu telah lengkap semua seperti rumah yang berpenghuni dan alhamdulillah nya rumah ini memiliki 3 kamar.
"Eh, aku pilih kamar yang dekat ruang tamu saja ya". Ucap Maryam sambil berlari kecil kekamar itu.
"Aku yang paling tengah ya". Ucap Naila mendekati kamar yang dipilihnya.
"Ya sudah, aku pilih kamar yang ini aja". Menunjuk kamar paling belakang.
"Emang tidak takut tidur di belakang?" kata Naila
"Enggaklah. Kenapa harus takut?" jawabku enteng
"Eh iya, Bela mau tidur dimana? Mau ikut Maryam, aku, atau Hafsah". Ucap Naila
"Aku ikut kamu aja, Nai. Kalo tidur di depan aku takut, kalo tidur di belakang juga takut. Jadi aku pilih kamar tengah bersama Naila" ucap Bela dengan polos.
"Iya deh.." kataku pada Bela.
Akhirnya, kami pun kekamar masing-masing untuk membereskan barang-barang kami. Saat aku membereskan kamarku, aku menemukan sebuah diary "Diary Afif" gumamku. Aku pun tak melanjutkan pekerjaanku, aku penasaran dengan isi diary ini. Aku pun membuka halaman pertama dari diary ini.-----------------------------------------------------------
Nama : Afif Danariansyah
Alamat: Desa Lingsir
Ttl : 20 April 1994
R.pendidikan : Ra Nurul Hidayah
Smpn Muhammadiyah
Sman Muhammadiyah
Ma'had Aly al-Fatih-----------------------------------------------------------
"Ini punya Afif" ucapku pada diriku
"Kenapa bukunya ada disini?" tanya ku lagi pada diri sendiri.
"Ngomong sama siapa sah?" tiba-tiba Naila ada di depan pintu kamarku, yang mengagetkanku.
"Astagfirullah, Naila. Salam dulu, bikin kaget aja" ucapku sambil mengelus dada
"Aduh, afwan Hafsah. Hihi" Jawab Naila menyesal.
"Oh iya, kamu tadi ngomong sama siapa sih?" tanya Naila
"Iya, aku menemukan buku ini. Itu artinya sebelumnya disini ada yang menempati rumah ini. Dan dibuku ini tertera Riwayat Pendidikannya dari Ma'had Aly Al-Fatih. Cabang Fatimah tuz zahro khusus ikhwan kan, Nai?" tanya ku pada Naila.
"Iya sah. Denger-denger sih memang para ikhwan Al-Fatih pernah ditugaskan disini juga, setengah tahun yang lalu".
"Oalah. Pantesan rumahnya seperti pernah ditempati" ucapku pada Naila
"Oke. Aku kembali ke kamar ku dulu ya Hafsah, belum selesai beres-beresnya."
"Oke, Nai." jawabku.
Akupun melanjutkan pekerjaan ku, membereskan tempat tidurku. Dan akupun menyimpan Diary Afif bertumpukkan dengan buku-buku ku.*****
Setelah kami makan malam, kami pun beristirahat di kamar masing-masing. Seperti biasa, sebelum tidur aku membaca Qur'an Surah Al-mulk, setelah selesai membaca aku pun beranjak tidur. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, "Diary Afif". Aku pun segera mengambil diary itu yang bertumpukkan dengan buku-bukuku, kemudian aku membacanya.
-----------------------------------------------------------
Tgl,27 Juni 2013
Untuk bidadarikuAku selalu menunggumu di 1/3 malamku,tapi aku tak pernah menemukanmu.Apa kau tak pernah menyelipkan namaku dalam doa mu??
Untukmu Velerine Anjelista
Afif Danariansyah
-----------------------------------------------------------
Aku kaget dengan apa yang ku baca.
"Ya allah. Ternyata dia menungguku dalam sepertiga malamnya. Ya allah aku memang mencintainya, tapi aku tak berharap jika aku berjodoh dengannya. Karna, nama yang selalu kuselipkan dalam doaku bukan untuknya, melainkan untuk Rian." Ucapku pelan.
Rian adalah laki-laki yang akan dijodohkan ayah untukku setelah lulus. Aku tak tahu seperti apa wajahnya. Yang kutahu, ia bernama Rian. Dia adalah seorang penghafal Al-qur'an. Ayahnya adalah teman ayahku. Tidak mungkin aku menolak permintaan ayah. Ayah menginginkan aku menikah dengan anak temannya. Karna aku tidak tahu seperti apa dia, aku pun selalu mendoakannya agar Rian lah orang terbaik pilihan Allah untuk dijadikan imamku nanti.
"Maafkan aku Afif" Ucapku pelan.
.
.
.
.
❤Bersambung❤
.
.
.
.
.
🙏🙏Mohon maaf bila ada penulisan yang kurang,kritik dan saran selalu saya nantikan..
Jangan lupa follow dan komen ya teman.
Mohon doanya🙏🙏semoga selesai sampe akhir.aamiin
.
.
.
.
.
👇👇👇Scroll kebawah👇👇👇
Untuk episod selanjutnya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang tak diharapkan (islami)
Teen FictionDia hadir di kehidupanku lagi, setelah aku benar-benar ingin melupakannya.Aku tak membencinya walau dia telah hadir dalam masa lalu ku.Hanya saja aku tak ingin masuk kedalam lubang yang sama bersamanya. . . . . Tahun berganti tahun,aku dan dia diper...