"alhamdulillah, kalian telah melaksanakan pengabdian selama 5 tahun di pedalaman Desa Pacilingan. Insya allah, pada hari ahad kalian akan bersilaturahmi ke rumah kalian masing-masing selama 3 bulan. Saat masa liburan terakhir, kalian harus kembali kesini bersama orang tua kalian, untuk melaksanakan wisuda Tahfidzul Qur'an Akhir, dan akan ada pengumuman maha santriwan dan maha santriwati. Siapa yang akan mendapatkan beasiswa S1 ke Madinah." Ucap kak Fatimah Az-zahra
"Masya allah, alhamdulillah." Ucapku dan teman-teman lainnya.*****
Dua hari aku akan pulang ke Jawa Tengah, aku sangat rindu dengan kedua orang tuaku dan adikku. Aku pun mempacking semua barang-barangku yang akan ku bawa. Tak lupa juga diary Afif dan titipan dari Nduk Lail.
****
Akhirnya, hari dimana kami akan pulang. Kami maha santriwati meninggalkan asrama untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. Aku mengabari orang tuaku melalui ponselku yang selama ini sangat jarang aku pakai. Dalam seminggu, kami boleh menggunakan ponsel hanya satu kali.
Aku pun pergi ke terminal Boro, untuk membeli tiket bus jurusan Jawa Timur- Jawa Tengah. Pukul 10:00 pagi, bus berangkat. Sedangkan sekarang pukul 09:45 pagi, "sebentar lagi" Ucapku.
Akhirnya, pukul sepuluh pagi tepat. Aku pun masuk ke dalam bus. Saat aku masuk ke dalam bus, para penumpanng memandangku dengan aneh. Terlihat jelas mereka tidak suka melihatku, dengan pandangan yang jijik. Aku sangat tertekan "gimana kalo aku pakai cadar? Yang pakai masker seperti ini saja orang pada heran semua" Batinku. Aku memang mengenakan gamis coklat dan masker. Mungkin karena warna pakaianku yang gelap, mereka menganggapku seperti monster. Tiba-tiba, ada seorang ibu-ibu berjalan melewati ku, ia meludahiku sambil menghina dengan kata-kata yang kotor, yang membuat hati ini sakit. Aku berusaha bersabar. Sampai akhirnya, ada seorang bapak tua menghampiriku, dia mengusirku dari dalam bus.
"Pergi sana wanita teroris" Ucap bapak tua itu dengan keras.
Aku amat ketakutan, aku hanya terdiam dan menangis diperlakukan seperti itu.
"Keluar dari sini, teroris" Ucap lagi bapak tua itu sambil meludah dihadapanku
Aku benar-benar ketakutan, aku pun melangkah untuk turun dari dalam bus.
"Ya allah.. Bantu aku" Lirihku.
Tiba-tiba , ada seorang laki-laki berdiri disebelahku. Aku sangat kaget melihatnya, laki-laki itu adalah Afif. Afif mendekati bapak tua itu dan berbiacara kepadanya. Hingga akhirnya, bapak tua itu meminta maaf kepadaku. Aku tidak mengerti mengapa dengan semudah itu membuat bapak tua itu sadar. Aku penasaran apa yang dibisikkannya kepada bapak tua itu. Kemudian Afif tersenyum kepadaku. Membuat jantungku berdegup kencang. Kemudian, ia kembali duduk. Ternyata selama ini dia duduk dibelakangku. Aku kaget, aku tidak menyadarinya jika Afif duduk di belakangku lagi. Sama seperti saat kami akan berangkat ke pondok tahfidz,Afif duduk dibelakangku. Tapi, kali ini berbeda karena Afif tidak menghubungiku.****
Sesampainya aku dirumah aku mengetuk pintu rumahku.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam" Ucap keluargaku
Ibu, ayah dan adikku sudah menanti. Mereka berlari kearahku dan memelukku.
"Kamu sehatkan nak?" Tanya ibu padaku
"Alhamdulillah, ibu bapak dan adik gimana, sehatkan?" Tanyaku
"Sehat, alhadulillah" Jawab ibu yang kemudian mereka memelukku dengan erat
"Anak ayah makin cantik" Kata ayah
"Anak ayah gitu loh" Tambahku. Kami pun tertawa bersama.
Selama dirumah, aku mengajar mengaji di TPA yang ayah dirikan. Dan aku juga membuka sekolah tahfidz bagi siapa saja yang mau menghapal Qur'an.****
Saat kami sedang berkumpul diruang keluarga, ayah membuka pembicaraan.
"Velerine, sehabis lulus ini ayah ingin kamu menikah!" Kata ayah. Yang tiba-tiba membuatku diam membisu.
"Rian juga sudah menyelesaikan sekolahnya, besok Rian kesini bersama keluarganya. Ayah ingin kamu menikah dengannya." Tambah ayah lagi
"Iya, yah" Jawabku tidak membantah.
Aku kembali ke sepertiga malamku, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin menolak permintaan ayah. Selama ini aku selalu berdoa, agar Rian adalah jodoh pilihan terbaik dari Allah. Namun, hati ini memilih Afif yang akan menjadi imamku. Akhirnya, untuk pertama kalinya, aku menyebutkan nama Afif dalam doaku di sepertiga malamku. Hatiku bergetar saat menyebut namanya.
"Ya allah, jika Afif adalah jodohku dekatkan lah hati kami ya allah. Jika Afif bukanlah jodohku, maka kuatkanlah hati ini ya allah dan jika memang benar bukan berikanlah aku jodoh yang lebih baik dari Afif. Aamiin ya rabb." Doaku sambil menangis.
Keesokan harinya, tibalah saatnya aku melihat siapa yang akan menjadi calon imamku. Jantungku berdegup kencang.Saat aku melihat dari jendela kamarku, aku melihat rombongan mobil menuju ke arah rumahku. "Sepertinya itu mereka?" Batinku
"Ya allah... Mudahkanlah" Lirihku. Ayah dan ibu menyambut rombongan itu. Aku bingung, apa aku harus keluar kamar atau tidak. Ku pikir lebih baik aku dikamar saja, menunggu ibu memanggil ku untuk keluar. Jantungku makin berdegup kencang, saat ibu menjemputku ke kamar.
"Nak, ayo." Kata ibuku
"Iya, buk." Jawabku dan aku mulai mengikutinya dari belakang.****
"Masya allah.. Anak mu cantik sekali Widodo" Ucap laki-laki paruh baya itu
"Hahaha.. Bisa aja kamu Sir. Anakmu yang mana ini Sir?" Tanya ayah
"Ini. Rian, sini Rian" Ucap pak Natsir
Mataku terbelalak saat siapa yang kulihat. "Apakah ini mimpi?" Pikirku.
Ternyata, Rian adalah Afif. Jantungku berdegup kencang, dan semakin kencang saat dia tersenyum kepadaku sama persis ketika didalam bus.
"Lah ini anak mu to sir? Aku sempat bertemu sama dia waktu nganter si Velerine. Tapi kayaknya bukan Rian namanya." Kata ayah
"Iya pak. Saya Afif. Nama saya Afif Danariansyah. Kalau dikeluarga saya, saya dipanggil Rian, pak." Jawab Afif
"Oalah.. Berarti, kamu sudah tau kalau kamu akan dijodohkan dengan Velerine?" Kata ayah lagi.
"Iya, pak." Jawab Afif dengan senyum manisnya
"Anakku ganteng to, cocok sama anakmu" Kata pak Natsir
"Cocok buanget. Oh iya, hapalanmu sampai mana?" Tanya Ayah.
""Alhamdulillah, sudah selesai semua pak." Jawab Afif tanpa ragu.
"Masya allah, udah gak malu lagi menyebutkan hapalannya, kalau dulu kan isin-isinan." Kata ayah yang membuat seisi ruang tamu tertawa.
Aku hanya menunduk, masya allah. Rian atau Afif mereka adalah satu orang yang sama. Aku sangat bahagia.
"Vel, terima kasih kamu telah menemui ku di sepertiga malam mu semalam. Aku melihat dirimu dengan jelas semalam,karena itu aku menjadi memiliki tekad kuat untuk melamarmu." Kata Afif
"Velerine Anjelista, maukah engkau menikah denganku?" Tambah Afif
Aku hanya terdiam, aku tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya aku. Aku tidak kuasa menahan air mataku. Aku pun mengangguk perlahan.
"Alhamdulillah" Ucap seluruh keluarga besar Afif dan keluarga ku.
"Baik, kita langsung saja menyiapkan keputusan, kapan akan melangsungkan pernikahan." Kata pak Natsir
"Baik." Kata ayah.****
Akhirnya, keluarga besar mendapatkan tanggal pernikahan, yaitu tanggal 21 September 2014, setelah wisuda tahfidzul Qur'an yang akan dilaksanakan pada tanggal 18 September 2014.
****
Tibalah saatnya, wisuda akhir tahfidzul Qur'an, seluruh mahasantri baik akhwat maupun ikhwan digabungkan dalam satu ruang gedung megah untuk pertama kali. Alhamdulillah IPK ku sangat memuaskan.
Saat-saat menegangkan pun tiba, pengumuman mahasantri yang akan mendapatkan beasiswa ke Madinah akan dibacakan.
"Selamat kepada mahasantriwan yang akan mendapatkan beasiswa penuh di Madinah. Maka santriwan yang sangat beruntung adalah...Afif Danariansyah!".
Nama Afif dipanggil itu artinya Afif mendapatkan beasiswa ke Madinah.
"Masya allah, Afif" Ucapku pelan.
"Selanjutnya, mahasantriwati yang akan mendapatkan beasiswa ke Madinah adalah...Velerine Anjelista!" Ucap pembawa acara itu.
Aku sangat kaget, dan aku tidak menyangka. Aku mendapatkan beasiswa ke Madinah bersama Afif. Kebahagiaan yang tidak terhingga yang allah berikan kepadaku.
"Tapi, untuk ukhti Velerine harus memenuhi syarat. Yaitu ukhti Velerine harus membawa makhromnya kesana, misalnya suami atau ayah." Kata pembawa acara itu.
Langsung saja, Afif berbicara di depan orang banyak dengan jelas dan tegas. "Velerine, akan menikah dengan saya, tanggal 21 September besok. Doakan supaya kami menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah" Ucap Afif tanpa ragu. Semua orang-orang yang ada disana riuh. Aku tersipu malu, dengan apa yang diucapkan Afif, menurutku itu sangat romantis.****
Acara akad pun dilaksanakan, dengan disaksikan seribu undangam. Afif pun dengan merdu melantunkan halapan Surah Ar-rahman sebagai mahar untuk menghalalkanku. Aku tidak bisa menghentikan air mataku yang terus mengalir, menahan tangis bahagia. Aku melihatnya dari sebuah layar monitor yang disediakan di kamarku. Setelah ia melantunkan Surah Ar-rahman, dengan lantang tanpa ragu ia mengucapkan kalimat akad. "Alhamdulillah aku telah halal untuknya" Lirihku.
Afif kemudian menjemputku, Afif menghampiriku dan memasangkanku cincin pernikahan di jemari ku dan aku pun langsung memegang tangannya dan ku cium tangannya. Kemudian dia memegang kepalaku, dia berdoa dan aku mengamininya. Hatiku bergetar saat dia mengatakan, "Terima kasih sudah menjadi bidadariku." Ucapnya. Setelah itu dia mencium keningku.****
Setelah satu bulan pernikahan kami, besok adalah hari dimana kami berangkat ke Madinah untuk melanjutkan study kami. Betapa bahagianya aku bisa melanjutkan study bersama dengan dirinya. Tidak lupa aku memberikan buku diary nya. Dia tersipu malu saat aku memberikannya. Dan tidak lupa juga aku memberikan sebuah titipan dari Nduk Lail. Ternyata, dalam titipan Nduk Lail itu adalah sebuah surat pernyataan cinta Nduk Lail kepada Afif. Namun, bagi Afif, Nduk Lail sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
❤TAMAT❤
Alhamdulillah..akhirnya selesai juga😂🙏
Jangan lupa kritik dan saran ya !!
Oh iya,kalo aku buat part 2 gimana??
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang tak diharapkan (islami)
Teen FictionDia hadir di kehidupanku lagi, setelah aku benar-benar ingin melupakannya.Aku tak membencinya walau dia telah hadir dalam masa lalu ku.Hanya saja aku tak ingin masuk kedalam lubang yang sama bersamanya. . . . . Tahun berganti tahun,aku dan dia diper...