Happy reading.
Jangan lupa vote dan komen lebih dulu ya teman teman. Kalian tahu, vote dan komen sangat bermanfaat bagi penulis. Terimakasih.---
Disekolah kali ini acara tidak terlalu padat, jadi Aca dan Juan memilih berkumpul di taman belakang sambil memakan camilan mereka dan menonton film kartun kesukaan Aca. Juan yang memang tidak terlalu suka dengan tayangan di laptop itu memilih merusuhi Aca dengan sesekali memainkan rambut Aca dan mengajaknya bicara.
Prinsipnya, Juan ingin mengacaukan fokus Aca menonton sampai Aca merasa tidak ingin menonton lagi. Dasar Juan.
"Ca bentar lagi libur semester. Kamu mau jalan jalan kemana? "
Aca mempause vidionya, hal yang membuat Juan diam diam bersorak senang dalam hati karena berhasil mengalihkan fokus Aca.
"Gatau, terserah kakak kakak yang lain. Kalau pada sibuk ya paling di mansion, kalau Juan gimana ?"
Juan mengangkat bahu, "Entah, mungkin juga disini aja. Bosan jalan jalan terus. "
"Iya deh yang tiap tahun selalu jalan jalan. Aca mah apa, keluar dua langkah aja udah pada kayak kebakaran jenggot. Ugh. "
Obrolan mereka berlanjut hingga segerombolan orang datang dengan pakaian olahraga mereka. Mereka adalah teman teman Juan di eskul basket karena Juan memang mengikuti kegiatan tersebut.
"Berduaan aja bro, kayak pacaran. " ucap salah satu dari mereka sambil tertawa menggoda.
Juan mendengus sementara Aca berfikir bingung. "Pacaran itu apa? "
Karena memang pada dasarnya Aca tidak tahu pacaran. Lingkunganya selalu membatasi Aca agar tidak mendengar kata yang aneh aneh dan menurut kakak kakaknya, Aca masih terlalu kecil untuk mendengar kata pacaran. Jadi sampai sekarang ia tak tahu arti kata pacaran.
"Adek Aca gatau pacaran ? Sini biar abang jelasin, jadi pacaran itu hubungan antara cewek dan cowok yang saling jatuh hati dan---hmppp."
Omongan pemuda itu terhenti saat tangan Juan lebih dulu membekapnya. Bisa habis Juan jika Aca mulai terkontaminasi virus bucin dari teman temanya.
"kok di bekap sih Juan, kan kasian. "
Mendengar itu, Juan melepas bekapanya tapi tetap memberi pelototan tajam pada temanya. Sedangkan yang lain hanya menggeleng gemas antara greged dan pengen ketawa. Greged dengan kepolosan Aca pengen ketawa karena wajah panik Juan.
"Ca, udh ya gausah dipikirin. Belum waktunya, Juan latihan basket dulu ya. Aca kekelas aja, kalau ada apa apa cari Juan. Oke," ucap Juan dan dengan segera menarik tangan temanya pergi dari hadapan Aca yang masih mencerna apa yang terjadi.
Aca yang ditinggalkan menggembungkan pipinya kesal sebelum membereskan laptop dan cemilanya menuruti perintah Juan untuk kembali kekelas. Agak seram juga di taman belakang sendirian tanpa Juan walau masih ada siswa yang lain.
"Nanti deh Aca tanya kak Mike, pacaran itu apa. "
Dan Aca tetaplah Aca dengan segala rasa penasaranya.
---
Sepulang sekolah kali ini Aca mau mengunjungi kantor Gabriel. Bukan niatnya sih, tapi saat masih di sekolah tadi kakaknya mengiriminya pesan agar ia main ke kantor Gabriel.
Aca sendiri tidak tahu kenapa kakaknya tiba tiba menyuruhnya datang. Karena pada dasarnya Aca memang jarang main ke kantor kakaknya. Membosankan katanya, kata Aca, lebih asik main ke restoran dibanding ke perusahaan kakaknya. Atau minimal main ke butiq tante Raihan karena disana ia bisa menggambar baju baju bagus kreasinya sendiri. Ya. Aca memang bercita cita menjadi desaigner ternama.
Setibanya di kantor Gabriel, resepsionis menyambut Aca dengan ramah karena Gabriel sudah mengenalkan Aca sebagai adiknya sejak dulu. Jadi setiap pegawai di kantor Gabriel sudah hafal siapa Aca.
Langkah Aca berjalan santai menuju ruangan Gabriel setelah mengucap salam perpisahan pada resepsionish itu tentu saja. Hingga sampai di lantai ruang kerja Gabriel, Aca mulai didampingi oleh manager Gabriel. Arka namanya, masih muda dan kata Aca, cukup tampan.
"Kak Arka, kakak tahu gak kenapa kak Gabriel nyuruh Aca datang kesini? " tanya Aca. Selain dikenal oleh pegawai Gabriel, Aca juga dekat dengan pegawai disana. Terlebih manager dan sekretaris kakaknya.
"Kalau itu biar kakak kamu aja yang menjelaskan ya," ucap Arka menepuk pundak Aca seraya membukakan pintu nona kecil sekaligus sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
"Ughh, sama saja! "
Arka terkekeh melihat tingkah gadis yang kini mulai masuk ke ruang kerja Gabriel. Aca itu tidak sombong padahal ia adalah adik dari pengusaha yang sukses. Ia juga pewaris di keluarganya. Tapi gadis itu tidak membedakan orang lain. Ia sopan dan baik tentu saja. Ia tak pernah semaunya sendiri. Walaupun Aca manja, tapi gadis itu juga dewasa disisi lain. Dia manja, tapi manjanya masih pada batasnya.
"Semoga saja gadis itu mau."
Ucap Arka pada dirinya sendiri sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan atasanya karena tugasnya memang menjemput dan memastikan Aca sampai keruangan kerja atasanya. Aca bukan tidak pernah kesini, lebih tepatnya jarang dan bahkan sangat jarang jadi orang lain bisa beranggapan Aca tak pernah kesini walau sebenarnya pernah. Dan sekalinya pernah, Aca justru bukanya langsung ke ruangan kakaknya seperti yang diperintah justru melipir jalan jalan ke berbagai ruangan sesuka hatinya dan kala itu sukses membuat Gabriel kelabakan karena mengira adiknya hilang.
Beralih ke Gabriel dan Aca. Saat ini gadis itu tengah mendengar penjelasan kakaknya dengan kening berkerut. Masih belum memahami penjelasan Gabriel yang panjang lebar tapi belum menyampaikan inti pembicaraan mereka.
"Jadi intinya kakak mau apa sih, "tanya Aca kesal, bukanya tidak sopan. Aca hanya kesal karena sejak tadi Gabriel bicara berbelit belit. Sudah sampai di akhir kalimat eh kembali ke awal lagi.
"Huft. Kakak harap keputusan kakak ini tepat dan tidak membuat yang lain marah, kamu mau gak jadi model kakak? " tanya Gabriel hati hati.
Itulah yang membuat Gabriel sejak tadi bicara berputar putar. Gabriel ragu untuk mengatakanya. Takut Aca menolak, dan lebih takut lagi pada respon kakak Aca yang lain. Padahal biasanya Gabriel tak pernah takut ditolak seperti sekarang untuk urusan pekerjaan.
"Hah!? "
"Iya dek, kamu mau kan jadi model kakak? Jadi model yang harusnya besok datang gabisa datang dan yang lain ga ada yang cocok. Menurut kakak kamu cocok. Kamu mau kan? "
Aca terdiam,"Tapi kak, kakak kan tahu aku gak minat untuk urusan begituan. Kakak kan tahu cita citaku apa."
"Iya dek kakak tahu, tapi kali ini aja kakak mohon. Kalau lanjut juga gapapa. Kakak janji deh kalau kamu mau kakak bakal ajak kamu liburan ke Austria. Kamu kan pengen pergi ke tempat yang mirip negeri dongeng. "
"Austria? " tanya Aca bingung. Aca belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. Atau ia yang lupa.
"Iya, kamu gak bakal nyesel buat kesana, mau ya? Kamu bentar lagi libur panjang kan, masa kamu mau diem di mansion."
Aca terdiam. Mulai tergiur dengan rayuan kakaknya. Kenapa kakak kakaknya tahu kelemahanya yang susah untuk melawan rayuan kakak kakaknya sih. Aca kan gampang penasaran, tentu saja ia akan terbayang perkataan kakaknya tentang negara itu.
"Ughh, kakak tahu banget sih kelemahan aku, yaudah, Aca mau. Kali ini aja tapi. Em terus yang lain gimana? Mereka bakal ngizinin emang? "
Gabriel terdiam beberapa saat sebelum senyum penuh makna terbut dari bibirnya sementara Aca mengerut heran menatap kakaknya. Gabriel pasti punya seribu satu cara untuk mendapatkan izin kakaknya. Tapi giliran dengan Aca, Gabriel sering kehabisan cara untuk merayu adiknya. Pasalnya jika dengan yang lain Gabriel bisa dengan mengancam kalau Aca, bagaimana bisa ia tega mebgancam adik kesayanganya. Ya kecuali urusan bangun pagi dan kesekolah.
"Tenang aja, kakak pasti bisa dapatkan izin untuk itu. Jadi sekarang kamu siap siap ya princess. "
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Buat aku semangat nulis kelanjutan cerita ini ya teman teman. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Sister
Teen FictionBagaimana seorang gadis bernama Bianca atau disapa Aca harus menghadapi kakak kakaknya yang begitu protective dengan cara mereka sendiri sendiri ? Walaupun mereka bukanlah kakak kandung Aca, tapi Aca begitu menyayangi mereka seperti kakaknya sendir...