13. Kalian semua kakak Aca

963 82 0
                                    

Aku doble update special buat kalian yang selalu baca dan vote cerita ini. Makasih banget ya, aku sadar meskipun pembaca setia cerita ini masih dikit tapi itu sangat bearti karena cerita ini setidaknya masih ada yang menunggu hehe.

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia.

---

Pagi ini Aca masih betah berada di kamarnya padahal jam sudah menunjukan pukul 8 pagi. Tapi yang namanya kasur itu masih sangat membuat Aca nyaman untuk rebahan diatasnya. Sementata kakaknya yang lain entah berada dimana yang pentinh Aca nyaman dengan tempatnya.

Hingga mata Aca menangkap kilauan benda diatas nakasnya. Gadis itu tersenyum cerah sambil mengambil benda kesayanganya. Hadiah dari ibunya kepada ia dan saudara kembarnya.

Namun, senyum itu tiba tiba hilang saat gelang itu berada di tangan Aca. Ini bukan gelang miliknya. Punyanya gambarnya bulan tapi yang ada ditanganya sekarang justru gambar bintang. Ini bukan miliknya.

"Huwaa hiks hiks, kakak."

Suasana yang tadi hening tiba tiba berubah panik. Para kakak yang awalnya sedang bersantai sambil minum cola langsung bangkit dan berlari menuju kamar adiknya.

"Adek, adek kenapa ? Kok nangis. Ada yang sakit ? Kemarin waktu nyasar jatuh ? Ada yang luka ?"

Alfi bertanya khawatir mengingat kemarin adiknya sempat tersesat. Ia sempat marah namun melihat wajah menggemaskan adiknya yang memohon agar ia tidak marah, iapun akhirnya luluh. Tapi lihat sekarang, adiknya justru menangis saat pagi hari seperti ini.

Aca masih menangis. Mata bulatnya menatap Alfi berkaca kaca. Tanganya mengangkat sebuah gelang rantai dengan liontin bintang sebagai hiasan.

Alfi mengangkat alisnya belum memahami apa yang dimaksud adiknya tapi tetap mengambil gelang yang disodorkan adiknya.

"Kenapa ?"

"Itu hiks itu gelangnya kak Bian."

"Bian siapa ?" tanya Adrian yang sejak tadi berdiri bersandar di pintu menyaksikan kedua kakak beradik didepanya.

"Kakak kembarnya Aca."

"Aca punya kembaran ?"

Gabriel mengangguk.

"Kenapa gue gatau ?" lirih Adrian pelan.

"Lo sok sibuk pas itu."

"Tandanya Aca ketemu kak Bian, iya kan kak. Itu gelangnya kak Bian. Iya ini gelangnya kak Bian. Bearti semalem yang nolongin Aca itu kak Bian. Hiks, kenapa Aca gak ngenalin kakak kandung Aca sendiri. Hiks."

Gabriel yang tadi berdiri didekat Adrian mulai mendekat dan memeluk Aca melihat Alfi yang masih terdiam menatap gelang yang tadi diberikan Aca. Gabriel tahu Alfi masih terkejut. Mungkin ini terlalu cepat bagi Alfi.

Mata Alfi masih fokus memperhatikan gelang yang ada ditanganya sedangkan fikiranya melayang kemana mana.

"Tapi Ca, gelang seperti itu kan banyak yang punya, kenapa kamu yakin kalau itu gelangnya Bian ?"

"enggak hiks. Itu dulu dibeliin mama pas ulang tahun, dibalik bintang itu ada namanya. Itu nama kak Abiandra terus di yang punya Aca, bentuknya Bulan, ada ukiran nama Aca juga. Hiks. Itu punya kak Bian."

"Pengen ketemu kak Bian. Hiks.  Aca kangen."

"Semalem kenapa Aca gak ngenalin saudara kembar Aca sendiri, hiks."

"Kak Bian, hiks."

"Pengen kak Bian."

Gabriel semakin erat mendekap Aca dalam pelukanya. Tanganya pun tak lupa untuk mengusap punggung Aca berusaha menenangkan. Karena hanya itu yang bisa Gabriel lakukan. Belum saatnya ia ikut campur urusan mereka selain menjaga Aca.

Lil SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang