26

2.8K 323 10
                                    

"Dek ayo makan dulu...." Ucap Soobin dari luar kamar Aeri tetapi tidak ada jawaban apapun dari Aeri.

"Dek?" Panggil Soobin lagi.

"Ayolah dek jangan gini terus, kasian juga badan kamu kalo kamu gini terus." Sambung Soobin.

"Kalo nggak ada jawaban dalam hitungan ketiga, gue bakal dobrak pintu ini."

"1."

"2."

"3."

Soobin pun akhirnya mendobrak pintu kamar Aeri, hanya dengan 3 kali dobrakan pintu besar tersebut terbuka. Oh ya jangan remehkan Soobin, apa kalian lupa bahwa Soobin adalah pemegang sabuk hitam Karate?

Soobin pun segera masuk kekamar Aeri, dan betapa terkejutnya dia melihat Aeri yang pingsan dengan wajah pucatnya itu.

"Dek?? Aeriii bangun?!!" Teriak Soobin.

"Dek please bangun!! Aerii!!" Ucap Soobin lagi dengan nada yang sangat khawatir.

Soobin pun segera menggendong Aeri dan menempatkannya dikasurnya.

"Please dek bangun...gue mohon."

.

"Dokter berapa kali lagi saya harus bilang? Saya rela menyumbangkan jantung saya demi Hina!!" Kesal Jaemin kepada Hina.

"Walaupun itu artinya kamu harus mati? Tidak!! Dalam prosedur kami, kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Ucap Dokter tersebut.

"Saya mohon dok, tolong bantu sahabat saya agar tetap hidup." Ucap Jaemin memohon sedih.

"Kami pasti akan membantu Nona Hina agar tetap hidup, tapi bukan begini caranya." Ucap Dokter tersebut.

"Memangnya apa sekarang pihak rumah sakit sudah mendapatkan donor jantung dari orang lain?!! Saya tanya, apa sudah?! Sampai kapan sahabat saya harus bertahan menahan rasa sakit seperti itu? Sampai kapan sahabat saya masih dapat bertaham hidup?!! Jawab saya!!" Bentak Jaemin marah kepada Dokter tersebut.

Tanpa sadar Jaemin pun mengambil pisau yang ada didekat sana.

"Apa saya harus bunuh diri sekarang agar saya dapat mendonorkan jantung saya?" Ancam Jaemin sambil mengarahkan pisau kelehernya

"Tolong turunkan pisau itu!!" Ucap Dokter tersebut, tetapi Jaemin tidak main-main akan ucapannya dan ia semakin mengarahkan pisau itu hingga lehernya mengeluarkan sedikit darah.

"Baik silahkan tanda tangani surat perjanjian ini, bahwa Anda siap untuk mendonorkan jantung Anda." Ucap Dokter itu dan Jaemin pun mengangguk mantap lalu menandatangani surat perjanjian tersebut.

"Baik, 2 hari lagi kami akan mengambil jantung Anda, tolong persiapkan diri Anda dengam baik." Ucap Sang Dokter lalu pergi meninggalkan Jaemin.

.

"Nghhh..." Ucap Aeri tersadar dari pingsannya.

"Dek udah bangun?" Ucap Soobin khawatir, pasalnya sudah 2 jam lebih Aeri pingsan.

"Kak Soobin?" Panggil Aeri lirih.

"Apa dek? Ada yang sakit?" Tanya Soobin khawatir sedangkan Aeri menggeleng tidak.

"Kok kakak ada disini?" Tanya Aeri.

"Iya tadi kamu pingsan, terus kakak gendong ke kasur." Jawab Soobin.

"Kamu belum makan daritadi, ayo makan dulu gue suapin." Sambung Soobin tetapi Aeri menggeleng tidak mau.

"Aeri gamau makan kak, Aeri nggak laper." Jawab Aeri.

"Enggak. Gaboleh ada penolakan, kamu harus makan sekarang." Tegas Soobin dan akhirnya Aeri pun menurut.

Soobin pun mulai menyuapi Aeri dengan lembut.

"Kak..." Panggil Aeri lagi.

"Iya apa?"

"Aeri pengen ketemu Jaemin sekarang." Ucap Aeri dan seketika gerakan tangan Soobin terhenti.

"Mau ngapain? Jangan sekarang, kamu lagi sakit." Jawab Soobin dingin.

"Please kak," Mohon Aeri.

"Aeri.. Kamu itu lagi sakit dek, besok aja kakak janji buat nganter kamu ke Jaemin." Ucap Soobin akhirnya menghela napasnya kasar.

"Janji ya besok? Mumpung hari minggu kak."

"Iya-iya janji, udah lanjut makan dulu pokoknya sekarang." Aeri pun mengangguk menuruti kakaknya.

"Mamah sama Papah masih di Paris?" Tanya Aeri.

"Iya, minggu depan pulang." Jawab Soobin singkat.

"Nih suapan terakhir, gue panggil dokter dulu." Soobin pun menyuapkan suapan terakhir tersebut kepada Aeri.

"Gausah panggil dokter kak, Aeri mau istirahat aja. Mungkin ini cuman kecapekan kok." Jelas Aeri dam akhirnya Soobim mengangguk mengalah lagi.

"Yaudah tidur ya, mimpi indah." Ucap Soobin sambil membenarkan posisi selimut Aeri lalu mencium keningnya.

Sepertinya hal ini akan menjadi kebiasan baru Soobin, mencium kening adik tirinya itu.

.


"Jaeminn...." Teriak Hina dengan wajah senangnya saat Jaemin menjenguknya.

"Uwihhhh seneng banget nih, ada apa?" Tanya Jaemin dengan memasang wajah pura-pura tersenyum senang.

"Lo pasti kaget denger berita ini." Ungkap Hina masih dengan wajah senangnya.

"Emang apa?" Tanya Jaemin lagi.

"Gue dapet donor jantung Jaemiin, dan gue seneng banget. 2 hari lagi gue bakal dioperasi, gue bakal sembuh." Jelas Hina senang sambil memeluk Jaemin.

Ada rasa takut dalam diri Jaemin. Bukan takut menghadapi kematian, karena baginya kematian selalu datang kepadanya semenjak orang tuanya pergi meninggalkan dia sendiri di dunia.

Tapi rasa takut yang Jaemin alami adalah rasa takut bahwa, apa yang akan Hina lakukan jika dia mengetahui bahwa jantungnya nanti adalah miliknya?

"Gue ikut seneng denger kabar itu Hin." Ucap Jaemin lalu membalas pelukan Hina.

"Habis ini kita bisa main bareng lagi, serius gue seneng banget." Mendegar kata-kata Hina tersebut membuat hati Jaemin merasa sakit.

'Gue minta maaf Hin, karena setelah itu lo gabakal bisa ketemu gue lagi.' Ucap Jaemin dalam hati.

"Lo kenapa Na?" Tanya Hina mendadak khawatir.

"Eh..eh gue gapapa kok. Yaudah gue kesini cuman mau ngasih bubur ini, gue balik dulu ya, bye sahabat gue tersayang, i love u." Ucap Jaemin lalu memeluk Hina lagi tetapi kali ini sangat erat seakan-akan itu adalah pelukan terakhir mereka.

"Na? Lo gapapa?" Tanya Hina dan Jaemin mengangguk mantap sambil tersenyum.

"Gue bahagia kok, habis ini gue bakal ketemu papah sama mamah." Ucap Jaemin.

.




~Mah, Pah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Mah, Pah... Tunggu Jaemin di Surga - Jaemin.~




Gilaa sumpah w gakuat nulis chapter ini, gatega ama Jaemin(ಥ_ಥ)

Step-Bro | Soobin TXT x U  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang