Arsyika Alula

30 5 5
                                    

Arsyika Alula. Panggilannya Arsyi. Perempuan itu sedang berada di dalam kelasnya. Membaca sebuah novel yang sangat dia sukai.

"Arsyi! Syi!" Panggilan dari seseorang membuat Arsyi menoleh.

"Kenapa?"

"Lo serius mau jadi panitia sementara buat gantiin kak Chelsea?" Tanya perempuan berkuncir kuda itu. Adiba namanya.

"Iya, kenapa emang?" Tanya Arsyi santai.

"Ya gapapa sih, cuman gue heran aja. Lo yang biasanya mager banget jadi tiba-tiba nge-iyain permintaan kak Chelsea buat jadi panitia sementara."

"Ya, gitu."

Arsyi masuk ke dalam ekskul theater. Karena menurutnya, ekskul itu menyenangkan. Ya walaupun ia orangnya mageran, tapi dia suka sama yang namanya drama. Dia selalu berandai kapan hidupnya menjadi bahagia seperti ending-ending di drama?

Selain karena menyenangkan, dia juga lebih ingin mendalami karakter yang bukan dia banget. Dia pengen ngerasain kalau dia jadi orang lain itu gimana.

"Syi, lo ga ke ruang theater? Kan lagi rapat di sana," Ucap Adiba. Karena memang dia tidak mengikuti ekskul yang sama dengan Arsyi.

Kedua bola mata Arsyi melotot seketika, "Hah?! Demi apa lo?! Emang sekarang jam berapa?"

Adiba melirik jam yang ada di tangannya sebentar, "Jam 10.20."

Karena ini baru masuk sekolah, jadi pembelajaran belum aktif. Karena semua ekskul sedang mempersiapkan untuk acara demos minggu depan. Lama? Emang iya. Karena itu permintaan dari OSIS. Razan, selaku ketua OSIS yang mengusulkan itu. Dan mereka semua mengiyakan. Katanya, biar ada hal yang berbeda untuk demos angkatan ini.

Arsyi berdiri seketika, "KOK LO GA NGINGETIN GUE, SIH?!" Teriaknya panik. Kemudian dia dengan cepat pergi ke arah ruang theater yang berada di lantai satu paling ujung.

Karena sangking terburu-burunya, bahkan ia sampai menabrak seseorang yang baru keluar dari kantin. Ia terjatuh sama halnya dengan orang itu.

Arsyi bangun dari jatuhnya, dia pun menoleh ke orang yang dia tabrak. Dan ternyata, dia adalah Arkatama Abimanyu. Kelas XI IPS 4. Iya, orang yang dia suka.

Arsyi mematung sesaat. Seakan tersadar dengan tujuan awalnya, dia mengucapkan permintaan maaf pada Abi dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang theater.

Sesampainya di ruang theater, pintu theater tertutup. Dan yap. Sudah di pastikan mereka sudah memulai rapat. Dan, Arsyi tertinggal 10 menit.

Arsyi mengetuk pintu ruang theater. Kemudian ada kata 'masuk' yang membuatnya kemudian membuka pintu theater.

"Kok telat, Syi?" Tanya Chelsea.

Arsyi mengangguk kikuk, "Eh iya, kak. Tadi lagi di kelas."

Chelsea mengangguk, "Yaudah cepetan duduk. Rapat baru aja di mulai." Arsyi kemudian duduk di kursi yang masih kosong.

"Oke, karena semuanya udah ngumpul, sekarang gue mau ngasih tau. OSIS kali ini minta buat yang berbeda sama ekskul-ekskul tahun ini. Di ekskul theater, mereka minta buat ekskul theater menunjukkan pertunjukkan mereka. Seperti drama Putri Salju atau kisah Cinderella. Itu terserah kalian mau nya apa. Untuk kali ini, sorry gue ga bisa bantu kalian karena gue ada keperluan yang bener-bener gak bisa di gantiin sama orang lain. Jadi, gue minta buat Arsyi yang jadi panitia sementara untuk acara demos minggu depan. Gimana, Syi? Bisa kan?" Tanya Chelsea. Chelsea memang bergabung di OSIS. Dia menjabat sekertaris OSIS.

Arsyi yang di tatap mengangguk pelan, "Iya, kak."

"Oke, karena Arsyi udah setuju, jadi sekarang kalian tentuin mau nunjukkin penampilan apa. Inget, jangan ada yang nge bantah omongan Arsyi," Ucap Chelsea sambil memperingatkan.

Semua mengangguk membuat Chelsea melanjutkan kalimatnya, "Kalau gitu, gue pamit karena masih ada urusan lain. Sekian, Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh," Pamit Chelsea yang di jawab salam juga oleh semuanya.

Chelsea keluar dari ruangan menyisakan anggota yang sedang berdiskusi. Memang, Chelsea adalah ketua dari ekskuk theater ini.

~~~

Kelas XI Bahasa 2. Tempat dimana kelas Arsyi berada. Arsyi masuk ke dalam kelas setelah rapat. Dia bingung, kenapa kelasnya sangat ramai? Bahkan, ada anak IPS juga datang ke sini.

"Seharusnya yang di kasih tau itu cewe lo. Gue cuman nganggep dia temen doang. Lagian salah dia kenapa baperan," Ucap seseorang dengan postur tubuh tinggi tegap yang sekelas dengan Arsyi. Dia Bima. Wakil ketua kelas XI Bahasa 2.

Seseorang yang berada di depannya mendorong bahunya kasar, "Itu karena lo bego! Kalo lo ga ngebaperin dia, dia gak bakalan sakit hati!" Tunggu, sepertinya Arsyi kenal dengan suara ini. Ini bukannya, suara Abi? Segeralah Arsyi menoleh. Dan ternyata benar. Abi sedang berduel dengan Bima, teman sekelasnya.

"Emang lo siapanya Derra sampe-sampe mau ribut sama gue cuman gara-gara dia?" Bima tertawa sebentar, "Oh gue tau. Atau jangan-jangan, lo suka ya sama dia? Haha. Tapi sayang, dia sukanya sama gue," Ucap Bima membuat Abi melayangkan sebuah bogeman mentah padanya.

"ANJING LO!" Maki Abi tetap dia memukul Bima. Kejadian itu tetap berlangsung tanpa ada yang melerai. Mereka semua hanya menonton, bersorak, dan menyemangati. Ada yang bilang, 'HAJAR AJA BI!' 'BIMA!BIMA!' dan masih banyak lagi.

Sedangkan Arsyi merenung. Derra? Aderra Shintya dari kelas XI IPA 1 itu? Dia sedang berpikir, ada hubungan apa antara Derra dengan Abi?

Seolah tak mau berfikir ke hal yang tidak-tidak, Arsy kemudian menoleh lagi ke kerumunan tersebut. Disana, keduanya tak mau kalah. Baik Abi maupun Bima. Keduanya tampak saling menyakiti satu sama lain.

Arsyi kemudian mendekat, ini tidak bisa dibiarkan. Kalau ini di biarkan, bisa-bisa Abi terluka lebih dalam. Dan Arsyi tidak mau hal itu terjadi.

"UDAH-UDAH!" Teriak Arsyi kemudian masuk ke dalam kerumunan. Namun kedua orang itu belum ada tanda-tanda akan berhenti.

Akhirnya, Arsyi menarik paksa lengan Bima dan Abi membuat keduanya berhenti dan menoleh pada Arsyi.

"Kalian kalau mau berantem, jangan di kelas gue. Kelas gue jadi pengap gara-gara kalian," Ucapnya. Bisa Arsyi lihat, Abi melihatnya dengan tatapan tajamnya.

"Lo gausah ikut campur!" Bentaknya membuat Arsyi sedikit tersentak.

Dengan berani, Arsyi kembali berucap, "Apa?! Yang lo pake buat ribut ini kelas gue! Wajar kalo gue ikut campur. Kecuali kalo lo ribut di kelas lo. Gue ga peduli."

Abi berdecak kemudian tanpa sepatah kata pun, dia meninggalkan kelas Arsyi bersama teman-temannya.

Abi tidak tahu. Bahwa Arsyi berbicara seperti itu agar Abi tidak terluka lagi dan juga supaya tidak ada guru BK yang datang yang nantinya membuat orang tua Abi datang ke sekolah dan yang ada Abi di marahi oleh ayahnya. Arsyi tidak bisa melihat itu.

~~~

Bukan Lagi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang