Lelah

13 2 0
                                    


Happy Reading, guys!♡

~~~

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di SMA Cendrawasih. Abi dan Arsyi saat ini sudah ada di parkiran. Setelah Abi memarkirkannya, barulah Arsyi pamit kepada Abi dan langsung pergi ke kelas.

"Sebenernya, dia kenapa sih?" Gumam Abi pelan. Jujur saja, melihat tingkah laku Lysa tadi membuat Abi sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Apalagi Arsyi yang selalu berusaha menutupinya membuat Abi tambah penasaran.

Saat sedang melihat ke arah samping kanan, tepat dimana parkiran motor berada, disana sudah ada Derra dan juga Bima yang sedang asyik bercengkrama. Abi hanya menghela napasnya. Mungkin, ia harus merelakan Derra bahagia dengan yang lain walau bukan dengan dirinya.

Ia kemudian jalan menuju gedung sekolahnya. Saat sedang berada di ujung koridor untuk menuju tangga, dia melihat Arsyi sedang bersama seorang cowok, entah siapa itu. Dilihatnya, cowok itu mencengkram kuat lengan Arsyi membuat cewek itu mengaduh kesakitan. Karena jarak yang jauh membuat Abi tak bisa mendengarnya dengan jelas. Barulah saat cowok itu pergi sambil menghempaskan Arsyi ke tembok sehingga membuat bunyi yang lumayan keras.

Abi melihat Arsyi terduduk di sana sambil menangis. Selama ini, ia tak pernah melihatnya menangis. Abi kira, Arsyi adalah sosok yang kuat. Oh ya, dia juga pernah melihat Arsyi menangis saat ketahuan oleh satu sekolah bahwa Arsyi menyukainya. Tapi, tangisan itu tak sehisteris sekarang. Ingin rasanya, Abi menenangkannya. Namun, pikiran itu langsung di tepis olehnya.

Dengan perlahan, Abi berjalan ke arah Arsyi yang sedang menunduk. Abi berhenti tepat di hadapan Arsyi membuat Arsyi mendongak. Arsyi kemudian menghapus air matanya.

"Cengeng banget lo nangis di sini, kayak anak TK tau gak," Ucap Abi kemudian pergi ke tangga menuju lantai atas. Bukan, bukan perkataan itu yang Abi inginkan. Namun, entah kenapa justru kata kata itulah yang keluar.

~~~

Saat Arsyi sedang berjalan, tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang. Iya, dia Gema. Gema menarik Arsyi ke ujung koridor dekat dengan tangga.

"Aw, sakit, kak," Rintih Arsyi pelan membuat cengkraman Gema di tangannya semakin mengencang.

"Jangan. Pernah. Kasih. Tau. Semuanya. Ke. Abi," Ucapnya dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Arsyi ga ngasih tau ke Abi, kak," Ucap Arsyi membenarkan. Namun, Gema justru malah memelintir tangan Arsyi membuat cewek itu mengaduh kesakitan.

"Emang selama ini gue ga pernah merhatiin lo sama adek lo apa?! Abi udah curiga sama lo! Bilangin sama adek lo itu gausah cari muka di depan Abi! Kalo semuanya kebongkar, gue ga bakal segan-segan buat kalian menderita di rumah!" Ucap Gema kemudian menghempaskan tubuh Arsyi ke tembok. Gema kemudian pergi meninggalkan Arsyi yang menangis.

Arsyi terduduk di lantai sambil menangkup wajahnya. Arsyi tak tahu sampai kapan ia dan adiknya akan seperti ini. Rasanya, ia sudah lelah dengan semuanya. Ingin ia pergi ke kampung halamannya dan tinggal bersama neneknya. Namun, ia tak tega untuk meninggalkan ayahnya.

Saat sedang menangis, Arsyi mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Saat melihat ke depan, ada sepasang sepatu yang menghadap ke arahnya. Ia kemudian berdiri dan melihat siapa dia. Ternyata dia Abi. Apakah Abi melihat semuanya tadi? Arsyi berharap semoga saja Abi tidak mendengar percakapannya dengan Gema tadi. Arsyi kemudian menghapus jejak air matanya.

"Cengeng banget lo nangis di sini, kayak anak TK tau gak," Ucapnya kemudian pergi ke lantai atas. Sedangkan Arsyi hanya menatapnya bingung. Tetapi, untunglah. Itu artinya Abi tak mendengar percakapannya dengan Gema.

Bukan Lagi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang