Bahagia itu sederhana

14 3 0
                                    


Happy Reading, guys!♡

~~~

Bukannya membawa Arsyi dan Lysa pulang, Abi justru membawa mereka ke dalam mall di Jakarta.

Abi meletakkan motornya di parkiran. "Kita ngapain ke sini?" Tanya Arsyi bingung. Pasalnya tadi, Abi tak bilang sesuatu padanya.

"Belanja. Temenin gue buat beliin barang belanjaan nyokap," Ucap Abi kemudian mereka pun masuk ke dalam dengan Lysa yang di gendong oleh Abi.

Saat bersama Lysa, Abi tak seperti saat bersama Arsyi. Itu cukup membuat Arsyi senang. Setidaknya, adiknya tidak harus merasakan seperti dirinya.

Mereka kemudian masuk ke dalam mall itu. Di sana, tidaklah ramai. Mungkin karena hari ini adalah hari kerja jadi tidak banyak yang datang ke sini.

"Kak Aci, Ica mau ice cream!" Ucapan Lysa membuat Arsyi dengan cepat menghampirinya. Lysa menunjuk kedai ice cream dengan tangannya.

"Gausah, Ca. Kak Aci lagi ga bawa uang sekarang. Nanti aja ya kalau ayah udah pulang kita belinya?"

"Gamau, kak! Ica maunya sekarang."

Lysa memang sudah tidak ada di gendongan Abi lagi. Lysa meminta turun saat ia melihat kedai ice cream.

"Udah sih, biar gue aja yang bayarin. Itung-itung buat bales budi lo karena udah mau nemenin gue," Ucap Abi kemudian menggandeng tangan Lysa untuk ke kedai ice cream.

"Ica mau yang mana?"

Lysa tampak memilih sebentar, "Yang itu! Cokelat sama strawberry."

"Mbak cokelat sama strawberry nya jadi satu ya. Sekalian sama vanilla nya dua," Ucap Abi memesan.

"Vanilla dua buat siapa, kak?" Tanya Lysa.

"Buat kakak sama kak Arsyi. Kenapa? Ica mau juga?"

Lysa menggeleng, "Kak Aci ga suka vanilla. Kak Aci lebih suka cappuchino atau cokelat."

Mendengarnya, Abi segera merubah pesanannya menjadi cokelat strwberry, vanilla, dan cokelat.

Setelah itu, Abi membawa dua cone ice cream. Sedangkan Lysa berjalan di sampingnya. Mereka menghampiri Arsyi yang sedang memainkan ponselnya.

"Nih," Ucap Abi membuat Arsyi menoleh dan melihat Abi menyodorkan satu cone ice cream padanya.

Arsyi menerimanya, "Makasih."

"Hm."

Kemudian mereka duduk di sana. Lysa duduk di tengah-tengah antara Arsyi dan Abi.

"Kak Aci, tadi kan kak Abi hampir aja beliin kak Aci yang rasa vanilla. Untung aja Ica tau kalo kak Aci ga suka vanilla, terus Ica kasih tau kek kak Abi deh. Abis itu kak Abi beliin kak Aci ice cream yang cokelat. Sama kayak Ica," Ucap Lysa di sela-sela makannya memakan ice cream.

"Oh ya?"

"Iya, kak. Untung aja Ica kasih tau, kalau enggak, nanti bisa-bisa ice creamnya kebuang, deh."

Dengan jahil, Abi menempelkan sedikit ice cream pada Lysa. Hal itu membuat Lysa yang tadinya sedang berceloteh dengan Arsyi menjadi menanggapi keusilan Abi.

Mereka saling menempelkan ice cream satu sama lain ke wajah mereka. Itu membuat perasaan Arsyi menghangat. Sejak kematian almarhumah ibunya, Lysa tak pernah terlihat sebahagia ini.

"Kak! Ayo, pulang. Nanti Mama marah," Ucap Lysa membuyarkan lamunan Arsyi.

Oh bahkan Arsyi sampai lupa sekarang jam berapa. Ia kemudian melihat ke arah handphonenya dan jam sudah menunjukkan pukul 16.00.

Bukan Lagi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang