"Sampai terakhir kali aku melihatmu, aku tetap menjaga perasaan ini, walaupun itu dalam diam."
Tepat pukul 10.00 wib (dibaca waktu indonesia barat), bel yang sangat dinanti oleh siswa-siswi masa kini akhirnya berbunyi. Anak-anak manusia itu pun berlarian menuju tempat nongkrong ter-asik,ter-damai di seluruh alam semesta, apalagi kalau bukan Kantin. Namun, itu hanya sebagian, yang mana sisanya lebih memilih menghabiskan waktu di kelas, lapangan, perpustakaan, dan 0.03 % diantaranya memilih berkumpul di ruangan osis.
Seperti biasanya, Aldy kelihatan sangat merasa kelelahan. Jabatannya ini, tidak memberi kesempatan dirinya untuk beristirahat.
"Mereka pada belom tobat juga?" tanya Bara seraya menikmati Chocolate bar favoritnya.
Aldy menggeleng.
"Kasian juga gue liat lo Dy, bener kan dugaan gue pas pemilihan tahun lalu, makanya gue gak milih lo waktu itu." cetus Bara.
"Biar begitu gue tetep menang kan?" ujar Aldy dengan sombongnya.
"Kalo menurut manga yang pernah gue baca ya, perjuangan terbesar adalah melawan kemauan kita sendiri. Dan apapun yang terjadi, lo harus milih antara keinginan lo atau kebahagiaan lo. Nah, lebih baik lo tinggalin jabatan lo, agar lo bisa bahagia." jelas Bara dengan bijaknya.
"Tapi, yang bahagia belum tentu yang baik." sahut Aldy santai.
Tak lama, Udin pun datang dan mengejutkan keduanya.
"HELLO GUYS, SELAMAT PAGI MENUJU SIANG YA,"
Merasa kaget, Aldy pun menjawab sapaan yang penuh keceriaan tersebut.
"Eh Jaenuddin. Kalo mau masuk itu ucapin salam dong, ga pernah belajar agama ya lo?"
"Uda tadi, lo aja yang tuli." sahut Udin dengan sewot.
"Ngapain lo kesini, mau ngajakin gue ngambil contekan di ruang guru? Sori ye, kali ini gue uda tobat," ujar Bara, kemudian ia pun mengetik sesuatu di ponselnya.
"Astargfirullah hal azim, saudara Bara Giovanni bin Topan Giovanni. Jangan suudzon, ntar dicatat malaikat sebagai dosa lo. " jawab Udin.
"WOI! KALO MAU NYEBUT NAMA LENGKAP GUE JANGAN PAKE NAMA BOKAP GUE DONG, JAENUDDIN!" teriak si Bara.
"Uda -uda jangan ribut disini. Terlalu sepi, gak ada yang nonton, gak seru." lerai Aldy.
Tiba tiba, terlintas wajah Dhila di pikiran Aldy. Entah mengapa,sepasang mata coklat dan bibir kecil gadis itu selalu menghantui dirinya. Hal tersebut membuat senyum kecil terlukis di wajahnya itu.
"WOI DY. SEGILA-GILA NYA GUE, KAGAK PERNAH TUH MIKIRIN CEWEK SEGITUNYA." teriak Udin, memecahkan lamunan indah Aldy.
"SOTOY AJE LO JAENUDDIN." balas Aldy yang lalu menyilangkan kakinya.
"Lo lagi suka ama seseorang Dy?" tanya Bara kepo.
"CIE BABANG ALDY UDAH GEDE.... CIEEE...." goda Udin.
"Mau gue tabok lo pada?" ancam Aldy dengan tatapan seram khasnya.
"Yaelah, uda keliatan banget. Senyum-senyum sendiri, tanda lagi mikirin pujaan hati." sahut Udin dengan wajah menyebalkan.
"Yang mana Dy? Termasuk cewek-cewek alay yang suka ngejar-ngejar lo gak?" Bara menduga-duga.
"BEBEB ALDY QYU YANG TAMVAN DAN KEYRENN! AI LOPE YU!!" goda Udin lagi.
"Tau aja lo, kalo gue tampan dan keren." sahut Aldy dengan PD.
"Dy, menurut manga yang pernah gue baca ya, kalo suka langsung aja gas, jangan kasih kendor." kata Bara.
![](https://img.wattpad.com/cover/185146214-288-k201048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melankolis
Teen FictionDhila, cewe misterius yang jarang bicara, diam semerbak bagai pohon cemara. Namun mampu meluluhkan hati Aldy, ketua osis yang dikenal dengan kecerdasan, ketampanan serta kehebatannya. Akankah Aldy menemukan sisi terang di dalam hati Dhila? Rahasia a...