Penasaran

29 1 0
                                        

"Kalaupun aku harus menunggu, aku akan menunggu. Asalkan aku tidak diberi harapan yang tak berujung kepastian "

Matematika. Kata orang adalah pelajaran tersulit bertahun lamanya. Ilmu pasti yang isinya bukan sekedar pembuktian teori belaka. Ilmu dasar kehidupan yang berlandaskan logistik dan analisis angka serta hitungan.

Kebanyakan orang tidak menyukai matematika. Disebabkan banyak orang yang malas menganalisis sesuatu secara mendalam.

Matahari bersinar cerah berwarna jingga. Langit biru nan indah. Membuat suasana pagi begitu berwarna.

Bel sekolah berbunyi. Tanda pelajaran pertama akan dimulai. Semua siswa berlarian menuju kelasnya masing- masing.

Pelajaran pertama kelas XI MIPA 4  pada hari ini adalah pelajaran matematika wajib, dan seorang guru yang tinggi hampir 200 cm, berkacamata, berkumis tebal, jangkung, dan berbadan tegap, serta tak lupa berkepala botak licin adalah tenaga pengajarnya .

Siapa yang tak kenal Pak Sumardi, guru matematika terbaik seantero SMA JAYA NEGARA.

Siswa siswi sudah hafal betul kebiasaan beliau setiap harinya. Cara jalannya yang mendebarkan jantung bahkan dari jutaan kilometer jauhnya, sungguh menjadi alasan setiap siswa untuk menutup mata. Tatapannya yang fantastis sangat tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata.

Okay. Kira- kira gitu deh soal pak Sumardi. Singkatnya gitu, kalo mau lebih panjang akan lebih baik bertatapan muka langsung dengan beliau.

Seperti biasa, Dhila menulis sebuah puisi dalam rangka mengawali aktivitasnya di hari- harinya.

"Pertama kali mata bertatap,
ayunan angin menari menutup memori,
mencoba menyampaikan sebuah isi hati,
yang gundah dan berpucat pasi." - DAY-puisi359

Dhila lalu memasukkan bulpoin ke dalam kotak pensil Mickey mouse miliknya.

Riuh- riuh suara keributan makhluk yang terciptakan dari tanah di kelas XI MIPA 4 terdengar sangat jelas hingga di pelosok SMA JAYA NEGARA.

Kelasnya Dhila itu terkenal sebagai kelas yang gak kenal diam di setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, bahkan setiap bulan.

"PAK THANOS UDA DI DEPAN KELAS XI MIPA 2!!" Teriak Samsul seraya berlari dari balik pintu.

Seluruh siswa pun yang tadinya riuh, diam kembali bagai cacing kepanasan. Yang tadinya lari sana sini, gossip a sampai z, maupun bermain bola kasti, dan sebagainya kembali ke wujud asli mereka sebagai siswa yang budiman.

"WOI SI THANOS SEKARANG DI DEPAN XI MIPA 3!"Kini giliran si Hamidun yang duduk di dekat pintu masuk berteriak.

"Anjay tugas kemarin gak gue bawa!" Markonah merasa gelisah serambi membongkar isi tasnya.

" Sial gue lupa ngerjain!" Pekik Helena.

"Tugas yang halaman 12 ya?" Tanya Gibran serambi membuka bukunya.

"Gue ngerjain 3 soal doang!" Sahut Hasanudin.

"Gue 2 soal " Lanjut Nina.

"Emang ada tugas?" Tanya Jailani, si ketua kelas terdablek se-SMA JAYA NEGARA.

"Uda uda! Lebih baik kita diem si Thanos gabakal nyadar juga kalo ga ada yang ngingetin," Saran si Edi.

"Ya kita sih gabakal ngingetin, khawatir aja si anak baru yang mau cari muka bakal ngingetin." Ujar Inayah sambil melirik sinis Dhila.

Seketika semua siswa melihat ke-arah Dhila.

Dhila pun terdiam lesu, ia sedikit khawatir yang lain tidak akan menyukai dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MelankolisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang