Memory

2K 267 47
                                    

"Jadi ini apartemen yang kita tempati bersama?" Juyeon melangkahkan kakinya masuk kedalam unit apartemen setelah 30 menit perjalanan dari rumah sakit. Hyunjae hanya berdehem untuk menjawab pertanyaan Juyeon, sambil membawa barang bawaan mereka.

Juyeon menerawang seisi apartemen itu, berharap setidaknya ada satu ingatan tentang masalalunya. Namun nihil, ia tidak mengingat apapun. Dan itu membuatnya merasa sedih.

"Lee Hyunjae,"

Juyeon bergumam pelan, Hyunjae menatap Juyeon dengan tatapan penuh harap- atau rasa bersalah?

"Hanya mencoba untuk mengingat namamu. Itu benar, 'kan?" Juyeon mengusap belakang kepalanya dan tersenyum canggung.

Hyunjae menghela nafasnya, "Iya, itu namaku." Juyeon mengangguk paham.

"Jadi- kita adalah teman yang menyewa apartemen bersama, 'kan?" Juyeon memastikan lagi setelah sebelumnya Hyunjae sudah menjelaskan hubungan mereka.

"Ya, kita teman." Hyunjae tersenyum pahit, menahan rasa sakit dalam dadanya. "Teman yang sangat dekat, kurasa."

Lagi-lagi Juyeon mengangguk paham. Ia berkeliling dalam apartemen, mencoba untuk mengingat kembali hal-hal apa saja yang terjadi dalam apartemen itu walau akhirnya ia gagal.

"Ehm.. Aku- aku akan menunjukkan kamarmu. Ayo."

Hyunjae berjalan melewati Juyeon menuju ke salah satu ruangan di apartemen itu. Juyeon mengikuti Hyunjae dibelakang, memperhatikan pemuda manis yang pertama kali ia lihat saat membuka matanya dirumah sakit ㅡdengan mata yang berkaca-kaca.

Entah kenapa, Juyeon merasa ada yang disembunyikan oleh Hyunjae.

Tapi ia tidak ambil pusing untuk menanyakannya.

Sesampainya di kamar, Hyunjae menyalakan lampu kamarnya sehingga Juyeon dapat melihat 1 buah kasur king-size yang berada di dalam kamar itu. Juyeon memasuki kamar itu, kembali melakukan hal yang pertama kali ia lakukan saat sampai di apartemen ㅡmenerawang kembali isinya untuk mengingat sesuatu.

"Disini," Hyunjae memberi jeda. "Kita berbagi kasur disini." Kakinya melangkah mendekati kasur itu kemudian duduk di pinggirannya.

"Berbagi kasur? Kita tidur bersama?" Juyeon bertanya lagi, kemudian melihat mata Hyunjae yang diliputi rasa bersalah dan menggigit bibirnya. Membuatnya merasa kalau ia tidak seharusnya banyak bertanya.

"Ya, maaf aku tidak sempat untuk menambah kasur-"

"Tak apa, teman sekamar yang berbagi kasur.. Kurasa tidak buruk." Juyeon tersenyum kecil kemudian menepuk kepala Hyunjae sebelum mendaratkan bokongnya di kasur itu.

Hyunjae menghela nafas pelan, kemudian ikut duduk di sebelah Juyeon. Diam dan hanya bisa menunduk dan memainkan kuku jarinya.

"Kasurnya cukup besar," Juyeon bergumam. "Kita bisa tidur di sisi yang berbeda, iya 'kan?" Ia menatap kearah Hyunjae dan membuat pemuda manis itu terkejut, salah tingkah.

"Uhm- uh.. Iya.." Hyunjae tersenyum kikuk. "Bagaimana kalau kita istirahat sebentar? Kau pasti lelah, 'kan?"

Juyeon mengangguk, "Iya, ayo." Ia merebahkan tubuhnya, kemudian Hyunjae melakukan hal yang serupa di sisi kasur yang lainnya dan membelakangi Juyeon.

Selang beberapa menit, keheningan menyelimuti mereka. Juyeon mendengar suara isakan Hyunjae disampingnya.

"Hyunjae?"

"I-iya?"

"Kau tidak apa apa?"

"Aku.. Tidak apa apa, tidurlah."

"Syukurlah kalau begitu."

Hening kembali.

"Hyunjae."

"Apa?" Kini suaranya bergetar.

"Dokter bilang aku amnesia, 'kan?"

Hyunjae merasa dadanya sakit, ia harus berbohong lagi.

"Ya, amnesia."

"Apakah.." Ada jeda sebelum Juyeon melanjutkan pertanyaannya dengan suara yang parau. "Ini sementara?"

"Aku harap begitu." Hyunjae memeluk erat bantal di pelukannya dan menggigit bibir bawahnya.

"Ya, aku harap juga begitu." Juyeon tersenyum sambil menatap ke langit-langit kamarnya, membayangkan betapa menyenangkannya jika ia mendapatkan kembali ingatannya.

Air mata Hyunjae mengalir di pipinya, dengan buru buru ia menghapus air matanya karena tidak mau Juyeon melihatnya menangis.

"Hyunjae," Panggil Juyeon lagi, yang hanya dibalas deheman dari Hyunjae. "Aku minta maaf."

"Untuk apa?"

"Untuk... Entahlah, kau terluka, bukan?" Ucap Juyeon, Hyunjae terdiam mendengarnya. "Aku tidak tau kau terluka karena apa, tapi kelihatannya kau terluka karena ingatanku hilang.. Dan yah.. Aku tidak suka itu."

Hyunjae mengangguk kecil, walau ia tidak yakin Juyeon akan melihatnya.

"Sebagai teman, aku harap kau membaik secepatnya."

"Iya." Singkat Juyeon. Hyunjae membayangkan apa yang Juyeon pikirkan, betapa kebingungannya ia, benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tidak mengetahui apa yang membuatnya kecelakaan sampai hilang ingatan seperti ini, dan tidak tahu kalau amnesianya itu tidaklah bersifat sementara, melainkan permanen. Ingatannya benar benar hilang.

"Selamat malam, Hyunjae."

"Malam, Juyeon."

Hyunjae tahu, ia tidak seharusnya menganggap kalau Juyeon berselingkuh, tidak seharusnya ia meninggalkan Juyeon yang ingin memberikan penjelasan malam itu, dan Juyeon seharusnya tidak mengejarnya agar ia tidak tertabrak di persimpangan itu.

Seharusnya malam ini adalah malam yang hangat karena tepatnya, mereka sudah bertunangan sejak 2 tahun yang lalu.

I’ll remember the you of the past
I’ll love you once again
Memory.

a/n:
iyes akhirnya apdet, dengan chapter terpendek :'D
btw ini kayaknya ff terakhir yang terinspirasi dari lagu ngoehehe.
jadi artinya, tida ada lagi ff yang galau galau drama ! /celebrate with jujae/
p.s kecuali kalo ada yang rikwes ehe

jadi kedepannya, bakal dilanjut sama ff yang garing receh dan juyeon yang bucin :>
see u!

oh iyes, don forget tu vote en comment yaa :>

oh iyes, (2)
selain theb, adakah starlight disini? aku pengen ngehype bareng walopun mas hakyeon uda wamil:'D

Jujae's TrasheuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang