II. KESEPAKATAN

1.6K 143 10
                                    

"When you get what you want but not what you need."

Fix You-Coldplay

***

Selama hidupnya Allana tidak pernah meminta banyak atau menuntut seseuatu untuk segera di kabulkan. Bahkan saat teman-teman sekolahnya memiliki sepeda Allana tidak pernah sedikit pun merasa iri atau meminta ibu dan ayah membelikannya. Allana hanya sesekali bermain sepeda. Hanya saat teman-temannya meminjamkan sepedanya karena merasa kasihan.

Tapi hari ini---setelah enam belas tahun hidupnya--- Allana baru berani memaksakan inginnya agar Tuhan sekali saja berbaik hati mengabulkan keinginannya. Mungkin terdengar bodoh bahkan konyol, karena ia meminta agar Tuhan mau menghentikan waktu, agar saat Allana tersadar hari sudah berganti.

Tentu saja setiap hari bukan harinya semua orang. Suara bel istirahat kedua yang berbunyi semenit yang lalu menegaskan itu. Keinginan Allana tidak terkabulkan.

Setelah Kayla pergi, Allana memantapkan hatinya agar siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Setidaknya ia lebih pintar dari Aldo yang berada di peringkat 110.

Setelah permintaan pertamanya yang gagal, Allana kembali merapalkan keinginan keduanya. Dari 100% keyakinan, Allana meyakini 90% Tuhan akan mengabulkan permintaannya. Setidaknya ini lebih masuk akal. Tapi sekali lagi dewi keberuntungan sedang tidak berada di atas kepalnya. Ia.... gagal lagi.

Seseorang yang sedari tadi terus berputar di kepalnya itu sudah berdiri dengan tangan di dalam saku saat Allana membuka pintu atap.

"Allana Shakira. Kita pernah berurusan sebelum ini?"

Allana dengan cepat menggeleng keras. "Enggak."

Aldo mengangguk santai. Namun didetik berikutnya Allana reflek mundur saat Aldo melangkah lebar mendekatinya. Tangannya terulur melewati pinggang Allana lalu menutup pintu, membuat Allana menahan napasnya saat pipi Aldo berada tepat disebelah wajahnya.

"Gue nggak mau kejadian tadi kesebar." Ujar Aldo dingin---masih dengan posisi yang sama.

Allana melan ludahnya susah payah. Tanpa Aldo minta pun Allana tidak akan melakukannya. Tidak ada orang waras yang mau berurusan dengan Rivaldo Samudra. Catat itu!

"G--- gu—gue nggak akan nyebarin."

Setelah Aldo menjauhkah dirnya barulah Allana menghembuskan napas lega, menarik udra sebanyak mungkin setelah beberapa detik yang lalu paru-parunya kekurangan oksigen.

Aldo berjalan ke sebuah meja yang berada di pojok atap dan terlihat menuliskan sesuatu di atas kertas. Saat Aldo memberi kode agar Allana menghampirinya, dengan ragu Allana mendekat dan berdiri dibelakang Aldo.

Aldo berbalik dan menyodorkan kertas tersebut. "Tanda tangan." Ucap Aldo setelah melihat raut kebingungan Allana.

Tidak banyak yang tertulis. Hanya ada tanda tangan Aldo besertakan nama lengkapnya dengan materai dan kalimat AKAN MENERIMA SEGALA BENTUK KONSEKUENSI dengan huruf besar dan tebal.

Tangan Allana terulur mengambil surat perjanjian tersebut dan segera menandatanganinya. Setelah selesai Allana kembali menyerahkannya pada Aldo yang diterima cowok itu sambil menatapnya terang-terangan. Tentu saja dengan ekspresi datar.

"Ada lagi?" Tanya Allana pelan.

Aldo menggeleng.

"G--- g--- gue ke kelas kalo gitu." Ucap Allana pelan. Sebenarnya ia akan lebih senang jika Aldo yang lebih dulu pergi. Tapi sepertinya jika Allana menunggu hal tersebut terjadi akan mengulur lebih lama waktunya karena Aldo tidak sedikitpun terlihat akan beranjak.

Best MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang